Angkot - Hatano

21 2 0
                                    

Fandom: Joker Game © Koji Yanagi
Character: Hatano
Author: Swanrovstte_11

· · ─────── · ─────── · ·

Panas. Satu kata yang pantas untuk mendeskripsikan suhu siang di kota Batam, Kepulauan Riau, Indonesia. Terutama di pukul 1 siang, di mana mentari berada di puncak tertinggi, sehingga meningkatkan suhu. Terik terasa membakar kulit kala menyapa langsung. Angin tidak terasa berembus, padahal sekolah SMA dengan penghijauan yang terkatakan cukup banyak tetap tidak membuat lelaki-lelaki se-geng itu merasakan adem. Aduh, sayang sekolah tidak tersedia kolam renang seperti sekolah yang ada di seberang perumahannya; kalau ada, anak-anak pasti langsung cebur ke dalam kolam.

"Hadeh, panas," keluh seorang lelaki bermahkota cokelat gelap, Hatano. Pria bertubuh 160 cm itu mengacak kasar rambut dan mengusap keringat dengan kemeja putih. Helaan kembali lolos dari bibir, tangan menyerahkan benda kertas guna pengganti barter itu pada seorang ibu penjual minuman. "Bu, pop ice rasa choco cookies, mau manis tambah es ya," katanya sembari melirik ke arah teman seperjuangan sebelum kembali pada ibu tersebut, "kembaliannya yang dua ribuan ya."

Tazaki, lelaki itu memandang Hatano sejenak sebelum akhirnya beranjak untuk duduk di dekat pos yang tidak lagi digunakan. Hawa panas itu benar-benar membuatnya tidak ingin berada di kerumunan orang berebutan membeli minum dingin. Lagian, Hatano dan Kaminaga sangat berisik di situ.

"BU, AKU DULU LOH!"

"Apaan sih, aku dulu. BU, CHOCO COOKIES!"

"Iya iya, bentar ya, tangan Ibu cuma dua!"

"Buruan, Bu! Woii, angkot ke punggurnya woi!"

Kecil-kecil cabe rawit, Hatano dengan tubuh terpendek di antara Tazaki, Kaminaga, dan Amari, matanya tajam melihat transportasi mirip bus tetapi juga bukan bus yang berwarna jingga. Iya, angkot namanya. Angkot arah punggur merupakan transportasi murah walau panas dan pengap untuk tiba di rumahnya.

"BANG, PUNGGUR, BANG!" Teriakan kencang, kayak keluar dari gua, benar-benar memperlihatkan karakter barbarian seorang Hatano. Jangan lupa, selain dia, masih ada Kaminaga yang ikutan berteriak untuk menarik perhatian Om Supir Angkot. Berbeda dengan Tazaki yang mungkin ingin unfriend mereka berdua dari kehidupan.

Dengan napas terengah-engah dan kantong berisi minuman dingin, mereka memasuki angkot yang cukup ramai. Mau tidak mau, Hatano bertubuh kecil mengambil duduk kosong di belakang, walau sempit dan penuh perjuangan dia masuk. Ya, gapapalah, dia mau pulang dan adem di dalam kamar ruangan AC.

Angkot sudah menjadi transportasi yang paling sering digunakan dan terjangkau murah. Biaya yang dikeluarkan tentu tidak semahal ojek jalanan atau juga ojek online. Walaupun tidak bisa tiba di rumah langsung, setidaknya mereka diturunkan di persimpangan atau di pinggir jalan. Berjalan masuk ke perumahan atau komplek, hitung-hitung bakar lemak.

Anak sekolahan biasanya membayar dua ribu. Orang dewasa dimulai dari lima ribu. Anak muda seperti Hatano dan teman-teman tentu saja tidak ingin membayar lebih dari dua ribu. Bayangkan, dua ribu dapat beli pop ice choco cookies dengan es banyak. Tetapi bila mereka memberi uang lebih dari dua ribu, maka Om Supir bisa beralibi tidak memiliki uang kecil atau mengurangi kembalian yang seharusnya. Itulah alasan mengapa Hatano mencari uang dua ribuan untuk tidak merasa rugi.

Setiap saat, Hatano pasti akan mengeluarkan uang dua ribu, bersiap-siap untuk berucap 'kiri' ketika sudah dekat. Pandangan mengikuti gedung berlari ke lawan yang berbeda. Sesekali tertawa karena topik bersama Kaminaga, menggibah kebodohan teman sekelas atau mungkin hal-hal konyol yang sudah terjadi. Saat-saat seperti ini benar terasa sangat anak muda.

Semuda-mudanya orang, pasti memiliki hal memalukan. Dan selamat, Hatano melakukannya hari ini.

"Bang, dua ribu, Bang!"

Ah, buyar hidup. Kata kiri berganti dengan dua ribu. 

· · ─────── fin ─────── · ·

LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang