8

101 13 0
                                    

Dia Akhirnya Memilih Untuk Tinggal
********

"Apa kau serius dengan apa yang baru saja kau katakan?"

Chu He menatap Xiao Jinli dengan tatapan tidak percaya. Seakan-akan ada kuda yang sedang memakan daging.

"Ya. Aku serius." Xiao Jinli menganggukkan kepala mengiyakan dan sekaligus memberikan kepastian tanpa keraguan.

Chu He diam sesaat. Kemudian tangannya terangkat dan menyentuh dahi Xiao Jinli, memeriksa apakah pria itu demam atau tidak.

Dan tindakan yang dilakukan Chu He setelahnya membuat Xiao Jinli merasa terkejut.

Chu He mendekatkan wajahnya ke arah wajah Xiao Jinli. Dengan santai dia memeriksa mata dan seluruh wajah pria itu dengan tatapan matanya yang menurut Xiao Jinli sangat terlihat menggoda.

Dan jangan tanyakan bagaimana kondisi Xiao Jinli saat ini. Wajahnya terasa panas, dan mungkin akan terlihat sedikit memerah saat ini. Dan dia gugup setengah mati.

Chu He kemudian menjauhkan wajahnya, dan di detik berikutnya Xiao Jinli menghela nafas lega.

"Aneh. Kau sama sekali tidak demam atau sakit. Tapi kenapa kau berbicara omong kosong?" Chu He memegang dagu dan masih menatap Xiao Jinli.

"Aku tidak berbicara omong kosong. Aku benar-benar menawarkan dirimu untuk tinggal di rumahku. Dan apakah tanda-tanda dari orang yang berbicara omong kosong selalu demam dan sakit?" Xiao Jinli entah ingin tertawa atau menangis ketika mengatakan hal ini.

"Sama sekali tidak ada hubungannya." Chu He menjawab dengan santai sembari mengangkat kedua bahunya, dan kemudian melanjutkan. "Apa kau memiliki rumah di Qingzhou? Bukankah kediaman Xiao hanya ada di ibukota?" Chu He menurunkan tangannya dari dahu.

"Bisa dibilang itu bukan kediaman Xiao, tapi juga bisa dibilang begitu karena margaku Xiao. Aku membelinya dengan uangku sendiri." Xiao Jinli menjawab seperti dia sedang bermain.

Chu He terdiam agak lama. Tetapi kemudian dia mulai membuka mulut.

"Aku adalah seorang pejabat pemerintah biasa, bagaimana aku bisa tinggal di kediaman Jenderal Besar yang juga kakak dari seorang pangeran, apalagi keluarga nya adalah keluarga bangsawan, ditambah ayahnya adalah seorang pahlawan negara yang menguntungkan pemberontakan. Lagipula..."

"Bisakah kau diam dan hanya menganggukkan kepala mengiyakan tawaranku." Xiao Jinli membungkam mulut Chu He dan kemudian menatap pria itu dengan kesal.

Melihat Xiao Jinli yang terlihat kesal Chu He segera menuruti perintah Xiao Jinli. Chu He menganggukkan kepala. Dan baru kemudian Xiao Jinli melepaskan tangan yang membekap mulut Chu He.

"Aku akan tinggal denganmu. Tidak maukah kau mendengarkan kata-kata ku selanjutnya? Aku ak..."

"Tidak. Tidak perlu. Aku tidak menerima penolakan. Dan juga ..." Xiao Jinli tersenyum penuh arti dan kemudian menggeser posisi duduknya semakin dekat dengan Chu He. Sedangkan Chu He yang melihat sikap Xiao Jinli yang aneh segera menghindar dengan bergerak ke belakang.

"Dan juga apa?" Chu He sudah di tekan Xiao Jinli hingga ke sudut kereta. Jarak mereka hanya satu kepalan tangan. Dan jika kereta itu berguncang, maka Xiao Jinli bisa memeluk pria di depannya itu dengan mudah.

"Chu He, kau diperintahkan untuk membantuku mengungkap kasus uang di Qingzhou."

Seketika Chu He hanya mampu terdiam. Dia benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi. Melihat Chu He seperti itu, Xiao Jinli tertawa.

"Apa kau tidak membaca surat yang di berikan oleh Kaisar? Tapi bagaimana kau tahu jika dirimu diangkat sebagai pejabat pemerintah di Qingzhou?"

