SL : 30

9.4K 398 14
                                    

Vote komennya jangan lupa.
Sebentar lagi mau tamat nih? Kira-kira bakal happy or sad ending?

•••

Kenapa lo segencar ini cuma buat dapat maaf? Lo tinggal gak usah peduliin gue dan anggap gue gak ada, sama kayak ... yang sebelumnya lo lakuin ke gue.

🥀🥀🥀

Rama menepi ke pinggir lapangan futsal setelah beberapa menit bermain. Kelelahan. Keringat mengucur deras di pelipisnya. Beruntung saat itu tiba-tiba sebuah botol minum muncul kehadapannya.

Rama menoleh, melihat si pemberi. Itu Denis. Ia tersenyum tipis, lalu meraihnya dan meneguk minumnya hingga setengah bagian.

"Thanks."

Denis mengangguk. Duduk di samping Rama dengan mata tertuju ke arah lapangan. "Tumben udah kecapean? Biasanya lo yang paling lama keluar lapangan."

"Capek, gue gak mau maksain." Rama menjawab, menaruh minumnya ke sisi tubuh.

Hening beberapa saat, Denis kini memperhatikan temannya itu seksama. Raut wajahnya terlihat masam, ah— sebenarnya sejak hari putusnya dia dan Alya, Rama mendadak selalu masam.

"Btw, Ram. Akhir-akhir ini gue sering lihat Alya diantar jemput sama cowok tinggi, tapi bukan cowok yang katanya kakaknya. Dia siapa? Pacar barunya kah?" tanyanya, sengaja memancing.

Rama langsung menoleh saat mendengar kata pacar baru. Menjawab singkat, "Dia mantannya."

Mata Denis membulat. Baru tahu fakta itu. "Serius? Wow, baru kali ini gue lihat orang yang sedeket itu sama mantan sendiri. Harusnya dia juga bisa akrab lagi sama lo kalo gitu."

Rama tak membalas. Moodnya langsung campur aduk jika sudah membahas Alya. Kepalanya tertunduk, sementara tangannya sibuk memainkan tali sepatu.

"Jangan-jangan mereka balikan?"

Pergerakan tangan Rama terhenti. Refleks menahan napasnya sejenak sebelum menjawab pelan. "Itu bukan urusan gue."

"Lo gak cemburu?" Denis tersenyum miring, mengintip raut wajah Rama yang makin murung saat ini.

Rama segera menegak, melirik Denis, dan langsung menggeleng. "Enggak."

Pemuda gondrong itu terkekeh. "Padahal keliatannya gitu. Lo pikir gue gak pernah lihat ekspresi lo saat lo ga sengaja lihat Alya pulang sama cowok itu? Muka lo itu jadi melas banget. Jadi kasian gue lihatnya."

"Lo berlebihan." Rama mengabaikan, mengikat kembali tali sepatunya yang entah kenapa dia lepaskan tadi. "Gue pulang duluan." Rama bangkit, tapi Denis lebih dulu berkata sehingga Rama terpaksa berhenti bergerak.

"Lo selalu aja ngindar kalo gue lagi bahas Alya. Kenapa? Apa lo gak mau ngakuin kalo lo sebenarnya udah cinta sama dia?"

"Gue gak cinta sama dia. Gue udah bilang itu berkali-kali sama lo." Rama jengah dengan pertanyaan itu, entah sudah keberapakali Denis menanyakan hal yang sama padanya.

Rama tak cinta, dia hanya gelisah karena merasa bersalah. Hanya itu.

"Tapi yang gue lihat kebalikannya, Rama. Lo cuma gak mau ngakuin itu karena ... lo gak mau nyesel lebih parah."

Rama terkekeh hambar. "Gak usah sok tahu. Cuma gue yang tau apa isi hati gue."

Rama mengatakan hal itu dengan yakin pada Denis. Namun, pada kenyataannya, setiap kali Rama tak sengaja bertemu Alya, ia mendadak bingung dengan apa yang dia rasakan saat itu. Sedih, rasa bersalah, dan ... Rindu. Bercampur aduk dibenaknya tanpa tahu perasaan apa yang dominan.

Second Lead (Toxic) ✓Where stories live. Discover now