SL : 15

5.6K 331 7
                                    

Awas ada keuwuan!
Akhirnya momen ini muncul juga wkwk.
Jangan lupa vote & komen ya! Yang baca offline juga ttp harus vote!!

•••

Hal kecil yang kamu lakukan sudah bisa membuatku begitu bahagia. Jadi bisakah kamu terus seperti ini?

🥀🥀🥀

"Al, lo kenapa diem aja?" Sejak mereka pergi lima belas menit lalu. Alya tak bersuara sama sekali. Padahal biasanya gadis itu yang paling aktif mencari topik pembahasan, tapi kini Alya bahkan belum mengeluarkan satu patah kata pun.

"Emang aku harus ngomong apa?" Alya menyahut dari jok belakang.

"Ya, tanyain kek kita mau ke mana."

"Oh iya, kita mau ke mana?"

Rama mendengus. "Udah telat, Al."

"Lah, kan kamu yang suruh tanya itu."

"Ya jangan karena disuruh juga nanyanya, jadi malah gak terdengar sepenuh hati. Lo sebenarnya mau gak sih jalan sama gue?" tanyanya dengan nada sebal.

"Mau dong!" Alya langsung memeluk erat Rama dari belakang. Ia terkekeh geli, entah hanya perasaannya atau Rama memang agak sensitif hari ini. Yang pasti Rama jadi benar-benar menggemaskan.

"Aku gak tanya itu karena aku gak peduli mau kamu ajak ke mana. Gini aja aku udah seneng banget," tambahnya sambil menaruh dagu di bahu Rama.

Rama tersenyum tipis dari balik helmnya. "Syukur kalo lo seneng. Gue sempet pikir lo terpaksa ikut gue sekarang."

"Mana mungkin."

"Mungkin aja." Rama segera menimpali. "Kalo misal nanti lo merasa terbebani, lo gak perlu selalu mengiyakan semua hal karena lo juga berhak nolak. Jangan suka membohongi diri sendiri, ya?"

Alya tersenyum semakin lebar, lebih mengeratkan pelukannya di pinggang Rama. Tak peduli meski beberapa kali pengendara lain mendelik padanya dengan terang-terangan.

"Iya, kamu juga."

Beberapa saat kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Sebuah kafe bernuansa hijau yang cukup luas dengan banyak tanaman hias di sekitarnya.

Alya turun lebih dulu, matanya masih menyorot kagum kafe tersebut, sementara tangannya bergerak membuka helm. "Wah kafenya keren banget."

"Ini kafe favorit gue." Rama menimpali. Ia melepas helm fullface-nya, lalu mengibaskan rambut hitam legamnya sekilas.

Alya yang melihat itu justru mencibir. "Maksudnya apa sih digituin?"

"Hm? Apa yang digituin?" Rama mengerjap polos.

"Rambutnya. Kenapa harus pake dikibasin segala?"

"Emang kenapa? Kan biar rapi lagi."

"Kamu pasti sengaja 'kan begitu? Buat tebar pesona."

Rama melongo sejenak, kemudian tergelak keras karena baru paham maksud ucapan Alya tadi. Ia mengacak rambut gadis itu dengan gemas. "Enggaklah. Udah biasa juga gitu."

Alya selalu tahu kebiasan Rama yang satu itu. Salah satu kebiasaan yang meresahkan karena aura ketampanan yang dipancarkan Rama semakin kuat. Yang tentunya sangat mengundang tatapan-tatapan liar dari luar sana.

"Kamu mungkin gak tau, tapi kebiasaan kamu itu bisa buat cewek-cewek nelen ludah."

Rama semakin tertawa. "Bikin orang-orang terpesona, ya?" katanya malah sengaja mengerling menggoda.

Second Lead (Toxic) ✓Where stories live. Discover now