18

10.4K 1K 116
                                    

Up cepaattt...

Menuju end ♥️

Hana dan Mada sudah pulang ke rumah setelah tiga hari di klinik. Malik meletakkan koper dan tas sedangkan Hana langsung tidur di ranjang.

"Akhirnya bisa tengkurep lagi setelah berbulan-bulan"

"Awas... Obrasan kamu ntar lepas" omel Malik

Hana tidak peduli, ia malah berguling-guling ke kanan kiri sedangkan Malik menggendong Mada yang terlelap.

"Jangan senang dulu hei... Ready buat anak kedua?" Goda Malik

"Jahitan aku belum kering ya, Malik Leonardi anaknya Jefri!" Jawab Hana

"Hehehe nanti dulu deh setahun dua tahun. Engap nyari duitnya"

"Tuh tahu, aku mandi dulu ya, kak. Jagain Mada bentar"

Malik mengajak berjemur Mada di teras rumah. Bayinya itu sangat anteng dan suka  tersenyum.

"Didi gak pernah menyesal udah sejauh ini sama buna sampai punya kamu. Jadi anak yang sehat dan kuat ya"

Jefri menemani Jeje terapi untuk melatih otot syarafnya. Pelan-pelan anaknya sudah bisa menyeret kakinya meski harus berpegangan pada tiang.

"Pelan-pelan, sayang. Ayo sini jalan ke papi"

"Kay...ya bayi"

"Kan emang kamu masih bayi, masih kecil terus buat papi"

Tyas tersenyum di kursi tunggu bersama Nana. Ia bahagia melihat perubahan suami dan anaknya.

"Jeje hebat ya, tan. Pemilihannya cepat, aku dulu sampai tiga bulan belum bisa gerak lagi"

"Tante masih gak nyangka Jeje bisa sakit separah itu. Dia hidup sehat, olahraga terus, gak ngerokok. Tante merasa bersalah sebagai ibu"

"Tante yang sabar ya, ibu Nana juga awalnya sedih banget tapi lama-lama dia jadi kuat dan selalu tegar sampai sekarang"

"Nana juga hebat udah bertahan sejauh ini. Makasih udah support Jeje terus"

Jefri memapah tubuh Jeje dan mengajak anaknya duduk di kursi.

"Mau minum?" Tawar Jefri

"Ma...u sam...ma nana"

"Halah, ya udah mami sama papi ke ruang dokter Sena dulu"

Jeje menggenggam tangan Nana yang duduk di sebelahnya.

"Jeje hebat step by step pasti bisa jalan lagi, bisa normal lagi"

"Nan...na cantik

"Udah sakit masih suka gombal. Ngeselin!"

"Mau...ja..di pac...car aku?"

Nana menatap Jeje dengan wajah serius. Kemudian ia mengangguk.

Jeje mendekatkan bibirnya ke wajah Nana dan bersiap menciumnya.

"Baru bisa gerak udah cium-cium orang" omel Nana

"Tapi ka...mu mau"

"Soalnya kamu ganteng sih! Jadi aku mau!"

Mereka berdua tertawa dan saling menggenggam. Jeje menyandarkan kepalanya di bahu Nana dan menutup matanya perlahan.

Malik pagi-pagi sudah kena semprot Hana karna masih rebahan di kasurnya.

"Ayo bangun terus berangkat kerja"

"Males kerja, Han. Pengen bobok sama Mada dulu"

"Iihhhh... Kalau gak kerja aku sama Mada makan apa? Makan cinta? Mana kenyang, kak!"

"Bentar, mau cium Mada dulu"

Hana merengek minta di cium juga. Tidak adil jika hanya Mada yang dicium ayahnya.

"Pokoknya pagi cium aku, sore pulang kerja cium juga, malam mau tidur cium lagi" pinta Hana

"Gak mau.... Bosen"

"AWAS AJA KAMU MINTA JATAH! GAK AKU KASIH!"

Malik tertawa terbahak-bahak sambil berlari ke kamar mandi. Hana sungguh lucu akhir-akhir ini.


Nana mendorong kursi roda Jeje ke dalam rumahnya. Ini masih pukul delapan malam dan mereka baru pulang dari rumah sakit.

"Kok gelap, mami papi keluar?"

"Gak tahu... Kan ini rumah kamu"

Begitu mereka berjalan semakin ke dalam lampu tiba-tiba nyala dengan Jefri memegang kue tart dan Tyas yang meledakkan balon berisi potongan kertas.

"Happy birthday Jeje...."

"Happy birthday Jeje..."

"Papi, kak Malik mana?"

Jefri dan Tyas saling pandang. Jefri berjongkok di hadapan kursi roda Jeje dan menggenggam tangan anaknya.

"Papi minta maaf belum bisa bawa Malik pulang. Tunggu sebentar lagi ya"

"Kak Malik nanti pulang. Kita tunggu aja ya"

Jeje nampak kecewa namun ia juga tidak bisa marah pada orang tuanya. Ia tetap berusaha tersenyum dan menerima semua kejutan ini dengan bahagia.

Chita merapikan tas nya. Ia berniat pulang ke Indonesia sekarang juga.

"Kamu pulang surat cerai kita juga bakalan keluar!"

"Apa pernikahan kita selama dua puluh tahun lebih gak ada artinya buat kamu? Apa aku cuma mesin anak buat kamu?" Tanya Chita dengan berlinang air mata

"Okay fine kalau kamu mau pulang. Coba aja kamu pesan tiket kalau bisa" tantang Johan

Ibu dua anak itu membuka M-banking miliknya dan benar saja semua akunnya cuma terblokir. Ia sama sekali tidak punya uang sekarang.

"Kenapa? Sadar kalau kamu tanpa aku cuma debu?"

"Kamu jahat, Johan!"

"Its me..." Johan santai

Lelaki itu keluar dari kamarnya dan pergi ke bar seperti sebelum-sebelumnya.


Hana bersandar di dada Malik sambil menyusui anaknya yang belum tidur.

"Bule ya kak anak aku... Mirip siapa ya?"

"Ya mirip aku lah. Masa mirip siapa" omel Malik

"Kak dulu aku naksir Jeje loh, serius. Dia tuh idola di sekolahku"

"Jeje mah udah gak diragukan lagi. Dia emang dari kecil sering digodain cewek. Eh, Jeje hari ini ulang tahun"

"Serius, kak?"

Malik mengangguk, dia mencoba menelfon adiknya itu.

"Gak ada jaringan, Han. Pusing banget di sini gak ada signal"

"Mau balik Jakarta?" Tawar Hana

"Ntar, gajiku belum kekumpul banyak. Di sini gajinya lumayan besar soalnya"

Pikiran Malik sekarang lebih dewasa. Asalkan ia mendapat uang untuk kelurga kecilnya maka ia akan melakukannya.


Next?

Aku up cerita markhyuck lagi di book sebelah. Jangan lupa baca yaaa

BABY (MARKHYUCK-GS)Where stories live. Discover now