sushi for love

1.4K 246 78
                                    

28 | sushi for love

HINATA memandang tanpa minat kuah mengepul dimangkuknya. Pesanan ramennya sudah sampai beberapa menit yang lalu, namun hanya Sakura yang kini sibuk melahapnya rakus. Keduanya kini mampir di kedai sepulang sekolah, sesuai keinginan Sakura kemarin bahwa mereka akan kencan. Namun, Hinata yang hari ini bersekolah, malah terlihat tidak kelaparan sama sekali. Sakura yang hari ini hanya nonton tv di rumah, seperti tidak makan seminggu.

Hinata menggeser mangkuknya, Sakura mengerjapkan matanya.

"Untukmu saja kalau kurang." Tutur Hinata, Sakura mendengus lalu kembali mendorong mangkuk Hinata.

"Aku yang bayar! Habiskan!" Tutur Sakura sedikit menyentak, Hinata menghela napas dan mulai mengaduk ramen di depannya.

"Kenapa wajahmu di tekuk begitu? Kau tidak bersemangat saat aku jemput di depan gerbang sekolah." Sakura mengomentari, Hinata menggidig bahunya.

"Hanya perasaanmu saja, aku baik-baik saja." Hinata mulai menyeruput ramennya, asap ramen masih mengepul dari mangkuknya.

"Kau masih khawatir soal Ayahmu? Beliau masih bisa bekerja di bawah naungan Ayah Shion kan?" Sakura bertanya khawatir, Hinata terdiam sejenak dan menghela napas.

"Pulang sekolah kemarin, Ayahku mendapat surat kenaikan jabatan di perusahaan Ayah Shion, diantarkan langsung oleh sekretaris Ayah Shion. Tapi, ekspresi Ayahku sangat terlihat jelas tidak senang, tapi Ayahku tak mengatakan apapun. Dia hanya menerimanya lalu meletakan surat di nakas setelah membacanya, biaya rumah sakit juga di tanggung perusahaan."

Sakura mengerjapkan matanya. "Sungguh? Jadi sekretaris Ayah Shion datang menjenguk ke rumah sakit?"

Hinata mengangguk. "Membawa banyak sekali bingkisan, awalnya Ayah terlihat bingung."

"Ayahmu sudah membaca artikel yang tersebar itu?" Sakura bertanya, Hinata menggeleng.

"Aku yakin belum, jika Ayahku membacanya mungkin aku juga dalam masalah. Sampai sekarang Ayahku tidak tahu aku di jebak soal pekerjaan oleh Shion."

"Sebaiknya kau yang bilang terlebih dahulu, sebelum Ayahmu tahu sendiri."

Hinata mengangguk.

"Tapi Ayahku baru pulih.. aku takut dia jatuh sakit lagi." Tutur Hinata.

"Katakan pelan-pelan saja." Saran Sakura dengan inotasi suaranya yang lembut, Hinata mengangguk pelan dengan senyumnya.

"Ohiya, hubunganmu baik-baik saja dengan Naruto?" Sakura bertanya, Hinata langsung menghentikan gerak tangannya pada sumpit.

"Hubungan apa?" Hinata bertanya pelan.

"Hubungan pertemanan? Apalagi?" Sakura menaikan sebelah alisnya, Hinata mengangguk-angguk paham.

"Baik.. sejauh ini." Cicit Hinata.

"Tadi saat menunggumu di gerbang sekolah, aku lihat Naruto dapat banyak hadiah dari fans-fansnya itu. Dia terlihat menyambut semuanya dengan baik bahkan menerima hadiah mereka. Sepertinya, dia betulan jadi cassanova sekolah kita." Sakura memegang dagunya dengan tangan, ramennya telah ia habiskan.

"Begitukah?"

Sakura mengangguk.

"Apa aku juga harus memberinya hadiah?" Hinata bertanya pelan seraya mengaduk ramen di depannya tanpa minat, Sakura menaikan kedua alisnya heran.

"Hadiah?"

Hinata mengangguk. "Diakan.... Membantu skandalku? Apa aku juga harus memberikannya sesuatu begitu?" Hinata menggigit bibirnya, mata rembulannya menatap Sakura.

Literacy Club [END]Where stories live. Discover now