SL : 26

6.2K 348 30
                                    

Siapkan hati sebelum baca:')
Btw selamat puasa pertama🙂

•••

Kenapa kita harus berakhir seperti ini?

🥀🥀🥀

"Akhir-akhir ini gue lihat kayaknya Qinan sering murung." Res berkata. Sekarang dia sedang bersama kedua temannya, Rama dan Kibo. Sementara Qinan entah sedang pergi ke mana. Beberapa hari terakhir ini gadis itu jarang ikut nongkrong bersama mereka.

"Iya gue juga ngerasa gitu." Kibo mengangguk setuju. "Ditambah dia juga dibawa kabur mulu sama Kak Galang. Kayaknya emang ada sesuatu di antara mereka bertiga."

"Kenapa kalian malah jadi ngomongin Qinan?"

"Kita cuma ungkapin rasa penasaran dan kekhawatiran kita, Ram. Jujur aja gue kepo banget sama siapa yang sebenarnya Qinan suka? Gue khawatir kalo lama-lama dia malah akan nyakitin semua orang termasuk dirinya sendiri."

Kibo mengendik. "Dia selalu bersikap kalau dia suka sama Kak Galang. Tapi dia selalu nyembunyiin fakta kalo ... sebenarnya dia juga nyaman sama Kak Gilang. Lo berdua juga pasti sadar sama hal itu, kan? Dia gak jujur sama kita, bahkan sama diri sendiri. Itu letak kesalahan dia. Kalau dia bahkan gak jujur, gimana bisa dapat solusi?" ungkapnya, sambil menyemil kripik pedas.

"Tapi Kak Galang dan Kak Gilang yang salah. Kak Galang yang sejak awal gantungin dia, terus Kak Gilang yang deketin dia padahal udah tahu situasi sebenarnya. Kak Gilang bahkan kayaknya gak peduli soal perasaan Qinan dan Kak Galang sama sekali," ucap Rama berpendapat lain.

Res mengangguki. "Ya mereka bertiga yang salah."

"Enggak, Qinan gak salah." Rama menyela. "Qinan cuma kebingungan. Dia gak salah apa-apa." Res langsung mengatupkan mulut.

"Iya iya, gue aja deh yang salah." Kibo menghentikan pembicaraan sebelum melebar ke mana-mana. Lalu segera membelokkan topik pembahasan. "Btw, Ram. Kemarin lo abis jalan-jalan sama Alya? Kenapa gak ngajak?"

"Bener. Andai aja lo ngajak gue, gue bakal bawa Kak Rizal juga. Kita bisa double date!" Res ikut mengalihkan pembahasan, berkata dengan antusias.

Rama tentu tahu apa yang mereka lakukan. Dan Rama pun memilih mengikuti alur pembahasan mereka sepenuhnya. "Kalian malah bakal ganggu."

"Jeuh, sok iye."

"Gue pengen banget bisa lebih deket sama Alya. Ayolah, Ram, sering-sering ajakin dia nongki bareng kita," kata Res.

Rama tak menjawab, hanya tersenyum singkat sambil melirik pesan baru yang masuk di ponsel. Kemudian tiba-tiba berdiri dari tempatnya. "Gue duluan, mau jemput Alya," pamitnya. Lalu langsung melengos pergi begitu saja.

Setelah kepergiannya suasana di antara Kibo dan Res berubah total. Res menghela napas, mengungkap rasa tak nyamannya. "Rama selalu bilang sama kita kalo dia udah lupain perasaannya sama Qinan. Tapi, jujur aja gue masih takut kejadian dulu keulang."

"Tenang aja gak akan keulang kok."

"Kok lo bisa yakin?"

"Karena gak ada lo."

Res terdiam, mencerna maksudnya. Lalu setelah menyadari raut wajahnya berubah datar, tanpa segan langsung menjitak kepala Kibo keras. Merasa tersinggung. "Sialan. Gue serius, Bo, jangan bercanda kalo gue lagi serius."

Second Lead (Toxic) ✓Där berättelser lever. Upptäck nu