SL : 32

7.9K 323 18
                                    

Mohon maaf lama update.
Jangan lupa vote & komennya ya:))

***

Jika kamu ragu pada dirimu sendiri, bagaimana bisa orang lain melihat ketulusanmu?

🥀🥀🥀

Tadinya Rama melihat kalendar hanya untuk mengecek tanggal hari ini. Tak sangka jika hal itu akan membuat perhatiannya sedikit teralihkan pada tanggal esok yang dilingkari merah. Ia menyipitkan mata, ada bacaan kecil di bawahnya.

'Alya B'day.'

Rama menelan ludah. Besok Alya ulang tahun. Ia jadi teringat kapan dia melingkari tanggal tersebut. Tepatnya di saat hari ulang tahunnya waktu itu, Alya memberikannya kado dengan surat kecil di dalamnya. Mengucapkan banyak harapan dan doa, ditutup dengan pengingat untuk Rama supaya tak melupakan ulang tahun gadis itu juga. Karena itulah, Rama jadi melingkari tanggal 6 Mei sebagai hari ulang tahun Alya.

Rama tersenyum tipis. Ada untungnya dia lupa tanggal hari ini, dia jadi diingatkan dengan hari ulang tahun Alya besok. Ia tak akan mengingkari janji untuk memberikan kado kepada Alya seperti yang gadis itu mau. Tak peduli meski saat ini hubungan mereka sedang buruk-buruknya.

Rama memutuskan untuk mencari hadiahnya sendiri. Ia mengambil jaketnya di belakang pintu, memakai sepatu, lantas segera pergi keluar kamar.

"Kamu mau ke mana, Rama?"

Mia hendak ke dapur saat melihat Rama menuruni tangga. Agak mengernyit melihat penampilan Rama yang nampak rapi.

"Nyari hadiah."

"Buat?"

Rama mendekat ke depan bundanya. Tersenyum tipis tak bermakna. "Alya, besok dia ulang tahun," katanya terdengar lemah.

Berbeda dengan ekspresi Rama, Mia justru langsung merekah cerah. "Oh ya? Kalau gitu gimana kalau nanti kamu juga ajak dia ke rumah? Biar kita rayain ulang tahunnya bareng-bareng."

Senyum Rama semakin terasa pahit. Ada sesak yang mendadak menjalar saat mendengar ucapan bundanya yang masih tak tahu soal berakhirnya hubungan mereka. Rama sadar jika dia tak bisa lama-lama membiarkan ketidaktahuan bundanya, karena itu dengan berat hati ia mengatakan faktanya.

"Sebenarnya, kita udah putus, Bun."

Hanya dengan satu kalimat, raut wajah Mia langsung menurun. Tak ada antusiasme, apalagi senyuman cerah yang mengukir di bibirnya tadi.

"Kenapa? Apa ... itu alasan kamu murung akhir-akhir ini?"

Rama mengangguk. Menunduk. "Maaf, aku baru kasih tau bunda."

Mia maju lebih dekat, mengusap pundak dan pucuk kepala Rama. "Ada apa? Kenapa kalian putus? Bunda bahkan baru ketemu Alya sekali."

"Gara-gara aku."

Mia mengernyit, usapan tangannya refleks berhenti.

"Aku udah terlalu jahat sama dia." Rama mengangkat wajah, melihat wajah bundanya yang kebingungan. "Aku yang salah, Bun. Aku egois, aku udah—"

Ucapan Rama menggantung. Tangannya mengepal. Merasa takut untuk mengaku lebih jauh lagi. Untungnya Mia tak mendesak, bundanya seperti paham sesuatu, kemudian dengan satu tarikan pelan dia membawa Rama ke dalam pelukannya.

Second Lead (Toxic) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang