6. Pengejaran Xiao Jinli Dimulai

128 15 2
                                    


*************

"Jaga jarak dengan ku!" Chu He berbisik dengan nada sengit ketika Xiao Jinli meminta maaf atas kejadian pagi tadi. Dan Chu He segera pergi menjauh.

Setelah Xiao Jinli menyinggung masalah dapur dan Chu He yang lapar, Chu He merasa marah dan tersinggung. Tanpa banyak kata-kata pemuda itu melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah tampan Xiao Jinli hingga menimbulkan bekas lebam. Dan lebam itu membuat orang-orang yang hadir di kediaman putri Xiping heran. Begitu juga dengan putri Xiping sendiri. Dan apalagi keluarga Chu. Banyak pertanyaan yang di miliki oleh mereka, akan tetapi orang-orang memilih diam dan menyimpannya di dalam kepala mereka.

Ketika acara di aula selesai, Chuchu yang bisa melihat dari balik kipasnya lebam di wajah Xiao Jinli, dia akan membuka mulut dan bertanya kepada Xiao Jinyu. Akan tetapi pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu segera membungkamnya dengan sebuah ciuman singkat. Dan Chuchu diam seketika.

Setelah acara pesta selesai pada malam harinya, Xiao Jinli mengantar tamu terakhir dan akan kembali ke aula depan untuk melihat kembali ruang dan membereskannya. Seharusnya ini adalah tugas ibunya, akan tetapi melihat ibunya yang sudah mengatur dari nol urusan pernikahan adiknya, dia menjadi tidak tega. Dan pada akhirnya dia yang seorang jenderal muda yang hanya tahu mengangkat pedang untuk menjaga perbatasan pada akhirnya emimpin kepala pelayan dan membereskan semua hal yang ada di kediaman.

Sekitar tengah malam ketika semua hal sudah dia bereskan, dia melihat Chu He yang sedang duduk di depan dapur dengan sepanci hotpot yang masih panas di depannya. Tanpa pikir panjang Xiao Jinli berjalan ke arahnya.

Chu He makan mie dengan sangat tenang dan benar-benar menikmati seakan-akan mie itu adalah hal paling berharga di dunia. Xiao Jinli tersenyum melihat sisi Chu He yang satu ini. Dan mungkin hal ini juga yang membuatnya semakin tertarik dengan kepribadian Chu He. Orang luar yang hanya melihat sisi Chu He dalam kehidupan sehari-hari hanya tahu bahwa pria itu terlalu kejam dan acuh tak acuh. Xiao Jinli dulu juga seper ti itu. Akan tetapi setelah melalui banyak hal dengan pria itu, dia tahu bahwa Chu He lebih dari itu.

"Bisakah aku bergabung?" Xiao Jinli bertanya dengan sopan ketika dia sudah berdiri tepat di samping Chn He yang baru saja akan melahap sepotong daging yang baru dia angkat dari dalam panci hotpot.

Akan tetapi mulut dan tubuhnya seperti tidak sinkron. Dia sudah duduk di hadapan Chu He dan sudah mengambil mangkuk kosong dan sepasang sumpit baru yang berada di sisi meja yang lain. Chu He hanya meliriknya sekilas dan kemudian dia kembali menikmati makanannya.

Merasa tidak di tolak, Xiao Jinli melanjutkan gerakan tangannya dan mengambil sayur di dalam panci hotpot itu. Xiao Jinli terkejut dengan rasa makanan itu. Itu jelas bukan masakan dari koki keluarga Xiao. Dan Xiao Jinli sedikit mengenal rasa masakan ini.

"Apakah kau membuatnya sendiri?" Xiao Jinli mencoba membuka percakapan dan memuaskan rasa penasarannya.

"Tidak." Chu He hanya membalas seadanya dan kemudian kembali menyuapi mulutnya dengan daging.

"Kenapa rasanya seperti masakan Qingzhou?" Xiao Jinli memasukan sepotong daging ke dalam mulutnya.

"Aku membawa bumbu jadi dan hanya tinggal menambah air dan memasukkan sayur dan daging." jawab Chute tanpa melihat ke arah xiao Jinli.

"Apakah kau tidak makan ketika perjamuan tadi."

"Tidak ada waktu. Apakah kau tidak melihat berapa banyak tamu yang datang? Aishhh, melihatnya saja sudah membuat mataku buta. Kalian, apakah pesta pernikahan para bangsawan harus seramai ini?" Chu He mengomel sembari terus mengunyah.

Xiao Jinli tersenyum. "Tidak. Mungkin karena ada banyak orang yang ingin menjalin kerja sama dengan adikku dan mereka mencoba menunjukkan niat baiknya saat ini untuk kekuntungan di masa depan."

"Kalian para bangsawan sangat rumit. Jadi, kenapa kau duduk dan makan di sini? Apakah kau tidak makan dan menikmati makanan pernikahan?" Chu He bertanya hal yang sama seperti yang ditanyakan Xiao Jinli.

"Tidak. Aku sama sekali tidak mempunyai waktu bahkan untuk meminum seteguk air."

"Pembohong. Aku tadi melihatmu menemani seorang nona muda entah dari keluarga mana, minum teh. Dan tampaknya kau sangat menikmatinya."

Xiao Jinli terdiam sejenak dan kemudian tertawa. Chu He berhenti mengunyah dan memandangnya. Dia penasaran kenapa pria itu tiba-tiba tertawa.

"Apa yang sedang kau tertawakan? Tidak ada yang lucu. Jika kau disini untuk tertawa dan bukan makan, sebaiknya kau pergi."

"Baik, baik. Aku akan diam."

"Begitu lebih baik. Jangan membuatku kesal dan melempar panci ini kearahmu."

"Baik, Baik. Aku akan makan dengan tenang. Kau lanjutkan makanmu. Makan yang banyak." Xiao Jinli meletakan atau lebih tepatnya memberi Chu He sepotong daging yang baru saja dia masak ke atas mangkok Chu He yang kosong.

"Cih.."

Chu meliriknya sebentar dan kemudian kembali membenamkan kepalanya dengan mangkuk dan makanan.

"Aku sangat kenyang." Chu He menepuk-nepuk pelan perutnya ketika dia dan Xiao Jinli berjalan ke arah taman.

"Tentu saja kau kenyang. Hampir sepertiga dari panci sudah masuk ke dalam perutmu." Xiao Jinli mengatakannya dengan nada yang bisa membuat orang lain paham maksudnya ditambah lagi dengan senyuman di bibirnya.

"Tentu saja aku memiliki hak untuk semua makanan yang ada di dalam panci itu. Kau hanya tamu yang tidak diundang."

"Apakah kau selalu bersikap seperti ini kepada semua orang? Sangat tidak masuk akal dan kekanak-kanakan." Xiao Jinli berbicara terus terang.

Chu He diam sebentar. Tetapi sesaat kemudian dia membuka mulut. "Sebenarnya tidak. Hanya saja ketika melihat Chuchu pulang dengan adikmu, aku merasa seperti dilupakan oleh adikku sendiri. Dan juga..." Chu He memandang Xiao Jinli sebentar dan kemudian kembali fokus menatap ke depan.

"Dan juga apa?" Xiao Jinli merasa tertarik dengan kelanjutan pembicaraan Chu He yang membuatnya sedikit penasaran dan juga ingin tahu.

"Dan juga apa kau tidak pernah merasa khawatir dan takut jika adikmu yang kau besarkan dengan baik dan penuh perhatian, dan sangat kau jaga tiba-tiba membawa pulang pria asing? Dan bagaimana kau menjelaskan ketika pertama kali kalian datang dengan menyembunyikan alasan kenapa kalian datang ke rumah kami? Dan jangan lupakan bahwa adikmu sering menyeret adikku ke dalam masalah yang bahkan hampir membuatnya kehilangan nyawa. Bagaimana kau menjelaskan semua kecemasan yang ku alami?" Chu He mengoceh dengan lancarnya.

Akan tetapi ketika Chu He mengatakan hal itu tanpa khawatir, seakan dia sedang membicarakan tentang makanan apa yang baru dia makan tadi pagi. Dan itu juga membuat Xiao Jinli merasa sedikit senang. Dan jangan lupakan kata bahagia untuk menggambarkan senyuman di wajahnya.

Xiao Jinli benar-benar mengakui bahwa kali ini dia benar-benar jatuh hati dengan pria di sampingnya ini.

"Kenapa kau tersenyum?" Chu He berhenti mendadak dan menghadang Xiao Jinli.

Tersentak kaget dan Xiao Jinli hampir menabrak Chu He dalam lamunannya. 

"Maaf, maaf, maaf!"

"Tidak tahu malu! Aku heran apa yang sedang kau lamunankan hingga membuatmu tersenyum seperti orang bodoh?!" 

Chu He membentaknya  tetapi dia menjadi tidak peduli di saat berikutnya dan kemudian kembali berjalan meninggalkan Xiao Jinli yang belum membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Chu He.

'Aku sedang memikirkan banyak cara dan trik untuk memulai pengejaran memperjuangkan cintamu.'

Dan malam itu berakhir dengan senyum aneh di wajah Xiao Jinli.

*********

Eaaaaa.....
Aku merasa jalan buntu di depan waktu mau lanjut bab ini...
apalagi bab selanjutnya...
sedihnya ya nyari ide cerita....

WARNING!!!
Beberapa bab lagi mungkin adegannya banyak 21+
maafkan author yang membuat para pembaca jadi berdosa....

[BL] The General and His ForensicsWhere stories live. Discover now