Denial

1.4K 294 117
                                    

Mulmednya dengerin lagi ya!

__________

17 | Denial

NARUTO menarik Hinata pergi sampai di depan kelas gadis itu, lelaki bersurai pirang itu melepaskan tangannya. Lalu menoleh ke arah Hinata yang kini masih saja menundukkan wajahnya, Naruto menghela napas.

"Masuklah ke kelas, Sakura pasti mencarimu." Tutur Naruto, Hinata masih terdiam dengan terus mengepalkan tangannya. Kelas tampak sepi karena para murid berada di aula indoor sekolah. Naruto hendak langsung meninggalkan Hinata begitu saja, tetapi isakan tangis gadis itu menghentikan langkahnya. Naruto kembali menoleh ke arah gadis itu, ia menghela napas sebentar lalu kembali menarik Hinata untuk ikut bersamanya.

Mereka sampai di halte, Hinata masih diam. Bus dengan rute ke distrik Shibuya datang, Naruto menggengam Hinata dan mengajaknya masuk ke bus. Naruto memasangkan jaketnya ke bahu Hinata sebelum menaiki bus, lelaki itu juga memasangkan aerphone ke telinga Hinata dan merapihkan syal yang gadis itu kenakan di lehernya.

Kemudian Naruto menggenggam tangan Hinata selama di perjalanan. Hinata terus menunduk bahkan ketika mereka sampai di distrik ternama, gadis itu bahkan tak protes ia ajak pergi sesukannya. Naruto kemudian mengajak Hinata duduk di salah satu kursi, "kau tunggu di sini dulu."

Hinata tidak menjawab. Naruto pergi ke kedai penjual krepes es krim, membelikan rasa stoberi dan coklat. Ia kemudian kembali pada Hinata dan menyodorkan es krim itu di hadapannya.

"Kau boleh memiliki keduanya jika tidak bisa memilih rasa antara stoberi dan coklat." Tutur Naruto, Hinata mengangkat wajahnya dan menatap Naruto yang kini menaikan dua alisnya. Tanpa berkata apapun, Hinata mengambil rasa stoberi. Naruto terkekeh dan duduk di sebelah gadis itu. Mereka melahap es krim dalam diam seraya menatap lalu lalang jalan.

Begitu es krim sudah habis, Hinata menoleh ke arah Naruto yang masih sibuk dengan es krimnya. Kemudian, lelaki itu menoleh ke arah Hinata membuat gadis itu seketika mendengus, Hinata menggunakan jari telunjukannya untuk menghapus jejak es krim di hidung Naruto.

"Kau makan seperti bebek." Tutur Hinata, Naruto terkekeh.

"Ternyata enak sekali, aku tadi asal beli tidak tahu kalau seenak ini." Tutur Naruto, ia membuang sampah kotak es krim itu ke tong sampah lalu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Hinata. Lelaki itu tak tahu apa yang di pikirkan gadis itu sekarang, yang ia tahu Neji sepertinya sangat menyakiti Hinata dengan kalimat sampah itu.

Hinata menatap uluran tangan itu, tanpa berpikir dua kali ia menerima uluran tangan Naruto. Pikirannya benar-benar sangat kacau. Lelaki bersurai pirang itu kemudian mengajaknya berjalan-jalan di sekitar distrik, mereka mampir ke kedai-kedai makanan manis. Hinata hanya mengekor di belakang, seraya membiarkan Naruto memborong makanan manis, lelaki itu seperti baru pertama kali berjalan-jalan seperti ini. Naruto menjelajahi jajanan pinggir jalan, lelaki itu kembali memuji norak tomorokoshi, jagung bakar yang dibumbui kuah miso, mentega dan kecap asin.

Hinata memutar bola matanya, ia bahkan belum melepaskan selempang di tubuhnya membuat beberapa orang menertawakannya atau menatapnya heran, Naruto sudah asyik sendiri dengan makanannya. Hinata mengerucutkan bibirnya, ia ikut makan saja di sebelah lelaki itu. Naruto terus menambahkan porsinya, Hinata yang akhirnya memilih menonton lelaki itu melahap berbagai makanan.

"Kau ini orang kaya yang norak ya?" Tutur Hinata mencemooh, Naruto melotot dengan makanan yang penuh di mulutnya.

"Ehnak shekalyi."

Literacy Club [END]Where stories live. Discover now