Once Again

923 200 23
                                    

31 | Once Again

NARUTO segera dilarikan rumah sakit, saat keluar dari gedung terbengkalai itu, mobil yang Naruto kendarai sudah dihancurkan. Kiba dan Sasori kebingungan untuk menghubungi siapa, hingga Neji membantu mereka. Awalnya Kiba tak tahu mengapa lelaki berkulit pucat itu bisa berada di sekitar gedung, namun tak ada waktu untuk bertanya detail.

Neji membantu tanpa bicara, membantu Sasori memapah Naruto ke dalam mobilnya.

Kiba membuka ponsel Naruto, mencari kontak seseorang di sana. Ponsel itu langsung membuka sebuah room-chat Naruto dan Hinata. Kiba terdiam sejenak, ada perasaan terluka ketika membaca isi pesan mereka yang terlihat begitu menyenangkan namun seketika Kiba sadar, isi pesan terakhir Hinata sibuk mencari keberadaan Naruto dan beberapa panggilan tidak terjawab.

Jadi hari ini mereka kencan? Kiba melamun, sudah sangat lama ia dan Hinata berteman, sudah sangat lama juga ia sangat mengharapkan momentum kencannya dengan gadis itu. Namun, perasaanya tak pernah berbalas. Perjuangannya tak pernah terlihat.

Pasti Hinata begitu khawatir jika Naruto tidak ada kabar.

"Kiba? Kau sudah hubungi keluarga Naruto?" Sasori bertanya sedikit panik, darah lelaki bersurai pirang itu terus mengalir lewat puncak kepala.

Kiba agak tersentak. "Yaa.. aku akan hubungi orangtuanya." Tutur Kiba pelan, Neji melirik dibalik spion mobil. Melihat ekspresi Kiba sedikit berubah.

Kiba menelepon kedua orang tua Naruto, ia berbicara dengan gugup dan respon keluarga lelaki bersurai pirang itu begitu terkejut. Kiba mengabarkan jika mereka sudah menuju rumah sakit, pihak Naruto memerintah jika anak mereka di bawa saja ke rumah sakit pribadi yang tidak jauh dari lokasi yang sedang Kiba tempuh. Kiba mengangguk mengiyakan, kemudian telepon terputus.

Tiba-tiba Kiba menjadi begitu murung, Naruto anak orang terpandang dan begitu memiliki identitas. Sedangkan Kiba hanya anak dari seorang Ibu yang tak lagi memiliki suami dan ia harus berusaha keras setiap hari mempertahankan beasiswanya di sebuah sekolah swasta yang memiliki reputasi besar. Sepertinya, tak ada waktu untuk cemburu pada kisah sepihak yang ia buat sendiri. Dahulu, ia dan Hinata begitu dekat, mereka sering berbagi cerita sepulang sekolah. Hinata yang selalu melarangnya untuk balap liar dan begitu cerewet sebagai seorang teman.

Kiba selalu memandang Hinata adalah kekasihnya. Rasa protektifnya semakin besar, ia menjadi begitu dipercayai oleh Hiashi karena sering kedapatan melindungi Hinata. Ketika dunia SMA mereka mulai merebak, kehidupan mulai bergeser. Persaingan prestasi di perketat dan saingannya dalam baseball adalah Naruto.

Jika Naruto babak belur seperti ini, sebenarnya sangat mudah bagi Kiba untuk mengambil posisinya di turnamen nanti. Jika Kiba tak menolong Naruto dan tak membuntuti lelaki itu ketika dipersimpangan Scramble, mungkin saja lelaki bersurai pirang ini mati di tempat. Namun, entah bagaimana Kiba malah berlari dan menolong lelaki itu.

Sekarang, Kiba malah melihat isi pesan Naruto dengan gadis yang dicintainya. Perasaanya begitu campur aduk, perasaan menyesal dan perih. Entah bagaimana definisinya.

Ketika sampai rumah sakit, Kiba melongok dari dalam mobil. Melihat betapa cukup megahnya rumah sakit tersebut, Sasori tak menunggu lama untuk keluar dari mobil dan memapah Naruto. Segerombolan perawat datang dengan kepanikan mereka, mereka ribut menawarkan troli bangkar dan menyediakan tabung oksigen. Beberapa perawat juga menanyakan keadaan Sasori dan Kiba yang cukup babak belur di bagian kening dan bibir.

Literacy Club [END]Where stories live. Discover now