모든 것이 더 이상 같지 않다 (27) [END]✓

733 36 1
                                    

"Aku memang tidak punya kesempatan, tidak bisa memperbaiki semua seperti awal. Tapi... Aku percaya jika suatu hari nanti kesempatan yang aku buat membuahkan hasil bagaikan buah yang manis."

(Author ***** POV)

Ini bukan waktunya masa dimana semua yang terjadi dianggap sebagai penyesalan. Tiada akhir kisah ini, dalam tulisan di sebuah memori tercipta dengan pena juga tulisan indah. Buku yang Taehyung pegang adalah jawaban dari semua pertanyaan yang mungkin bisa memberikan ketenangan bagi hatinya.

Musim gugur hari ini sangatlah cantik, entah kenapa Taehyung tidak suka dan justru melepaskan maskernya dalam sendu luar biasa. Daun berguguran di sekitarnya, mengubah suasana sendiri menjadi dingin musim gugur. Pakaian yang dia kenakan bukan pakaian hangat layaknya mereka (para pengunjung) di sekitar taman.

Keramaian disini tidak mampu menanggulangi sepinya Taehyung saat ini. Hatinya terasa ada yang bolong, dia merasa kebiasannya bukan sesuatu yang dia lakukan sekarang. Dua hari di dalam rumah sakit menjadi tidak tenang hatinya. Apalagi dia masih menantikan seseorang datang tuk sekedar menjenguknya. Tiada sudah lantaran sampai sekarang semua itu hanya angan-angan semata.

"Kenapa aku merasa kalau aku akan menangis saat suasana seperti sekarang?"

Taehyung merasa bingung, dia kehilangan fokus. Apakah masa depan itu ada atau sudah hilang dari jati diri hidupnya saat ini?

Musim gugur ini membawa kabar kalau dia sedang tidak baik saja. Hati mana yang bisa menahan luka dan perih di dalam hatinya. Sosok siapa yang ada di perasaan dan pikirannya saat ini? Memohon dengan sangat kalau suatu hari nanti dia akan dapat kejelasan sesuai hatinya juga restu Tuhan.

"Siapa yang belum datang saat aku sakit? Apakah benar kalau hatiku merasa tidak rela akan sesuatu? Tuhan... Aku tidak ingat apapun. Kepalaku terasa tidak ingin sembuh saat aku mencoba membuka ingatanku."

Buku yang dia bawa adalah benda dengan gembok kecil di dalamnya. Taehyung masih belum mendapatkan kuncinya. Kunci untuk membuka seluruh isi dalam setiap lembaran tipis buku di genggaman tangannya.

"Kesempatan..."

Bibirnya bicara spontan, setelah ucapan itu ada angin pelan dari barat menerpa wajahnya. Memberikan sensasi segar di wajahnya.

"Aku merasa kalau aku rindu dengan sesuatu atau seseorang, apakah aku memang bodoh atau mimpi?"

Sejak kapan Taehyung puitis sendu? Seseorang masih berdiri sedikit jauh disana dengan menatap penuh kesedihan. Min Jungkook, dia juga tidak mau melakukan hal tega ini. Wasiat yang dibawa olehnya memang beban cukup besar, apalagi dia harus membuat kepalsuan mengenai kematian seseorang. Jungkook masih ingat secara betul bagaimana Seokjin inginkan Taehyung hidup normal tanpa sebuah dendam.

Jungkook meremat kedua tangannya satu sama lain demi mencoba untuk tegar. Apakah dia sanggup menjalani sebuah sandiwara ini?

"Mungkinkan ini jawaban yang diberikan Tuhan atas doa Jin Hyung selama ini? Jika aku melakukannya, apakah mungkin kebahagiaan Taehyung dibuat dalam cara ini?"

Jungkook bukan manusia baik. Sandiwara adalah kebohongan bagi orang yang diajak untuk interaksinya. Kalau dia melakukan hal ini, sama saja dia membuat suatu kebohongan.

Waktu ini sangat berharga, sama saja dengan air mata yang jatuh diantara kedua kelopak matanya bagaikan bendungan besar. Dalam setiap rangka juga kehidupan ini, kabar akan selalu datang. Jika memang sandiwara itu berakhir di kemudian hari Jungkook sudah siap pada akhirnya. Ia sudah janji pada si pemilik raga yang sudah pergi agar menjaga Taehyung dalam setiap keadaan meski dia sendiri dipastikan lebih remuk dua kali lipat.

Gwenchana Hyung (Brothership from Taehyung and Seokjin) [END]✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora