SL : 06

4.7K 311 5
                                    

Aku bersyukur mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari orang terdekatku. Namun, bagaimana denganmu? Kapan aku bisa mendapat hal itu darimu?

🥀🥀🥀

Jika ditanya kenapa Alya masih bertahan dengan Rama meski berkali-kali disakiti seperti ini. Jawabannya adalah karena dia sudah jatuh terlalu dalam padanya. Alya bukan lagi menganggap Rama sebagai pengisi hidupnya, melainkan hidup itu sendiri. Mungkin terdengar berlebihan, tapi itulah kenyataan yang dirasakannya.

Sebenarnya Alya bukan orang yang mudah jatuh cinta, tapi sekalinya dia jatuh cinta dia tak pernah main-main dengannya. Karena baginya cinta itu hal langka, sesuatu yang sangat berharga dan dicari banyak orang. Jadi sekali dia mendapatkannya, dia akan berusaha untuk mempertahankannya apa pun yang terjadi.

Ia tak pernah lupa bagaimana pertemuan pertamanya dengan Rama, atau lebih tepatnya saat dimana dia dibuat terpesona begitu saja dengan sikap manis dan kepedulian tak terduganya. Waktu itu jadwalnya SNBT, semula Alya melakukan tes-tes itu dengan tenang, tapi setelah tes selesai dan semua orang membubarkan diri, tiba-tiba dia merasa keanehan di sekitarnya. Setiap pasang mata terang-terangan menatapnya, beberapa sambil berbisik pada teman disampingnya, beberapa lagi terkekeh dengan tatapan mengejek.

Saat itu Alya tak tahu apa yang salah dengan dirinya, tapi saat tiba-tiba seseorang datang dan merapat ke belakang tubuhnya dia sadar apa yang salah.

"Lo lagi PMS?" Suara itu begitu lembut saat berbisik di telinganya. Alya menghentikan langkah, dia menoleh dan menemukan wajah seorang pemuda yang berjarak cukup dekat di sana. Sehingga membuat Alya langsung melotot kaget dan hendak berbalik, tapi pemuda itu segera menahan bahunya agar tak jadi berbalik badan. "Diem dulu. Gue tanya, lo PMS gak? Karena kayaknya ... bocor."

Saat itu barulah Alya meraba bagian belakang roknya. Ternyata benar, basah. Ia menelan ludah, baru sadar jika minggu ini adalah jadwal menstruasinya. Pantas saja semua orang memperhatikannya seperti itu tadi.

Dengan segera Alya menurunkan tas gendongnya sangat rendah, berharap noda itu tertutupi. Namun, saat dia melangkah pergi, orang tadi kembali mengejar dan berjalan di belakangnya seperti tadi. Kali ini Alya langsung berbalik, menatapnya marah.

"Ngapain ngikutin gue? Pergi!"

Herannya pemuda itu tak berkutik sama sekali. Dia malah terus menatapnya sambil tersenyum tipis. Sehingga membuat Alya merasa dihina dengan senyuman itu, mengira jika dia mengejeknya juga.

Namun, dugaannya salah. Alya seketika dibuat tertegun ketika orang itu tiba-tiba melepas kemeja kotak-kotak yang dipakainya hingga hanya menyisakan kaos lengan pendek warna navy saja, lalu tanpa ragu memberikan kemeja tersebut pada Alya.

"Tutup pake ini, masih keliatan."

Wajah Alya seketika bersemu merah karena malu. Sebenarnya dia sungkan, tapi dia akan jauh lebih malu jika tak bisa menutupi nodanya dengan benar. Lalu dengan ragu dia menerima uluran kemeja orang itu dan mengikatkannya di pinggang hingga nodanya tertutup sempurna.

"Nama gue Rama, siapa nama lo?" Alya mengangkat wajah, ia terdiam sejenak menatapnya. Saat ini dia baru sadar bertapa menawannya wajah pemuda itu. Apalagi senyumannya, terasa begitu tulus dan indah, membuat Alya seketika terpana.

"Alya," jawab Alya singkat, sekaligus mengakhiri pertemuan singkat yang berkesan itu, karena Rama harus segera pergi saat namanya dipanggil seseorang.

Second Lead (Toxic) ✓Where stories live. Discover now