00:24 [Muncul tiba-tiba]

588 200 10
                                    

"Dari mana lo jam segini baru balik?" amuk Rara yang sudah duduk manis di ruang TV sambil mengunyah kacang-kacangan, tentunya bersama dengan Riri yang duduk di sebelahnya.

Rere menghela nafasnya pelan, ia tahu ini sudah larut malam, tapi ia tak pergi kemana-mana selain menemani kekasihnya di apartemen. Bukan menemani yang bukan-bukan, tapi mengobrol banyak hal dengan kekasihnya.

"Sama Sulthan" jawab Rere lalu berlalu pergi menuju kamarnya.

"Dasar buchien, pacaran molo!" monolog Rara.

"Eh iya Ra, kamu tau gak sih?" tanya Riri.

"Ya kagalah, lo kan belom cerita"

"Hehe iya juga sih. Menurut kamu, Daniel ganteng gak?"

"Lo suka ya sama tu kudaniel?"

"Gara-gara aku bilang dia begitu, dia marah loh tiap ketemu aku sinis mulu. Kalau gak ganteng, udah aku congkel matanya terus aku kasih ke kuchieng"

"Emang lo punya kucing?"

"Kuchieng tetangga lah! Ih Riri mah gak mau pelihara kucing. Terakhir Riri pelihara kucing, kucingnya mati, kan gak seru"

"Gimana kaga mati, orang lo ceburin dia ke kolam renang"

"Ish itukan cara Riri mandiin dia"

"Ya kaga lo ceburin juga dongo!"

Bicara banyak hal dengan Riri hanya akan membuat kepala Rara semakin pusing saja.

Rara mengambil remote TV lalu memindahkan pada chanel lain.

Namun tiba-tiba....

"ANJRIT KAGET GUE!" teriak Rara dan hampir saja ia terjuntai ke belakang sofa akibat melihat kuntilanak itu keluar dari TV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ANJRIT KAGET GUE!" teriak Rara dan hampir saja ia terjuntai ke belakang sofa akibat melihat kuntilanak itu keluar dari TV.

"It-itukan kalau gak salah mbak kun yang ada di komunitas sad ghost kan ya?" tanya Riri gemetar ketakutan.

Ajeng, ya. Kuntilanak itu mengusap-ngusap bokongnya akibat ceroboh terlalu cepat merangkak keluar.

Ia harus berhasil membujuk kedua manusia yang memiliki mata batin terbuka itu, untuk menolongnya dan juga best friendsnya.

"Duh pantat ku sepertinya kepeliteuk" keluhnya.

"Kepeliteuk itu apa mbak kun?" tanya Riri.

"Nama aku Ajeng, jangan panggil mbak kun, serem banget dengernya. Ya walaupun aku emang kunti sih. Kepeliteuk itu artinya ke tekuk"

"Gak ada loh pantat ketekuk, adanya pantat belah" jawab Riri polos.

TUK!!

Rara mentoyor kepala Riri gemash, bisa-bisanya adiknya itu mau di ajak curhat soal permasalahan bokong.

Rara mempunyai ide, ia mengambil sapu lalu kemudian hendak memukulkan'nya pada Ajeng.

"Eh tunggu dulu, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku mau bermusyawarah, bukan mau ribut-ribut"

"GUE PUKUL PANTAT LO BIAR TAMBAH BENGKAK, MAMPUS LO!"

Hingga terjadi aksi kejar-kejaran di ruangan TV.

Riri hanya melongo melihat adegan kejar-kejaran itu, tapi karna ia rasa gabut juga jika hanya menonton saja, maka ia ikut main kejar-kejaran, ia mengejar Rara.

"Bocah, ngapain ngejar gue coba?" kesal Rara menatap Riri.

"Rara kejar Ajeng, Riri kejar Rara. Nanti Ajeng kejar Riri"

"Dongo! Gue mau usir dia, bukan lagi main kejar-kejaran"

"Lagian Ajeng oon banget ya, kan dia gak bisa di pukul pake sapu, yang ada sapunya nembus"

Ucapan Riri membuat Ajeng menghentikan langkahnya untuk berlari lagi.

"Iya juga ya, ngapain aku lari-larian. Haduh bikin pinggangku pegel linu saja. Untung bukan Sintia dan Cipa yang datang kemari, mereka kan tidak bisa berlari"

"Emang kenapa mereka gak bisa lari?" tanya Riri.

"Kan mereka suster ngesot, mana bisa lari"

"Kan bisa ngesot?"

"Ya tapi kan gak cepet"

"Tapikan mereka bisa naikin volume kecepatannya"

"Mereka kan hantu bukan robot"

"Oh begitu. Memang kalau hantu gak punya alat buat mempercepat ngesot ya? Periksa aja dulu, kali di belakangnya ada?"

"Gak ada Riri. Daripada banyak omong, mending kamu pijitin aku?"

"Eh gak bisa, kan aku manusia"

"Ya ampun aku lupa, kamukan manusia. Aku pikir kamu ayam-ayam'an"

Obrolan mereka nampak semakin larut, hingga akhirnya Rara lebih baik pergi saja daripada nanti dirinya yang di gentayangi dan di mintai tolong.

Lagipula kelihatan'nya Riri dan Ajeng sangat cocok jika sedang mengobrol seperti itu, jika saja bisa mencoret Riri dari kartu keluarga, lalu memberikan posisinya sebagai adik dari para sad ghost, sudah pasti akan Rara lakukan.

"Hantu kalau bobo dimana?" tanya Riri.

"Dimana aja, bisa di atas pohon, bisa di hutan. Ya dimana aja deh"

"Kenapa gak sewa kost-kost'an aja? Kan ada kasurnya. Jadi lebih nyaman"

"Gak ada yang mau tidur bareng kita"

"Memangnya kenapa?"

"Mereka takut sama kita"

"Emang kalian siapa?"

"Hantu"

"Oh hantu----" detik kemudian Riri mulai tersadar, bahwa sejak tadi ia sedang mengobrol dengan kuntilanak, "HANTU? KAMU HANTU? KAMU KUNTILANAK? KENAPA KAMU GAK BILANG KALAU KAMU KUNTI, BERARTI RIRI DARI TADI NGOBROL SAMA KUNTI? AAAAAA MOMMYYYYY...." detik kemudian Riri berlarian pergi menuju kamarnya.

Ajeng menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia bingung, mengapa Riri baru menyadarinya?

"Oh mungkin sejak tadi ia pikir aku ini bidadari, bukan kuntilanak hehe. Positif thingking sajalah!"

SAD GHOST 6 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang