50. Black Hoodie

1.4K 302 71
                                    

Budayakan FOLLOW sebelum membaca, tinggalkan VOTE dan COMMENT sebelum keluar. Thank You :)

Pagi ini Tea tidak seperti biasa yang selalu rapi dengan rambut dikuncir kuda

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Pagi ini Tea tidak seperti biasa yang selalu rapi dengan rambut dikuncir kuda. Di antara lalu lalang kendaraan bermotor, rambut panjang sepunggungnya dibiarkan tergerai bebas terkena embusan angin. Sehingga membuat penampilannya berantakan.

Tea sedang berdiri di pinggir troator dengan manik mata terpancang pada tangga masuk menuju peron yang seharusnya sejak sepuluh menit lalu kakinya jejaki. Batin gadis itu tengah bergumul dengan pertimbangan untuk melangkah maju atau mundur teratur. Namun jika ingin mundur, konsekuensinya pasti lebih buruk dari sekarang.

Saat ini, jutaan orang sedang sibuk menghujat lima remaja dalam video yang tersebar di berbagai sosial media. Beruntung wajah-wajah dalam video yang muncul tidak begitu jelas terlihat disebabkan buruknya kualitas kamera. Sehingga sampai detik Tea membaca komentar-komentar yang ada, belum terungkap siapa kelima remaja itu selain fakta bahwa mereka adalah murid Araminta International School yang diduga melakukan pembunuhan terhadap Kiara Klein dan Ariana Sembrani.

“Ya Allah....” Tea mengesah merasa bersalah. Satu sisi hatinya mengatakan andai membalas lebih cepat pesan yang masuk, tentu semua tidak akan serumit ini. Sisi hati yang lain memberikan pembelaan diri bahwa bukan kesalahannya. Wajar apabila ia mengabaikan pesan dari orang tidak jelas.

Namun, karena perasaaan bersalah lebih dominan, maka Tea menuruti permintaan dari pengirim misterius untuk bertemu. Gadis itu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya dalam beberapa menit ke depan. Namun, ia harus datang supaya tidak terjadi hal yang lebih buruk terkait masa depannya, juga masa depan teman-temannya.

“Tiara Putri, hei!”

Terdengar panggilan dari arah belakang yang membuat jantung Tea berpacu cepat. Secara perlahan, gadis yang membalut badan dengan oversized sweater warna seafoam green dan celana jins cokelat itu, membalikkan badan. Saat manik matanya bertemu dengan sorot tajam dari orang yang memanggil, seketika gadis itu dilanda kebingungan mendapati Mr. Rudi berdiri di hadapannya dengan tatapan bertanya-tanya. Pria berusia akhir tiga puluhan itu memakai setelan kemeja rapi yang selalu dikenakan saat berada di lingkungan sekolah sebagai guru Teknologi Informasi.

“Ini kan jam sekolah, kenapa kamu ada di sini?” tanya Mr. Rudi.

Tea mengedarkan pandang dengan bingung. Tanpa sengaja netranya menangkap mobil sedan, yang seingatnya milik Mr. Rudi, tengah terparkir di seberang jalan. Gadis itu menduga bila gurunya tersebut sengaja menghampiri saat melihat muridnya berkeliaran di jalanan pada jam pelajaran sekolah.

“Anu, itu,” Tea mendadak kesulitan menjawab. Gadis itu sempat kaget lantaran mengira Mr. Rudi adalah pengirim pesan misterius. Akan tetapi begitu mengetahui ada orang yang bisa memberikan perlindungan padanya saat ini, dia bingung harus berbuat bagaimana lantaran kadung berjanji pada pengirim pesan untuk datang sendiri dan tidak memberi tahu siapapun mengenai keberadaannya. Apa perlu gue ngaku alasan kenapa di sini? batinnya resah.

INTRICATEOnde histórias criam vida. Descubra agora