23

98 10 0
                                    

Wabah di Qingzhou
******

Satu bulan kemudian, rombongan Xiao Jinli sudah tiba di Qingzhou. Chu He segera melapor ke kantor pemerintah Qingzhou atas kedatangannya dan membawa dekrit kekaisaran yang memintanya menjadi pejabat dan membantu Xiao Jinli dalam menangani sebuah kasus rahasia. Bahkan gubernur Qingzhou sendiri, Chang Ping, tidak tahu misi apa yang sedang dijalankan Chu He dan Xiao Jinli, yang tertulis di dalam dekrit kekaisaran hanya dia yang harus membantu mereka berdua ketika di butuhkan.

Akan tetapi ada berita buruk yang sampai di telinga Chu He hari itu juga setelah dia menyampaikan pesan. Ada wabah cacar di pinggiran kota Qingzhou. Dan itu sudah berlangsung lebih dari satu bulan. Yang berarti wabah terjadi ketika mereka meninggalkan kota Wu.

Chu He segera mengirim pesan kepada Xiao Jinli yang berada di barak militer. Mendengar hal itu, Xiao Jinli segera bergegas pergi ke kantor pemerintahan dan mengatakan kebenaran dan tindak lanjut berita.

Gubernur Qingzhou membenarkan. Xiao Jinli marah karena mereka tidak mengirimkan pesan ke ibukota. Paman kekaisarannya sama sekali belum tahu hal ini.

Merasa di tuduh oleh Xiao Jinli, gubernur Qingzhou menyangkalnya. Dia mengatakan sudah mengirimkan surat ke ibukota kurang lebih ketika wabah mulai terjadi. Akan tetapi sampai sekarang dia sama sekali belum mendapatkan balasan. Bahkan orang yang mengirimkan pesan itu sendiri sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya.

Chu He dan Xiao Jinli berspekulasi bahwa ada yang tidak beres dengan pengiriman surat. Dua hari kemudian, setelah mereka mencari tahu, si pengirim surat yang di utus oleh Chang Ping menghilang tanpa jejak. Akan tetapi dengan kemampuan Bai JingZi, mereka mendapatkan kabar tentang keluarga si pengirim pesa. Dan berdasarkan kesaksian keluarganya, pengirim surat itu tidak kembali ke rumah hingga saat ini. Jadi dapat dipastikan jika si pengirim surat di bunuh di tengah jalan.

Akhirnya Xiao Jinli menyuruh anak buahnya untuk pergi mengantarkan surat ke ibukota. Dia juga mengirimkan pesan kepada adiknya, Xiao Jinyu.

Setelah satu minggu kemudian surat balasan datang dan juga membawa dekrit kekaisaran. Gubernur Qingzhou diminta mengerahkan tenaga untuk para penderita wabah.

Di hari yang sama dengan datangnya dekrit kekaisaran, di barak militer sebelah selatan ternyata sudah tertular wabah cacar. Xiao Jinli segera membangun dinding pemisah antara barak prajurit yang terkena cacar untuk mengisolasi mereka, dan barak prajurit yang tidak tertular wabah. Berita tentang barak tentara yang terkena wabah tidak boleh bocor keluar. Xiao Jinli memberi peringatan tegas.

Dan pada akhirnya disinilah Chu He berada. Dia sedang membantu para tabib untuk menyiapkan obat penawar bagi para prajurit.

Sebenarnya, mereka belum menemukan obat penawar. Hanya beberapa obat yang mereka pakai untuk meringankan gejala. Para tabib sedang berdiskusi tentang penawar itu ketika mereka selesai membereskan para pasien.

Chu He yang memang memiliki sedikit keterampilan medis juga ikut menyumbangkan ide dan membantu mencari solusi.

"Istirahatlah. Kau sudah sibuk seharian hingga lupa makan dan minum. Bahkan kau lupa untuk duduk dan mengistirahatkan kakimu." Xiao Jinli duduk di samping Chu He dan memijat lengannya.

Dia baru saja masuk ke dalam tenda yang didirikan khusus untuk Chu He beristirahat selama berada di tempat isolasi. Sedangkan tenda para tabib berada di samping tenda Chu He.

"Kau sendiri juga istirahatlah. Pasti sangat lelah mengurus tentara sekaligus mengurus masalah wabah ini." Chu He masih sibuk melihat catatan-catatan medis ketika dia berbicara dengan Xiao Jinli.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita beristirahat bersama."

Tanpa peringatan, Xiao Jinli mengangkat tubuh Chu He dari atas tempat duduk.

"Apa yang kau lakukan." Chu He sedikit terkejut akan tetapi dia tidak menolak.

"Kau pasti tidak akan berhenti jika aku hanya berbicara. Bukankah tindakan lebih baik daripada pada banyak bicara." Xiao Jinli tersenyum.

Xiao Jinli menurunkan Chu He diatas tempat tidur. Dia membantu Chu He membuka jubah luarnya hingga hanya menyisakan pakaian bagian dalam. Dengan patuh Chu He menerima perlakuan Xiao Jinli terhadapnya.

Xiao menyusulnya naik ke atas tempat tidur setelah melepas baju jenderalnya dan juga jubahnya yang berat. Dia tidur di samping Chu He yang ternyata masih membawa buku di tangannya.

"Buku apa yang kau baca?" Xiao Jinli bertanya sembari mengintip dari balik bahu Chu He.

"Buku medis peninggalan kakek. Aku baru ingat jika keluargaku juga memiliki beberapa catatan medis dari generasi leluhur. Siapa tahu aku menemukan tentang wabah cacar. Ayahku pernah menyinggung tentang wabah cacar di jaman kakek buyutku." Chu He membalik halaman berikutnya dan sama sekali tidak terganggu dengan tingkah Xiao Jinli.

"Ah-He."

"Hmm!" Chu He masih membaca kata demi kata dari halaman buku yang masih dia baca.

Xiao Jinli mulai menggerakkan tangannya dan memeluk pinggang Chu He. Dia mencium tengkuk Chu He dalam-dalam, seakan aroma Chu He bisa membuatnya melayang dan merasa lebih baik. Dan kemudian Xiao Jinli menghembuskan nafas berat. Seakan-akan beban di hatinya terangkat.

Merasakan gelagat aneh Xiao Jinli. Chu He menandai halaman buku yang masih dia baca dengan selembar ukiran perak tipis. Dia menutup buku dan meletakkannya di atas meja yang berada di samping tempat tidur.

Chu He berbalik dan menatap Xiao Jinli. Dia mengamati wajah Xiao Jinli dengan tatapan lembut dan kemudian tatapannya menjadi tajam. Merasa sedang di nilai, Xiao Jinli tersenyum dan kemudian dia meraih Chu He dan memeluknya.

"Apakah ada masalah?" Chu He membalas pelukan Xiao Jinli dan kemudian menepuk-nepuk pelan punggungnya.

"Ya." Xiao Jinli menjawab singkat sembari menghirup kembali aroma Chu He dengan menelusupkan wajah dalam-dalam di leher pria itu.

Chu He tidak bertanya lagi, dia menunggu Xiao Jinli mengatakannya sendiri. Xiao Jinli merasa bahwa Chu He sedang menunggunya mengatakan sesuatu, dia segera melepaskan pelukan dan menatap Chu He.

"Sepertinya ada sesuatu di balik wabah cacar ini. Bagaimana menurutmu?"

Mendengar Xiao Jinli berkata seperti itu, Chu He sedikit memikirkan kembali kejadian-kejadian sebelum ini. Bahkan dia mengingat ketika terjadi pemberontakan di ibukota yang melibatkan adiknya dan Xiao Jinyu. 

"Apakah ini berhubungan dengan pemberontakan di ibukota?"

"Tidak. Aku berpikir jika hal ini dilakukan oleh  dua orang yang berbeda. Jinyu sudah memastikan jika semua orang yang terlibat dengan pemberontakan waktu itu di tumpas habis. Aku sedikit curiga ada orang yang sedang berusaha membuat kita mengalihkan perhatian dari kasus pembuatan uang palsu."

"Setelah kau mengatakannya, aku mengingat ketika kita berada di kota Wu. Bukankah sedikit aneh bahwa ada kasus kematian yang melibatkan keluarga bangsawan ketika kita baru datang ke sana. Itu juga aneh menurutku. Bagaimana menurutmu?"

"Aku sudah menyuruh  orang untuk menyelidiki di sana."

"Siapa yang kau kirim? Aku hanya pernah mendengarmu mengatakan akan mengirim orang ke sana dan aku tidak tahu siapa dia."

Xiao Jinli tersenyum. Dia meraih sehelai rambut Chu He yang jatuh di pipi pria itu dan kembali menyelipkannya di belakang telinga. "Itu adalah Su LanYi."

"Su Lan Yi?"

*******************

[BL] The General and His ForensicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang