SL : 18

4.8K 298 4
                                    

Aku benci kesalahpahaman. Namun, jika soal cemburu, bisakah kamu melakukan itu? 

🥀🥀🥀

Rama menumpu wajah dengan tangannya, fokus memandangi seorang gadis yang sedang memasang wajah masam di depannya. Anehnya bukan jadi terlihat jelek, dia malah jadi terlihat lebih menggemaskan.

"Lo galau karena Kak Galang lagi?" tebak Rama pada akhirnya.

Qinan mengangguk lesu, menempelkan pipinya ke meja bundar di depannya. "Gue ngerasa aneh. Entah kenapa Kak Galang banyak berubah."

Rama menghela napas, mengeluarkan sebuah sebuah permen dari kantong lalu berkata untuk membalas, "Berubah gimana? Jadi ultraman gitu?"

"Ram, plis gue serius." Qinan berdecak kesal.

Rama terkekeh, membuka bungkus permen itu dan menyodorkan ke depan Qinan, refleks membuat si gadis menganga hingga permen bergagang itu masuk ke mulutnya. "Makanya jangan setengah-setengah kalo ngomong."

Qinan mengulum permen susu itu beberapa saat sebelum mengeluarkannya dari mulut agar dia bisa berbicara lagi. "Gimana ya Ram, gue ngerasa kalo Kak Galang tiba-tiba jadi manis banget."

"Lah? Bagus dong kalo gitu. Kenapa lo malah galau?"

"Iya bagus, tapi gue ngerasa aneh kalo dia jadi jarang marahin gue lagi."

Sungguh, Rama tak tahu bagaimana cara berpikir sahabatnya tersebut. Ia mendelik, terang-terangan mencibir, "Gue baru tau ada orang yang lebih suka dimarahin daripada dibaik-baikin."

"Bukan begitu, Kak Galang kalo gak marah-marah jadi kayak bukan Kak Galang."

Untuk kesekian kalinya Rama menghela napas. "Jadi lo maunya gimana?"

Qinan berkedip, menunduk sambil mengulum permen dan memainkan gagangnya. "Gue gak tau. Gue seneng dia jadi lebih hangat, cuma gue takutnya kalo dia begini itu karena ... kesalahan gue," ucapnya, memelankan kata terakhir.

"Kesalahan? Lo punya salah apa?"

Qinan mengangkat wajah, hanya menggeleng sambil tersenyum tipis, tanpa mengatakan apa pun. Seketika suasana mendadak hening. Qinan kembali menunduk, memainkan sedotan di gelas jusnya.

Sementara Rama kini memperhatikan Qinan lebih lekat, melihat jelas ada kegelisahan yang gadis itu rasakan. Rama tak tahu apa masalahnya, tapi melihatnya seperti ini, pasti sesuatu yang sudah terjadi antara mereka. Ia membasahi bibir, sebelum akhirnya mengucapkan kalimat yang sudah jelas jawabannya.

"Lo keliatannya sayang banget ya sama dia?" Ditanya seperti itu, Qinan justru terdiam. Rama terkekeh hambar, "Gimana caranya biar bisa sesayang itu sama seseorang?"

"Kenapa lo tanya itu?"

"Gak apa-apa, gue cuma penasaran."

Qinan terdiam sejenak untuk berpikir, ia tersenyum tipis sebelum akhirnya menjawab, "Gak ada caranya, itu tergantung dari ketulusan diri masing-masing. Eung ... kayak Alya ke lo misal. Bahkan cuma dari cara dia natap lo, orang bakal tau betapa tulusnya dia."

Rama terkekeh geli. "Kenapa lo yakin banget? Kita kan gak bisa tau isi pikiran orang lain, bahkan meski mulut yang bilang langsung, kita gak tau apa dia bohong atau enggak. Apalagi cuma lewat tatapan?"

"Tapi keliatan tau, Ram. Kalian berdua itu couple goals banget, lo gak tau aja kalo anak kampus kadang suka ngiri kalo liat kalian," kata Qinan seraya tersenyum lebar.

"Sebenarnya tadi siang gue lihat dia sama cowok lain."

Namun, saat mendengar kalimat tersebut, senyuman Qinan langsung hilang. Ia membulatkan mata tak percaya. "Siapa? Mungkin itu kakaknya, dia punya kakak, 'kan?"

Second Lead (Toxic) ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora