Pasar Malam - Yaku Morisuke

8 1 0
                                    

Fandom: Haikyuu!! © Haruichi Furudate
Character: Yaku Morisuke
Author: yxlianne

· · ─────── · ─────── · ·

Aku mengamati punggung pemuda berambut cokelat karamel itu dari belakang. Sejak menyeretku dari rumah beberapa menit lalu, ia hanya diam dan memintaku untuk ikut bersamanya. Entah aku akan dibawa ke mana olehnya. Dari yang dikatakannya, tujuan kami berada tidak jauh dari rumahku—itu sebabnya ia mengajakku berjalan kaki.

"Kak," panggilku. Kak Yaku hanya menggumam sebagai balasan. "Memangnya mau ke mana, sih? Sekarang 'kan sudah malam."

Sang pemuda bermata kucing menoleh ke arahku, tersenyum tipis. "Nanti kamu juga akan tahu sendiri."

Aku memicingkan mata curiga. Sungguh, aku sama sekali tidak bisa menebak ke mana tujuan kami sebenarnya. Apakah pergi makan-makan di restoran mewah? Sepertinya mustahil. Kak Yaku hanya mengenakan pakaian kasual—kaos pendek berwarna hitam dibalut hoodie, celana denim panjang dan sepatu kets. Ia juga tidak memintaku untuk mengenakan riasan apapun, Selain itu, anak kos macam dirinya mana mau menghabiskan uang di restoran mewah. Seporsi ayam geprek di kedai pinggir jalan lebih hemat dan mengenyangkan, sangat cocok untuk makanan sehari-hari. Kalau begitu, apakah kami akan pergi ke minimarket? Dari yang bisa kuingat, Kak Yaku biasanya akan berbelanja bulanan di tanggal segini.

Wah, jika benar demikian, apakah aku akan diminta mengangkut barang belanjaannya? Kalau begitu, lebih baik aku kabur dan—

"Nah, kita sudah samp—kamu mau ke mana?"

"Heh?" Aku yang baru saja hendak berbalik mengurungkan niat begitu kulihat Kak Yaku menatapku datar. "Ah, enggak, tadi aku ...."

Kalimatku seketika terputus begitu kusadari di mana lokasi kami saat ini. Kedua mataku mengerjap-ngerjap memerhatikan gemerlap lampu berbentuk tulisan 'PASAR MALAM' berwarna-warni yang terpasang di atas gerbang masuk. Di dalam kompleks pasar malam, tersedia berbagai macam wahana. Ada tong stan, bianglala, rumah hantu, kora-kora, komedi putar, ombak banyu, dan berbagai macam wahana lainnya.

Seketika aku menahan napas.

Memori lama bertubi-tubi menyerang isi kepalaku. Sudah lama sekali aku tidak datang ke tempat ini. Bahkan sejujurnya, aku lupa jika tempat ini dibuka setiap tahun di momen-momen tertentu. Kesibukan kuliah benar-benar menyita sebagian besar waktu yang kumiliki.

"Kenapa melamun begitu?" tegur Kak Yaku, telapak tangannya dilambaikan di depan wajahku.

Tersadar dari lamunan, kutatap lurus kedua mata Kak Yaku. "Kenapa Kakak mengajakku ke sini?"

Kak Yaku mengangkat sebelah alis, masih dengan senyum manis terpatri di wajahnya. "Akhir-akhir ini, aku sadar kalau kamu sedang pusing memikirkan tugas kuliah. Jadi, malam ini, kita lupakan semua tugas-tugas berengsek itu dan kita bermain saja!"

Seketika pemuda itu menggenggam tanganku, ia tergelak. Gelak tawa lepas tanpa beban yang sudah lama sekali tidak kudengar darinya. Gelak tawa yang sudah lama kurindukan darinya.

Yah, aku merindukan pemuda ini. Amat sangat merindukanya.

Aku ikut tertawa. Kubalas genggaman tangannya dan kuikuti langkahnya menuju kompleks pasar malam. Pertama, kami harus membeli tiker di loket depan. Harganya sangat terjangkau, membuat siapa pun dapat datang kemari setiap hari tanpa takut membuat dompet kritis.

"Kupikir petugas loketnya akan memberikan harga tiket anak-anak untuk Kakak," candaku, seketika membuat Kak Yaku memelototiku. "Bercanda, Kak. Jangan marah begitu."

Dengan bibir mengerucut, Kak Yaku memasukkan tiket miliknya ke dalam saku jaket. Lantas berkata, "Kamu mau mencoba wahana yang mana?"

Menimang-nimang sejenak, aku menatap bangunan berbentuk kastil vampir dengan suasana suram di sebelah timur. Dengan boneka manekin putih pucat berkepala buntung terletak di depan pintu masuk, aura bangunan itu benar-benar membuatku merinding. 'Friday 13th', itulah nama wahana rumah hantu yang tertera di atas hiasan berbentuk batu nisan di halaman wahana tersebut.

Aku ingat sekali, saat masih kecil, aku sama sekali tidak pernah berani masuk ke dalam.

"Mau coba rumah hantu?" tantangku kepada Kak Yaku.

"Boleh," ia mengangguk semangat. "Yang berteriak ketakutan di dalam sana harus mentraktir sate padang nanti saat kita pulang. Bagaimana?"

Aku tertawa, mengangguk dengan tak kalah semangat. Dengan bersemangat, kami berdua menuju rumah hantu dengan darah berdesir kencang lantaran merasa gugup dan tertantang di saat bersamaan.

"Kak, lihat itu. Ada hadiah spesial Hari Kemerdekaan bagi siapapun yang menyelesaikan tantangan rumah hantu!"

· · ─────── fin ─────── · ·

LokalWhere stories live. Discover now