11

93 15 3
                                    

Pembunuhan Putra Bangsawan Gu

**********

"Apakah kau sudah kenyang?"

Xiao Jinli bertanya kepada Chu He yang sedang menelan makanan terakhir yang baru dia makan malam ini.

"Kenyang. Sangat kenyang." 

"Baiklah, ini sudah larut malam. Kita harus segera kembali ke penginapan. Ayo."

Xiao Jinli membantu Chu He untuk bangkit berdiri dari tempat duduknya. Dia benar-benar sangat kenyang, bahkan untuk berdiri saja dia sedikit kesusahan dan memerlukan Xiao Jinli untuk membantunya.

"Aiyo, Ah-He, sepertinya kau banyak makan hari ini. Sebaiknya kita berjalan sebentar untuk menurunkan makanan."

"Itu terdengar baik. Lagipula belum terlalu larut untuk kembali  Penginapan. Tentu saja. Hari ini adalah hari di mana aku makan dengan sangat puas di dalam hidupku."

"Senang mendengarnya."

Kemudian Chu He menyentuh perut dan menepuk-nepuknya dengan puas. Suasana hatinya hari ini sangat baik. Xiao Jinli yang melihat rasa puas dan senag Chu He ikut senang. Karena memang itu tujuannya. Dia tidak akan menyerah begitu saja dengan pria yang sedang di papahnya itu.

Percintaan antara sesama pria untungnya tidak terlalu tabu. Bahkan kaisar terdahulu memiliki permaisuri pria, dan menjadi pria pertama yang menjadi ratu pertama dalam sejarah dinasti. Jadi pernikahan sesama jenis tidak terlalu merepotkan, akan tetapi  sangat jarang ada orang yang mau menunjukkan hal seperti itu di depan umum.

Lain halnya dengan Xiao Jinli, dia sudah mengambil keputusan. Bahkan jika orang-orang tahu, dia tidak akan mempermasalahkannya. Bahkan dia ingin jika perlu, dia ingin memberitahu dunia jika Chu He adalah miliknya.

"Ah He, ini hadiah untukmu." Xiao Jinli menyerahkan sebuah kantung sutra merah kepada Chu He.

"Apa ini? Kantong sutra?" Chu He menerimanya dengan penuh tanda tanya.

"Ya, kantong sutra." Xiao Jinli menegaskan.

"Kenapa harus kantong sutra?" Chu He memainkan kantong sutra itu di tangannya.

"Aku tidak tahu. Aku hanya merasa jika kantong itu cocok denganmu. Jadi aku membelikanmu itu." Xiao Jinli sedikit mengangkat bahu ketika mengatakan hal itu.

Chu He melihatnya dengan wajah cemberut. "Jadi ini adalah hadiah yang asal kau beli dan kemudian memberikannya kepadaku."

"Sepertinya seperti itu."

"Sepertinya seperti itu?" Chu He berhenti berjalan dan menatap Xiao Jinli tidak percaya. Akan tetapi beberapa saat kemudian dia menghela nafas. "Sudahlah. Lagipula sangat tidak sopan jika aku menjadi tidak tahu malu hari ini. Kau sudah banyak mengeluarkan uang. Jadi hadiah ini kuterima dengan sangat senang hati. Terima kasih." Dan senyum menghiasi bibir Chu He.

Xiao Jinli hanya membalas dengan senyum. "Kau hanya perlu mengikutiku dan memintaku untuk membelikanmu sesuatu jika kau memerlukannya."

Mendengar hal itu, Chu He tersenyum semakin lebar. "Baik. Xiao Jinli, kau benar-benar teman yang sangat baik. Kebaikanmu mungkin tidak bias ku balas di kehidupan ini. Akan tetapi kuharap di kehidupan selanjutnya kita bisa tetap berteman." Dan Chu He membalikkan badan dan berjalan dengan suasana hati yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Akan tetapi senyuman Xiao Jinli hilang seketika setalah mendengar ucapan Chu He. Ternyata dia masih di tahap sebagai teman yang baik. Dia sedikit kecewa. Tetapi setelah memikirkan jika Chu He masih memerlukan waktu, Xiao Jinli kembali bersemangat.

Setelah berjalan-jalan sebentar, mereka berdua akhirnya kembali ke penginapan. Chu He segera jatuh tertidur ketika dia sudah menemukan tempat tidur. Xiao Jinli mengikuti di sampingnya. Pada awalnya dia menjaga jarak dengan Chu He, akan tetapi setelah memastikan bahwa Chu He sudah terlelap, dia tertidur dengan memeluk pria itu.

Keesokkan paginya ketika mereka sarapan, terdengar berita yang menghebohkan dari salah satu kamar di penginapan itu. Terjadi pembunuhan. 

Dan Chu He yang pada dasarnya selalu menyukai hal-hal yang berbau dengan mayat dan hal-hal yang yang menurutnya menarik, maka dia jangan ditanya lagi. Tentu saja dia segera datang dan mengamati tempat kejadian.

Xai Jinli hanya menggelengkan kepala di sampingnya. Sesungguhnya dia hanya ingin kedamain ketika mengajak Chu He di kota ini. Dia sama sekali tidak mengharapkan akan ada kejadian yang merepotkan seperti ini.

Xiao Jinli saat ini sama sekali tidak ingin terlibat dengan kasus pembunuhan manapun di kota ini. Akan tetapi melihat keantusiasaan Chu He, sepertinya dia harus mengurungkan niatnya untuk merasakan kedamaian dan menjadi orang luar.

"Linyun, bukankah menurutmu ini hal yang sangat menarik." 

Chu He memanggil nama kecil Xiao Jinli, Xiao Linyun. Dan Xiao Jinli sedikit terkejut ketika dia mendengar Chu He memanggilnya dengan nama kecilnya. Sebuah senyum muncul dan hatinya berbunga-bunga mengetahui bahwa Chu He sudah mulai membuka peluang untuk dirinya.

Dan dia harus mengambil kesempatan ini sebaik-baiknya. Dia akan membiarkan dirinya di marahi ibu dan adiknya kali ini. Ibu dan adiknya sedari awal sudah mengingatkannya untuk tidak terlibat dalam hal apapun ketika kembali ke Qingzhou. Hal itu untuk tidak menarik perhatian dari pihak yang sedang mereka intai.

Jadi dia akan menghukum dirinya sendiri untuk pelanggaran. Dia akan meminta maaf kepada ayahnya yang sudah ada di atas sana.

'Aku harus melakukannya agar ibu bisa mendapatkan menantu yang akan memperlakukan anaknya dengan baik. Jadi dia harus memahami. Jinyu, maafkan Gege, ini untuk Kakak iparmu.' Xiao Jinli bergumam di dalam hati.

"Xuan-er, apakah kau tertarik dengan mayat itu?" Dan Xiao Jinli mengikuti alur, dia juga memanggil nama kecil Chu He, Chu Xuan.

"Tidak. Bukankah ini sangat menyalahi aturan. Biarkan pejabat setempat yang menanganinya."

Chu He sepertinya sama sekali tidak menyadari jika Xiao Jinli memanggil nama kecilnya dengan nada menggoda.

Entah Xiao Jinli harus tertawa atau menangis melihat Chu He. Bibirnya mengatakan tidak, tetapi mata dan gelagatnya sangat bertolak belakang.

Chu He memperhatikan mayat seorang pemuda yang tergeletak di atas tempat tidur dengan mata berbinar. Seakan-akan dia baru saja menemukan harta karun yang sangat berharga.

"Baiklah, biarkan pejabat daerah yang mengurusnya. Ayo, kita harus segera menghindar agar tidak ikut terseret dalam kasus pembunuhan itu." Xiao Jinli meraih tangan Chu He dan mengeluarkannya dari kerumunan.

"Linyun, sebaiknya kita duduk dan kembali mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya."

Mereka berdua kembali duduk dan melanjutkan sarapan mereka. Kedua orang itu terlihat sangat aneh jika di bandingkan dengan orang-orang di dalam penginapan itu.

Bagaimana tidak, tamu-tamu yang lain setelah mendengar ada embunuhan di dalam pengipana, mereka sebagian besar segera keluar dan mencari tempat lain untuk makan. Bahkan ada yang merasa mual dan tidak nafsu makan.

Hanya Chu He yang sudah terbiasa dengan memeriksa mayat,dan Xiao Jinli yang sudah biasa melihat banya mayat di medan perang yang dengan santai duduk dan kembali melanjutkan acara makan mereka. Bahkan Chu He sangat menikmati teh yang di buatkan oleh pemilik penginapan yang heran dengan sikap mereka.

"Linyun, teh ini lumayan enak. Kau hrus mencobanya juga." Chu He memberikan segelas teh kepada Xiao Jinli.

"Terima kasih." Xiao Jinli menerimanya dan kemudian menyesapnya perlahan.

Beberapa saat kemudian petugas daerah datang. Mereka segera memeriksa kondisi kamar dan juga  mayat.

Yang meninggal adalah putra sulung bangsawan Gu. Bangsawan yang menjadi penguasa di kota Wu.

*************

[BL] The General and His ForensicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang