00:16 [Sampai]

570 194 13
                                    

Pantas saja jenazah ketiga sad ghost itu tak dapat di temukan warga setempat, karna lokasinya saja jauh dari pemukiman penduduk.

Lagipula, mereka ini ada-ada saja kelakuannya. Padahal daripada main-main ke sungai, mending ke warteg, ngopi bareng sama author.

Pelajaran untuk para readers, jangan coba cari-cari kecebong di sungai. Untuk apa cari kecebong di sungai, lebih baik cari pacar agar tidak menjomblo. Betul atau benar? Canda jomblo.

"Eh itu jenazah'nya, ya'ampun sampe tengkurep gitu," unjuk Rara.

"Sumpah kemarin madep depan, sekarang madep belakang. Aneh, jangan-jangan di pindahin kecebong posisinya?" curiga Opal.

"Kalau gitu kan kaga keliatan muka ganteng gue!" sebal Asep.

"Hilih najis, muka lo kek campedak gosong"

"Muka lo kek lutut buaya"

"Anjir, emang buaya punya lutut?"

"Sebelah lo siapa emang?"

Asep melirik pada Gundu, owh jadi yang di maksud buaya adalah Gundu. Yaps, tepat sekali Buaya darat.

Gundu menatap sebal kedua temannya itu, ada apasih dengan dirinya? Memangnya salah kalau menyukai gadis dalam satu waktu? Selagi masih muda kan tak apa bukan?

"Eh ayo kita turun" ajak Rere.

"Ih gak mau, gak suka gelay. Jijik. Pasti banyak tai'nya" ucap Riri bergidik ngeri.

"Gak ada Ri, kalau ada gue tempelin di muka lo!" sahut Rara.

Riri benar-benar menyesal rasanya ikut ke tempat ini. Tahu begini tempatnya, lebih baik dirinya pergi saja liburan sendiri. Itu lebih menyenangkan bukan?

Ketiga ciwi-ciwi cangtip mirip author itu segera turun, tidak lupakan Rere yang nantinya bertugas memotret jenazah mereka untuk di jadikan bukti pada pihak berwajib.

"Lo bertiga kenapa gak turun?" tanya Rara menatap tajam ketiga pocong itu.

"Nanti susah lagi naiknya," alasan Gundu.

"Lebay!"

Perlahan Rere membalikan posisi kedua jenazah Opal dan juga Asep.

Mereka terkejut bukan kepalang!

Bukan karna wajahnya yang jelek, tapi banyaknya sampah yang masuk ke dalam mulut jenazah itu.

"Ish ish ish, menjijikan" keluh Riri.

"Ri, daripada lo ngeluh mulu, mending sekarang kita bertiga bawa mayat-mayat ini ke pinggir sungai, nanti kita hubungin pihak berwajib"

"AKU HARUS BANTU GOTONG ROTONG ANGKAT MAYAT ITU? MENDING AKU TIDUR AJA!"

"Oh, lo mau tidur di sungai? Silahkan. Sekalian gue kasih lo ke buaya!"

"Me-memangnya disini ada buaya"

"Ada. Buayanya raksasa, sekali makan, HAP! Mampus lo"

Riri nampak kepanikan, dengan terpaksa ia mau membantu saudara-saudaranya untuk mengangkat jenazah itu ke darat.

Rara menelfon pihak berwajib, dan beberapa menit kemudian pihak kepolisian datang ke TKP.

Dengan segera jenazah di bereskan.

Ketiga ciwi-ciwi itu naik kembali ke atas, Opal dan juga Asep tersenyum senang.

Mereka sudah menemukan pintu bercahaya yang akan membawa mereka pada alam sesungguhnya.

Sebelum benar-benar pergi, ketiganya berpelukan terlebih dahulu.

Riri menangis sesegukan, hatinya terlalu lembut melihat perpisahan dari para sad ghost itu.

"Gue sama Opal duluan ya Gun, semoga mayat lo segera di temukan. Thanks selama hampir 3 minggu ini kita berteman dengan baik, lo emang yang paling ganteng, biasanya yang ganteng lama balik ke akhirat" ucap Asep bersedih.

"Apa hubungannya Sep?" tanya Opal tak mengerti.

"Kaga ada. Gue asal aja ngebacot biar berkesan"

"Yee kampret!"

Ketiganya tertawa. Mungkin ini adalah tawa terakhir, dan pertemuan terakhir.

Kain pocong yang Opal dan Asep kenakan sudah berubah menjadi jubah putih bercahaya. Mereka akan segera pergi, namun sebelum pergi, kedua pocong itu mendekati ciwi-ciwi yang berhasil membantu mereka.

"Lo bertiga emang cantik, tapi sayang..." Asep berhenti melanjutkan kalimat selanjutnya.

"SAYANG APA?" tanya ketiga ciwi-ciwi itu bersamaan.

"Gapapa sayang"

Ketiga gadis itu memutar bola matanya malas. Dasar Asep tidak waras! Sudah mau pergi, masih saja menggombal.

"Belajar gombal dari mana lo?" protes Opal.

"Noh buaya darat!" unjuk Asep pada Gundu.

"Oke serius, girl thanks ya kalian udah bantu kita, selain cantik, kalian juga cerdas, baik hati dan tidak sombong. Semoga jodoh kalian tampan kaya gue, asal jangan buriq kek si Opal. Gue sama Opal cabut ya? Makasih buat semuanya"

"Gue cabut ya Ra, Re, Ri. Kalian cantik, tapi sayangnya bukan milik gue huhuhu. Bye byeeeeee..."

Saking terharu'nya dengan perpisahan ini, Riri sampai menahan berak. Sementara Rara dan juga Rere meneteskan airmata akibat terlalu dalam memerankan tokoh di cerita ini.

Entah rasanya mereka cukup berat kehilangan pocong-pocong konyol itu.

Kedua pocong itu melambai-lambaikan tangannya dan perlahan menghilang menuju pintu bercahaya.

Hanya tingga Gundu, akan tetapi pocong itu terlihat santai-santai saja.

"Mayat lo dimana Gun?" tanya Rara.

"Di rumah sakit"

"Maksud lo?"











PASTI LO PADA PENASARAN KAN? YOK KOMEN YOK!

PASTI LO PADA PENASARAN KAN? YOK KOMEN YOK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SAD GHOST 6 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang