Remember me

1.2K 214 33
                                    

34 | Remember me

HINATA menatap pohon di atas kepalanya, angin bertiup cukup kencang. Mampu menjatuhkan dedaunan kering, yang tumbang dari tangkai-tangkainya. Kini ia lebih senang sendiri, di bawah pohon rindang, duduk di kursi belakang taman sekolah. Ia akan membuka laptop, lalu sibuk mengerjakan pekerjaan yang telah ia geluti dua tahun ini.

Pekerjaan yang pernah Naruto tawarkan padanya.

Bekerja di bawah naungan kantor penerbit Kushina, Ibu dari lelaki bersurai pirang itu cukup menyenangkan sejauh ini. Hubungannya dengan Karin Uzumaki juga membaik setelah mereka di tempatkan di bagian yang sama. Karin banyak membantunya, meski sesekali masih bersikap dingin. Karin memang tak pernah melabeli siapapun temannya, semenjak hubungan pertemanan yang buruk dengan Shion.

Karin berdiri tunggal, meski anak dari salah satu klan terpandang, gadis itu ternyata lebih suka tak terikat lingkaran pertemanan siapapun.

Hinata menghela napasnya, rasanya amat lucu ketika kini ia tengah mengoreksi tiap halaman demi halaman buku dengan penulis misterius yang sejak SMP menjadi kegilaaan pribadinya. Mengingat jika dulu ia begitu menginginkan bertemu dengan sosok Aka Niwa, yang setelah ia tahu siapa sosoknya, membuat dirinya begitu terkejut. Meski masih berkabung dalam keadaaan yang penuh kebimbangan pada saat itu, ketika ia mengetahuinya, Hinata langsung memeluk girang Kushina saat itu juga.

Saat itu Hinata ingat, ia tengah berada di kafe yang tak jauh dari rumah sakit tempat dimana Naruto menjalani kesembuhannya. Sewaktu itu, Hinata sering mengunjungi area disekitar rumah sakit tanpa mengunjungi lelaki itu. Gadis itu akan mampir untuk memesan secangkir coklat panas, dengan buku dipangkuanya sambil sesekali memerhatikan lantai ruangan dimana Naruto dirawat, jika ia beruntung, dirinya sering kali mendapati lelaki itu sedang melamun di balik jendela kamarnya.

Tanpa Hinata kira, Kushina tahu kegiatannya selama itu. Wanita yang masih terlihat muda itu mendatangi meja Hinata, menyapanya ramah hingga membuat Hinata segan. Ia langsung berdiri saat itu dan memberikan salam pada Kushina.

*Flashback*

"Santai saja, duduklah." Tutur Kushina, Hinata kembali duduk. Kushina memanggil pelayan untuk ikut memesan, Hinata memilin bibirnya gugup.

"Aku akan melindungimu, tak akan kubiarkan mertuaku mengeluarkanmu dari sekolah. Jadi tenang saja." Kushina mengedipkan matanya, Hinata tersenyum canggung.

Kecelakaan Naruto juga membawa dampak pada program studinya di sekolah swasta ternama milik Tsunade. Hinata juga berada dititik-titik kritis dalam menempuh masa SMAnya, dikatakan Hinata penyebab Naruto mengalami hal yang tidak diinginkan itu. Hinata juga sadar, ketika Tsunade tahu, wanita sepuh itu tidak menyukainya dalam sekejap.

Hinata mengalami hari-hari yang berat pula, Tsunade tak pernah ingin repot-repot bicara padanya. Wanita sepuh itu tampak tegas dan tidak terbantah, sampai kemudian Kushina dan Minato yang membantunya untuk tetap bersekolah dengan catatan tak lagi mencampuri urusan Naruto apalagi perihal pemulihan lelaki itu.

Hinata sadar, semenjak itu ada jarak yang terbentang begitu jauh antara ia dan Naruto. Mereka berdua tidak hanya dibedakan oleh kasta, tetapi juga oleh keadaan.

Hinata jadi tidak menyukai novel-novel tragis Aka Niwa, terkadang ketika dirinya tengah ditugaskan mengoreksi beberapa kata yang salah ketik, ia ingin sekali bisa merubah alurnya juga. Hinata mulai tidak menyukai bait-bait elegi yang menyayat hati, yang terkadang malah ikut menjadi nyata di dalam kisahnya sendiri.

Kushina saat itu tak hanya memberikan kabar baik perihal dirinya tak akan dikeluarkan dari sekolah, wanita cantik itu menyajikan topik yang membuat kepala menunduk Hinata seketika mendongak.

Literacy Club [END]Where stories live. Discover now