"Aku... Aku ...." Chu He bingung bagaimana harus menjelaskan, akan tetapi kemudian dia melanjutkan pembicaraannya dengan nada jengkel. "Sial, bagaimana aku bisa sebodoh itu hingga mempercayai adik pembawa bencana mu itu. Aku percaya saja dengan ucapannya. Tapi dia bilang Kaisar mengangkat ku sebagai pejabat forensik dan wakil penyelidik di Qingzhou? Bagaimana bisa aku membantu mu menyelidiki kasus uang di Qingzhou? Dia juga berkata bahwa surat ini hanya boleh dibuka saat sudah berada di Qingzhou. Jadi ini maksudnya."

Chu He mengomel dengan panjang lebar dan dia bisa dikatakan hampir berteriak ketika berbicara. Prajurit yang sedang berada di sana segera memberikan perhatian kepada pria itu. Xiao Jinli segera menatap mereka dan memberika perintah yang bahkan tidak di ucapkan dalam kata-kata. Akan tetapi anak buahnya mengerti apa yang sedang di maksud jenderalnya.

"Cukup. Apa kau ingin menarik perhatian para bandit gunung dengan berteriak-teriak seperti." kata-kata dn ekspresi wajah Xiao Jinli saling bertolak belakang. Dia benar-benar menikmati menggoda pria di depannya.

Setelah ditegur seperti oleh Xiao Jinli, Chu He segera menutup mulut. Ekspresinya masih kesal dan juga jangan lupakan bibirnya yang sedang terpout dengan lucu. Saat itu juga Xiao Jinli merasa gemas. Dan bahkan ada perasaan terlintas untuk mencium bibir itu.

"Kenapa kau masih di sana?!" Chu He berteriak dan itu menyadarkan Xiao Jinli yang masih terpaku di tempat dia duduk tadi.

Dan dengan linglung Xiao Jinli akhirnya berjalan ke arah Chu He, dia ikut naik dan masuk ke dalam kereta. Tentu saja tanpa peduli dengan tatapan heran Chu He dan anak buahnya yang sedang melihat ke arahnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Chu He ketika kereta sudah berjalan. "Apa kau tidak pergi dengan kudamu? Kenapa harus naik ke dalam kereta bersamaku?"

"Aku lelah naik kuda. Jadi biarkan aku duduk dan tidur di sini." Xiao Jinli berdalih.

"Apakah ketika menjaga perbatasan kau akan naik kereta jika merasa lelah?" Chu He menyindirnya.

"Tidak. Tetapi setelah kita sampai di perbatasan, aku bisa mencobanya." jawab Xiao Jinli santai sembari menyandarkan punggungnya. Dan kemudian pria itu memejamkan matanya.

"Apa kau akan tidur?" Chu He yang sudah membiasakan diri dan mencari posisi duduk yang nyaman di samping Xiao Jinli.

"Tentu saja. Apa yang kau ingin aku lakukan?" Xiao Jinli menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan membuka sebelah matanya untuk melihat Chu He.

Chu He memutar kedua bola matanya. "Terserah padamu. Aku juga akan pergi tidur."

"Tunggu." Xiao Jinli kembali duduk tegak dan menahan Chu He untuk tidak merebahkan dirinya di atas tempat duduk lebar yang memang bisa di pakai untuk tidur.

"Apa lagi?" dengan jengkel Chu He kembali menegakkan badan.

"Kau belum menjawab tentang apakah akan tinggal denganku atau tidak."

"Apa kau gila!" Chu He berteriak tepat di depan wajah Xiao Jinli. Dia sudah tidak bisa sabar dengan orang ini. "Bukankah tadi kau sudah berhasil memaksaku dan mengatakan jika aku harus tinggal denganmu. Lalu apa lagi yang bisa kulakukan setelahnya jika bukan ikut denganmu. Apakah otakmu sudah hilang dari tempatnya." Chu He menumpahkan semua amarahnya dalam satu tarikan nafas.

Dan lihat bagaimana Xiao Jinli menanggapinya. Pria itu malah tersenyum lebar. Dia seperti melihat sebuah pesona lain di dalam diri pria itu. Dia benar-benar terlihat seperti orang gila.

"Baik. Jadi sudah di pastikan kau pulang denganku."

"Ya. Aku pulang denganmu. Apa kau puas. Jika sekali lagi kau bertanya tentang hal ini, akan ku pastikan kau akan benar-benar menyesal pria dengan marga Xiao." 

Dengan itu akhirnya Chu He mengabaikan Xiao Jinli di sepanjang perjalana. Bahkan sampai dia jatuh tertidur pun, dia masih merasa jengkel dengan Xiao Jinli.


********

Pasti ada yang nunggu scene plus2 nya ya???
Hayooo...
becanda plus2




























[BL] The General and His ForensicsWhere stories live. Discover now