I'll never leave you

1.2K 257 72
                                    


23 | I'll never leave you


PAGI ini, Naruto kembali melihat Hinata di kelilingi para murid sekolah. Beberapa murid sekolah mengganggunya di loker dan menjatuhkan buku-buku Hinata, masih pagi, mereka sudah menuangkan jus dan menjejalkan makanan secara paksa pada mulut gadis itu. Hinata diam dengan wajah acuh tak acuh dan terlihat jelas kantung matanya yang menghitam, Naruto mengepalkan tangannya di lorong koridor melihat tindakan itu. Hinata kini kembali melabuhkan matanya ke arah Naruto, mata mereka bertemu, mata bulan milik Hinata sayu seperti kurang tidur.

Cukup sudah.

Benar kata Ino senpai, siapapun tak akan ada yang bisa menolong Hinata kecuali Naruto. Siapapun tidak akan ada yang berani menghentikan perundungan itu kecuali Naruto, dan sistem sekolah Neneknya memang buruk dengan mendewakan anak-anak terpandang yang bahkan tidak memedulikan etika dan martabat seseorang. Sejak awal, sekolah Neneknya menyediakan perang kasta sosial, yang bisa membuat anak-anak terpandang bertindak seenaknya serupa raja dan menjadikan anak-anak yang memiliki dana rendah sebagai budak.

Naruto tidak peduli lagi, jika pada akhirnya ia akan menjadi salah satu anak yang juga menggunakan kekuasaannya untuk melindungi Hinata. Naruto akan melakukannya, ini tak bisa ia biarkan lagi. Segala bentuk perundungan Hinata menyakiti hatinya, ia tidak peduli jika resiko melindungi gadis itu akan membuat Hinata membencinya.

Lelaki bersurai pirang itu melangkah mendekati Hinata dengan murid yang masih tak gentar menarik-narik seragamnya, Naruto tidak memedulikan tatapan benci Hinata. Ketika lelaki itu berdiri diantara lima gadis yang entah siapa namanya, Naruto bahkan tidak kenal. Lelaki bersurai pirang itu menarik bahu Hinata untuk berdiri di belakangnya.
Dpdd
"Cukup!" Bentak Naruto pada ke lima gadis di depannya, suara berat lelaki bersurai pirang itu menggema di lorong koridor yang mulai di padati murid yang baru datang.

Ke lima gadis itu menciut seketika, orang-orang yang berlalu lalang berhenti berjalan untuk melihat bagaimana tindakan Naruto selanjutnya. Shion menarik Karin yang baru saja akan memasuki kelas untuk melihat sejenak tindakan Naruto di lorong koridor.

"Aku tidak segan mengingat wajah-wajah kalian karena mengusik Hinata." Tutur Naruto tajam, mata birunya berkilat marah dengan kulit tannya yang memerah. Hinata terdiam menatap punggung Naruto yang berusaha melindunginya, untuk ke sekian kali.

"Ano ...————"

"Aku bahkan tidak mengenal kalian! Mengapa kalian sibuk melempar amarah pada Hinata yang tidak salah apa-apa?! Kalian lebih suka menyebar kebencian tidak mendasar seperti ini hah?!" Bentak Naruto, ke lima murid perempuan itu saling menyikut dan menunduk seketika, tidak berani menatap mata biru Naruto yang pastinya marah besar.

Napas Naruto naik-turun, ke lima gadis itu terdiam dengan orang-orang yang kini mulai berkumpul untuk menonton. Ino dan Tenten bahkan ikut melihat di ujung koridor, para senpai kembali menjadikan Naruto dan Hinata tontonan. Dua kohai yang beberapa bulan ini sangat di kenal karena perbedaan kasta yang sangat kontras.

"Apa kalian mengenalku?! Aku tanya apa kalian mengenalku sehingga sangat membelaku dan terus menjatuhkan Hinata? Merundungnya dengan segala tindakan tidak masuk akal kalian?! Mengapa kalian begitu gencar membelaku yang bahkan belum sepenuhnya kalian kenal?!" Tuntut Naruto meminta jawaban, semua orang saling melirik dan mulai mempertanyakan tindakan mereka.

Terkadang, kita di bius oleh sesuatu yang banyak disukai orang lain dan akan menyerang habis-habisan seseorang yang merusak kecintaan mereka tanpa memikirkannya dengan masuk akal. Tindakan semacam itu mampu menyulut api kemudian membakar apa saja, menghanguskannya menjadi abu. Naruto tidak mengerti, kenapa banyak orang-orang yang merasa superior dengan apa yang mereka sukai, apa yang mereka miliki dan menumpahkan tindakan keji mereka pada orang-orang lemah.

Literacy Club [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang