00;04 [Memperlihatkan wujud]

721 234 17
                                    

Huft. Seorang gadis dengan rambut terurai panjang dan ciri khasnya berponi, ia mengetuk-ngetukan pulpen pada dagu'nya seolah sedang berfikir tentang kejadian semalam.

Ya, Riri. Detik kemudian ia tersenyum lebar, "AKU MEMANG HEBAT!" ucapnya berbangga diri. Tanpa ia sadari para murid dan guru di kelas kini menyorot'nya sudah seperti naripidana yang tertangkap basah.

Riri cengengesan di kala sorotan mata tajam dari bu Andin kini tertuju padanya.

"Siapa yang hebat Riri?" tanya bu Andin.

"Hehe, betmen yang hebat bu. Buktinya dia bisa mengalahkan manusia-manusia jahat di muka bumi"

"Tapi kamu bilang, kamu yang hebat?"

"Ta-tadi itu anu..."

"Keluar dari kelas saya!"

"Tapi bu..."

"Kerjakan soal yang ada di papan tulis di luar kelas!"

Riri cemberut kesal, sementara saudara-saudaranya malah menertawakannya pelan.

Dengan tidak ikhlas'nya, Riri keluar dari kelas. Jika saja bu Andin ini bukan guru'nya, sudah Riri kentuti saja sejak tadi.

Di luar kelas, bukannya mengerjakan soal yang di perintahkan guru'nya, Riri malah sibuk mencoret-coret tangannya dengan tulisan, "Riri love Sulthan forever".

Ya-ampun kelakuan Riri ini seperti bocah SD saja!

Pucuk di cinta, Sulthan'pun tiba.

Jangankan suara langkah kaki'nya, hembusan nafas dari Sulthan saja, Riri sudah sangat hafal.

"KAK SULTHAN" teriaknya cukup keras, dan berdiri lantang menahan langkah Sulthan.

Padahal jarak keduanya dekat, tidak bisakah gadis satu ini tak berteriak seheboh itu?

Sulthan memang sering bolak-balik melewati kelas Riri, karna letak toilet tak jauh dari kelasnya Riri.

"Hm" jawab Sulthan acuh.

"Kak Sulthan, mau kemana?"

"Toilet"

"Riri boleh ikut?"

Alis Sulthan terangkat sebelah, "Ayok" jawabnya cepat.

Riri hanya tahu bahwa Sulthan tampan, menarik, populer saja, sementara di balik semua itu Sulthan adalah penjahat kelamin yang cukup memakan banyak korban. Waw ngeri.

"Maksud Riri, Riri tunggu di depan toilet"

"Oke"

Riri berjalan di samping Sulthan. Wajahnya terlihat bersemangat dan sangat bahagia.

Sesampainya di depan toilet, seorang gadis mendekati Sulthan, lalu dengan mesra'nya Sulthan mengusap uraian rambut gadis itu.

Siapa dia?

"Mau nunggu, atau cabut aja?" tanya Sulthan melirik Riri.

Bibir Riri bergetar, ia tak tahan ingin bertanya siapa gadis di samping senior kesayangan'nya itu.

"Di-dia siapa kak Sulthan?" tanya Riri.

"Pacar"

Setelah mengatakan itu Sulthan memasuki toilet bersamaan dengan gadis itu.

Riri sempat melotot terkejut, mengapa gadis itu ikut masuk juga?

Karna curiga, maka Riri diam-diam ikut masuk juga. Ia bersembunyi di balik pintu toilet nomer 2 yang di masuki kedua insan terkutuk itu.

"Ahh..."

"Uhhhh...shhh"

Mendengar itu, Riri bingung, sebenarnya mereka sedang apa?

Riri berfikir positif thingking saja, mungkin mereka sedang berak berjama'ah.

Tapi, karna penasaran, maka Riri mengintip di balik pintu dan...

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" teriaknya histeris, lalu pingsan di tempat.

