Let Me Go

1.1K 246 54
                                    





23 |Let Me Go

SUDAH dua hari, Ayah Hinata belum juga siuman pasca di pindah ke ruang inap. Hinata mulai kebingungan ketika pihak rumah sakit terus mengingatkan biaya. Sedangkan Hinata sendiri tidak memiliki akses untuk membayar tagihan rumah sakit, Hinata sudah menelepon pihak kantor Ayahnya. Namun jawaban yang Hinata terima begitu menyakiti hatinya. Kata pihak kantor, Ayahnya seringkali meminta gaji lebih dulu dari waktu yang ditentukan, itu membuat perusahaan tak bisa memberikan gaji Hiashi untuk bulan depan karena Ayahnya sendiri sudah mengambilnya.

Hinata kini kebingungan, di tambah Hanabi demam karena terus menangis menjaga Ayahnya dan kurang tidur. Hanabi enggan pulang ke rumah dan bersekolah, gadis bersurai coklat itu memilih menjaga Ayahnya dengan tidur di sofa.

Setelah pulang sekolah, Hinata langsung ke rumah sakit seraya membawa makanan kemas  untuk adiknya. Hinata bahkan melewatkan jadwal klub literasi, ia memilih tidak hadir dan langsung pulang.

"Hanabi, makan." Hinata menepuk pipi adiknya pelan, Hanabi mengerjapkan matanya. Gadis bersurai coklat itu beranjak dari tidurnya dan mengambil onigirinya yang disodorkan kakaknya.

Hinata memegang kening Hanabi, memeriksa suhunya. "Sudah mulai turun, habis ini kau harus pulang. Biar Hinata-nee yang menjaga Otou-san."

Hanabi menggeleng tidak mau.

Hinata menghela napasnya. "Kita harus kerja sama jika dimasa sulit seperti ini, Otou-san pasti marah jika kau tidak mau sekolah."

"Otou-san masih belum siuman, aku akan pulang jika Otou-san sadar." Tutur Hanabi dengan matanya yang mulai berembun, Hinata mengelap mata adiknya dengan tangan. Namun airmatanya juga jatuh dipipi.

"Kau ini jangan keras kepala, kau harus mandi. Demammu sudah turun, jangan cari alasan terus. Di rumah kau harus belajar dan mulai berangkat sekolah besok. Data hadirmu disekolah itu alfa, karena Hinata-nee tidak bisa memberikan surat dokter. Kau kan tidak berobat, hanya beli obat diapotek." Tutur Hinata, Hanabi hendak menangis lagi tapi Hinata menghentikannya dengan menaruh telunjuk dibibir.

"Jangan menangis terus. Hinata-nee pusing." Tutur Hinata, Hanabi menatap mata bulan kakaknya. Melihat jika wajah kakaknya tampak kuyu dan Hanabi berusaha tidak komentar dengan bau amis yang menguar dari surai Hinata.

"Maafkan aku. Aku malah seperti anak kecil." Tutur Hanabi, Hinata tersenyum kecil.

Hinata kini mulai membuka makanan kemas yang ia beli, diantaranya ada sushi dan semacamnya. Hanabi memerhatikan seragam kakaknya, terlihat jika Hinata tidak menggunakan kaos kaki. Hinata juga pulang dengan seragam olahraga.

"Apa Hinata-nee baik-baik saja di sekolah?" Tanya Hanabi, Hinata menghentikan laju tangannya membuka kemasan makanan. Hinata memilin bibirnya lantas mengangguk.

"Baik-baik saja, dipelajarin terakhir ada pelajaran olahraga, jadi Hinata-nee memilih tidak ganti baju." Tutur Hinata, Hanabi menunduk dan memilin jemarinya di paha.

"Pelajaran olahraga kan biasanya di jam pertama, jika di jam terakhir bukannya pihak sekolah melarang ya?" Tanya Hanabi ragu, Hinata menoleh pada adiknya dan menyengir. Kemudian memberikan sepiring sushi yang telah ia tata di piring plastik.

"Saat kau masuk SMA, banyak yang berubah termasuk jam pelajaran olahraga." Hinata terkekeh, kemudian menyumpit sushi dan menyodorkannya pada Hanabi.

"Aaa buka mulutmu." Tutur Hinata, Hanabi tersenyum dan membuka mulutnya untuk melahap sushi. Hinata segera berbalik untuk sekedar menyeka ujung matanya yang mulai berair.

Literacy Club [END]Where stories live. Discover now