52. Run Kiara Run

1K 228 38
                                    

Oskar menatap plafon kamar mandi yang terbuka setengah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oskar menatap plafon kamar mandi yang terbuka setengah. Pemuda itu baru saja mengambil ponsel cadangan yang selama ini ia sembunyikan di sana sebagai ganti ponsel lamanya yang dititipkan di ruang penyimpanan. Alat itulah yang ia gunakan memantau dunia luar serta berkomunikasi dengan Stevanny, Ariana atau Tea untuk menjalankan misi mengungkap siapa pembunuh Kiara.

Ponsel itu tidak sering Oskar aktifkan. Jika pun mendesak, selalu di malam hari saat semua penghuni rehabilitasi terlelap. Di saat lain dan bukan percakapan rahasia, ia lebih memilih meminjam ponsel milik Stevanny untuk kamuflase dari pandangan mata perawat yang hilir mudik.

Namun setelah kedatangan Tea semalam, Oskar mendadak tak bisa tidur dengan tenang. Pemuda itu teringat percakapan dengan Ari beberapa pekan sebelumnya yang mengaku mendapatkan teror dalam bentuk pesan singkat.

"Aku nggak ngerti dia siapa, Kak. Karena tiap ditelepon, nggak pernah direspons balik. Cuma, dia tuh selalu nanya kenapa aku mau terlibat. Eh, atau maksudnya dia.... tahu?" tanya Ari sembari menekankan pada kata tahu. Saat itu, Oskar merespons seadanya. Pemuda itu hanya meminta Ari supaya tidak terpancing. Permintaan yang berhari-hari kemudian sangat disesalinya.

Demi menggenapi firasatnya, begitu terbangun Oskar buru-buru ke kamar mandi bersama yang letaknya tak jauh dari ruangannya hanya untuk memastikan kondisi Tea. Firasatnya benar. Karena saat mengaktifkan ponsel, ia menyadari Instagram Kiara tak lagi bisa diakses. Saat coba login ke akun alter, pemuda itu mendapati akun milik adiknya mengunggah story di luar rencana. Dan dia tahu betul siapa saja lima orang berseragam yang dilihat oleh netranya.

Oskar buru-buru men-dial nomor milik Tea yang ada di urutan pertama daftar panggilan. Begitu tersambung, ia langsung menyuarakan tanya. "Te, lo udah lihat story terbaru Kiara?"

Tea menelan ludahnya saat mendengar pertanyaan itu. Memang benar kata pepatah, tak selamanya bau bangkai bisa tertutupi. Cepat atau lambat akan tercium juga.

"Kak, gue bisa jelasin itu. Tapi nggak sekarang," balas Tea tanpa menjawab pertanyaan Oskar. Karena ia tahu bukan itu yang pemuda tersebut butuhkan darinya.

"Demi Tuhan, Te, lo ada di lokasi saat adik gue ngehembusin napas terakhirnya? Ralat, bukan lo doang, tapi kalian semua!" Suara Oskar meninggi.

"Sorry Kak. Tapi itu yang jadi alasan kenapa gue mau gabung ngebantuin lo. Juga alasan gue ketemu sama pembunuhnya sekarang."

"Maksud lo?" Tanya Oskar. Tidak ada jawaban terdengar dari Tea selain suara deru kendaraan yang bersahutan dengan klakson. "Te, lo mau ketemu sama pembunuh itu?"

"Iya, pembunuh itu minta ketemu, Kak. Lo pengin tahu siapa pembunuhnya kan? Gue bakal ngasih jawabannya. Lo tinggal tunggu aja di sana." Jawab Tea.

"Iya kalau dia ngebiarin lo hidup, kalau sebaliknya lo sama aja setor nyawa, Te! Lo udah gila, ya?! Pergi dari tempat itu sekarang juga!" Oskar memerintah.

INTRICATEWhere stories live. Discover now