Perkara Bubur Kacang Hijau - Hoshina Soshiro

19 1 0
                                    

Fandom: Kaiju#8 © Naoya Matsumoto
Character: Hoshina Soshiro
Author: yxlianne

· · ─────── · ─────── · ·

Ketika bangun tidur di pagi hari, apa hal yang pertama kali ingin kalian lakukan? Bermain sosial media? Bertukar pesan dengan kekasih tercinta? Ah, itu hanya hal biasa. Lebih baik kalian langsung sarapan saja seperti yang biasa kulakukan. Kalian tahu, sarapan di pagi hari itu penting!

Oleh karena itu, aku sudah menyusuri jalan kompleks pagi-pagi begini demi mencari tukang bubur ayam. Semangkuk bubur putih hangat dengan irisan daging ayam, taburan daun bawang cincang, bawang goreng, seledri, kedelai goreng, cakwe, dan kerupuk sepertinya cocok untuk menu sarapan di pagi hari yang dingin ini.

Tepat di ujung gang depan masjid, aku menemukan apa yang kucari. Tidak hanya tukang bubur ayam, ada pula tukang nasi uduk dan bubur kacang hijau. Mereka berdagang di satu tenda besar yang sama. Pelanggan terlihat cukup banyak yang mengantre mengingat sekarang masih pukul setengah tujuh pagi. Jika ramai begini, bisa dipastikan dagangan mereka pasti enak.

Bubur ayam, aku datang!

"Kang, saya pesan bubur ayam satu, ya," sahut sebuah suara yang sejenak terasa familier di telingaku. Sebelum memesan bubur ayam, aku mencuri-curi pandang kepada siapa pemilik suara itu.

Ah, pemuda itu. Pemuda yang dibicarakan oleh beberapa penghuni lama kosku beberapa hari lalu. Sebagai penghuni kos baru yang sekaligus berstatus sebagai mahasiswa baru, aku hanya berani mencuri-curi dengar saja, tidak berani ikut bercakap-cakap. Dari yang kudengar, namanya Hoshina Soshiro. Seorang mahasiswa keturunan Jepang yang baru saja pindah ke rumah kos tepat di seberang rumah kos yang kutinggali. Tidak ada yang tahu ia berkuliah di mana, mengingat lokasi kosku lumayan strategis lantaran dekat dengan beberapa kampus.

Setelah memesan bubur, aku duduk di bangku panjang sembari bermain ponsel. Jantungku berdebar sedikit lebih kencang, terutama ketika pemuda itu mengambil duduk tepat di sebelahku.

Tidak, tidak. Aku tidak menaruh perasaan padanya atau semacamnya. Hanya sedikit penasaran saja. Tepat seperti yang diucapkan penghuni kos, ia memang terlihat rupawan. Mata sipitnya itu terlihat amat misterius. Kendati tidak berotot dan kekar seperti Deddy Corbuzier, aku yakin betul ia memiliki tubuh yang atletis dibalik hoodie putih yang dikenakannya itu.

Setelah menunggu cukup lama, semangkuk bubur ayam diletakkan di meja, berada di antara lenganku dan pemuda itu. Sebelum sempat aku menyentuh mangkuknya, satu porsi bubur ayam dengan uap mengepul panas itu justru berpindah tangan.

Lah?

"Lah, Mas, itu bukannya punya saya, ya?"

Gerakan mengaduk yang dilakukan pemuda itu terhenti. Matanya menatapku. Terlihat amat heran dengan satu alis terangkat. "Kamu pesan bubur kacang hijau, Dek, bukan bubur ayam."

Dek.

Buset. Kok, rasanya menyebalkan, ya?

"Tapi, Mas, tadi saya sudah pesan bubur ayam, kok," aku ngotot, tak mau kalah.

Ia menghela napas. "Kamu mengantuk, ya? Kamu pesan bubur kacang hijau. Cuci muka dulu sana."

"Lah, saya tadi pesan—"

"Silakan bubur kacang hijaunya, Neng. Maaf agak lama, tadi ramai," sahut tukang bubur kacang hijau seraya meletakkan semangkuk bubur kacang hijau di hadapanku. Hening sesaat. Yang terdengar hanyalah suara sendok dan mangkuk yang berdenting karena beradu satu sama lain.

Lah?

Aku menatap bubur dan pedagangnya bergantian. "Saya bukannya pesan bubur ayam, ya, Kang?"

Semua pedagang di bawah tenda serempak tertawa kecil. "Eneng ngelindur atau gimana? Eneng pesan bubur kacang hijau, kok. Pasti karena tadi ngelihatin Akang ini, ya, sampai salah fokus?"

NO, WAIT A DAMN MINUTE.

"E-enggak, kok!" elakku, dengan wajah yang sudah memerah padam. Pemuda sipit—jujur saja, aku agak sungkan menyebut namanya langsung—itu langsung terkekeh kecil melihatku salah tingkah. "Mungkin karena saya ngantuk kali, ya, hahaha. Kang, saya pesan bubur ayam satu, dibungkus, ya!"

"Siap, Neng. Ini buat Eneng juga?" Tanya tukang bubur ayam—sepertinya sengaja bertanya demikian.

"Bukan, kok! Tadi ada teman saya yang nitip, Kang!" dustaku. "Ya sudah, saya makan dulu. Hm, buburnya enak, Kang."

Astaga. Astaga. Astaga. Harus cepat kuhabiskan semangkuk bubur kacang hijau hasil salah pesan ini, kubayar semua pesananku, kemudian segera kabur dari ini. Serius, ini bahkan belum jam tujuh pagi! Bagaimana bisa aku mengalami kejadian memalukan di awal hari begini. Apakah Tuhan mengutukku?

***

Acara tahunan yang amat dihindari oleh hampir seluruh mahasiswa baru akhirnya tiba juga. Masa Pengenalan Lingkungan Kampus. Bagi sebagian orang, acara ini akan menjadi neraka atau surga tergantung universitas yang dipilihnya. Aku sendiri tidak terlalu memedulikan hal tersebut, sih. Mau acara MPLK, acara 17 Agustus-an, acara Dies Natalis, semuanya terasa membosankan bagiku.

Sebelum masuk ke dalam lingkungan kampus, panitia MPLK memeriksa lagi berbagai macam perlengkapan yang wajib kami bawa.

"Oke, perlengkapanmu sudah lengkap," salah satu senior yang bernama Leno mencatat kehadiranku dalam daftar yang dibawanya. "Nanti langsung berbaris saja sesuai kelompok, ya."

Aku mengangguk. "Baik, Kak."

Belum satu menit aku melewati gerbang kampus, aku harus berhenti lagi karena tali sepatu yang kukenakan terlepas. Mengingat nantinya kami akan menjalankan berbagai macam permainan di luar ruangan, sebaiknya kuikat saja tali sepatuku baik-baik supaya tidak mengganggu.

"Wah, kukira siapa. Ternyata Adek Bubur Kacang Hijau," sahut seseorang yang suaranya kini.

Aku yang tengah dalam posisi berlutut langsung mendongak ketika mendengar suara itu. Kedua iris mataku seketika bersirobok dengan sepasang mata sipit itu. Mata sipit yang beberapa hari lalu menatapku geli karena kejadian memalukan yang kualami di pagi hari.

Siapa lagi pemiliknya kalau bukan dia.

Hoshina Soshiro.

Ya Tuhan, tidak bisakah aku pulang ke rumah orang tuaku dan meminta untuk pindah kampus saja? Dosa apa yang kulakukan di masa lampau sehingga aku harus bertemu dengannya di kampus? Dengan selempang lengan bertuliskan 'PANITIA MPLK' dan alamamater yang dikenakannya, jelas saja Kak Hoshina datang ke kampus bukan untuk bermain.

Dan lagi, apa-apaan panggilan aneh itu?!

· · ─────── fin ─────── · ·

LokalWhere stories live. Discover now