Kejadian gila itu membuat kepolosan Riri runtuh begitu saja.

Hanya karna melihat Sulthan sedang... Ah sudahlah, tak perlu di ceritakan, karna itu sangat menjijik'kan!

***

Sin beralih pada Rere, sejak tadi ia merasa di ikuti oleh seseorang. Akan tetapi bulu kuduk'nya merinding.

Meskipun Rere tak dapat melihat makhluk gaib, tapi ia dapat merasakannya.

"Percuma gue nakutin dia, kalau dia aja gak bisa liat gue. Gimana ya caranya biar dia bisa liat gue?" Asep sedang berfikir keras. Ia gemash sekali ingin menakuti Rere, dan ingin tahu bagaimana ekspresi gadis itu ketika melihatnya. Apakah akan seheboh saudara-saudaranya?

Karna merasa di ikuti, Rere diam sejenak dan menoleh ke belakang lagi. Sia-sia saja, karna ia tak melihat siapapun berada disana.

Namun saat Rere kembali menatap lurus, nafasnya seolah terhenti, matanya melotot tak percaya, kakinya gemetar hebat.

Senyum Asep terukir tak indah di hadapan Rere, caranya memperlihatkan wujud di hadapan Rere rupanya berhasil.

Lihat saja sekarang ekspresi Rere, seperti patung yang terkejut melihat tikus.

"Hai" sapa Asep.

Rere mulai memperhatikan penampilan Asep, dari bentuknya, sepertinya Rere tahu bahwa....

"Pocong?" tanyanya.

"Yoi, gue Asep. Gue dari komunitas sad ghost, gue ini yang semalem sempet bertarung sama sodara-sodara lo"

"Beneran pocong?"

"Ciyus neng, aa gak oong."

"Demi apa?"

"Demi cintaku padamu, ke gurun ku ikut denganmu...walau harus berkorban jiwa dan raga..." Asep malah bernyanyi tidak jelas. Padahal suaranya lebih mirip suara knalpot racing.

Ini pertama kalinya untuk Rere melihat makhluk gaib, ia masih melongo tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Plak. Rere menampar pipi'nya sendiri, namun kenyataannya apa yang ia lihat benar nyata.

"Mata batinku terbuka?"

"Kaga. Lo bisa liat, karna gue yang berusaha memperlihatkan wujud gue"

"Emang bisa?"

"Ya bisa. Tapi lo cuman bisa liat gue doang, gak bisa sentuh. Kalau gak percaya, lo coba aja pegang gue"

"Bukan mahrom"

"Mau gue anter ke kelas?"

"Gak usah so baik. Apa mau kamu sebenernya sampe ganggu saudara-saudara aku?"

"Gue butuh bantuan lo pada. Kematian gue belum terungkap, mayat gue masih wangi Vanilla noh belum di temuin. Plis bantu gue dan temen-temen gue"

"Kalau aku dan yang lainnya gak mau bantu, kamu mau apa?"

"Mau cekik lo!"

"Emang bisa? Kan tangan kamu di ikat?"

Sial, dia gak sebego Rara dan Riri -pikir Asep.

Karna merasa malu, plus kalah bacot, maka Asep menghilang begitu saja dari hadapan Rere.

"Eh tunggu... Ck! Malah ngilang" frustasi Rere. Padahal ia masih penasaran, apakah benar yang tadi itu pocong? Sumpah, Rere masih belum percaya 100%.














Ada udang di balik bakwan, alias ada Sagara di balik tembok. Ia sejak tadi memperhatikan Rere yang bicara sendirian.

"Udah gila tu cewek! Kaga jadi gue fall in love'nya." ucapnya sambil bergidik ngeri karna melihat Rere tadi berbicara sendirian.

Sekarang Sagara mengerti, mengapa Rere bersikap dingin, menurut jawaban dari saksi matanya sendiri, rupanya Rere gila.

SAD GHOST 6 ✓Where stories live. Discover now