SL : 16

4.6K 292 0
                                    

Vote dulu yo.
Jangan lupa komen^^

•••

Aku baik-baik saja.
Kata yang paling cocok untuk dijadikan persembuyian dari rasa sakit.

🥀🥀🥀

Suara ketukan pintu kamarnya membuat Alya mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Ia baru saja akan beranjak dari kasur saat suara Alan lebih dulu terdengar.

"Alya, kamu masih bangun?"

"Masih, Bang. Masuk aja." Alya menyahut. Gadis itu menaruh ponselnya ke nakas, lalu memperbaiki posisinya jadi duduk bersila.

Pintu dibuka. Alan lebih dulu menyembulkan kepalanya, baru kemudian masuk sepenuhnya ke kamar adiknya dan duduk di tepi kasur.

"Kenapa belum tidur?"

"Belum ngantuk."

"Gimana tadi ngadate-nya? Seneng?"

Alya mengangguk antusias. Senyuman yang dia tampilkan begitu lebar hingga tanpa sadar senyuman itu juga menular pada Alan.

"Banget, bahkan sampai sekarang aku masih seneng."

Alan mengusap pucuk kepala Alya sekilas. "Baguslah, abang jadi ikut seneng kalo gitu."

Pemuda itu mendadak terdiam, fokus memandangi wajah adiknya yang masih cerah. Ia membasahi bibir, menghela napas pelan seolah sedang membuang beban yang ada di benaknya. "Omong-omong ... abang minta maaf soal yang kemarin dan tadi pagi."

Senyuman Alya luntur seketika. Gadis itu jadi terhenyak, memandangi perubahaan raut wajah kakaknya yang mendadak sendu.

"Kamu pasti sedih banget. Mama papa ... udah keterlaluan sama kamu."

Alya tersenyum tipis meraih tangan Alan dan menepuk-nepuk punggung tangannya-kebiasaan Alya sejak kecil jika melihat Alan sedih, yang hebatnya selalu bisa membuat Alan lebih tenang. Baru saja tadi Alya membicarakan hal ini dengan Rama, sekarang ia melihat langsung bagaimana Alan benar-benar merasa terbebani karenanya.

"Aku gak apa-apa kok, abang jangan merasa bersalah. Aku ngerti kenapa mama papa gitu, mereka pastinya kangen banget sama abang. Kalian kan udah lama gak ketemu," katanya tenang.

Sayangnya, ketenangan Alya sekarang justru tak disukai Alan. Alan jelas tahu betapa terlukanya Alya setelah tak sengaja mendengar tangisnya kemarin, tapi bisa-bisanya dia masih bersikap begitu.

"Tetep aja maafin abang karena gak bisa apa-apa."

"Bang, jangan gini, aku gak suka."

"Abang lebih gak suka kalau kamu selalu bilang 'gapapa' setiap saat. Emang kamu gak capek? Abang aja yang dengarnya capek."

"Aku gak boong soal itu. Aku bilang gapapa karena aku emang baik-baik aja. Aku mungkin agak sedih soal sikap mama papa kemarin, tapi aku serius gak apa-apa. Aku gak mungkin protes cuma gara-gara itu, aku bukan anak kecil lagi yang gampang cemburu."

"Abang ngerasa gak enak sama kamu. Abang gak mau kamu jadi sedih."

"Jangan ngerasa gitu, jalani aja seperti biasa. Lagian juga mana mungkin aku sedih di saat orang-orang di sekitarku kasih aku banyak kasih sayang." Alya langsung memeluk Alan dengan erat, menempel ke pundaknya. "Udah, abang jangan ngerasa terbebani gini. Aku gak apa-apa, serius deh."

"Kamu hebat banget kalo ngejawab." Alan balas memeluk, jauh lebih erat seperti memakai tenaga dalam. "Emang dasar kesayangannya abang ...."

Sementara Alya jadi tahan napas karena terjepit. "Bang engap!"

Second Lead (Toxic) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang