19

10.2K 995 113
                                    

Kangen gak?

Kemarin sibuk upacara wkwk....

Sekarang Jefri lebih sering berada di rumah, ia lebih suka mengerjakan semua pekerjaan kantornya dari rumah secara online agar bisa menemani anak dan istrinya.

"Jef, kamu gak tidur?"

"Belum, aku masih nanya kenalan aku yang orang bandara. Dia bisa dapat data penumpang di semua penerbangan"

"Makan dulu, kamu tadi cuma makan roti doang gak makan nasi loh"

Jefri menarik tangan Tyas dan menyuruhnya duduk di pangkuannya.

"Aku kelewatan banget ya jadi bapak? Anak sampai sakit bahkan gak tahu, anak pergi kemana juga gak tahu"

"Semua berproses, Jef. Emang sih kita harus dibuat jera dulu baru ngerasain kapok" jawab Tyas

"Kalau kamu mau ngajuin gugatan cerai gapapa kok, Yas.

Mulut Jefri disentil oleh Tyas.

"Jadi istri kamu emang gak mudah. Tapi, jadi janda jauh gak mudah, Jef. Pasangan yang cocok banget itu gak ada kan? Yang ada harus saling mengalah dan memahami kan?"

"Aku ngerasa gagal aja sebagai suami dan ayah buat anak kita"

"Jangan overthinking, Jef. Malik itu kuat dan gak bodoh, dia pasti bisa bangun hidupnya sendiri. Feeling ibu kuat loh" jawab Tyas

"Makasih ya... Maaf aku masih sangat jauh dari kata sempurna buat kamu"

Tyas hanya tersenyum dan memeluk leher suaminya. Sulit baginya untuk membenci suaminya.


Hana dan Malik terpaksa bangun karena anaknya yang menangis minta ditemani begadang.

"Ayo dong bobok lagi, ini belum subuh loh, dek"

"Kakak tidur lagi aja. Besok kerja loh"

"Gak ah, lagi seru sama Mada. Lihatin deh ganteng banget anak aku kaya bule gini. Kamu gak bikin sama bang Chan kan?" Tanya Malik

"Enak aja! Ulah kamu gara-gara lupa pake kondom padahal!"

Malik langsung menutup telinga anaknya dengan tangannya.

"Heh, ngomong jorok bahas gituan di depan Mada" omelnya

"Ya lagian sih kakak ngebahas pas bikin"

Sementara Mada hanya memandang kedua orang tuanya yang bertengkar sambil menyender pada bantal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sementara Mada hanya memandang kedua orang tuanya yang bertengkar sambil menyender pada bantal.

"Kamu kapan dapat liburan kak?" Tanya Hana

"Belum tahu.... Kayaknya sampai akhir tahun aku belum bisa ambil cuti deh. Kan udah kepakai pas kamu lahirin ini bocil"

"Aku kangen Jakarta sih kak. Tapi kalau kakak belum bisa libur ya gapapa. Kita juga harus nabung juga kan?"

Malik merasa bersalah dengan istrinya. Hana yang biasa membeli barang branded dari kecil sekarang jarang sekali belanja.

"Mau belanja? Gajiku lumayan di sini. Kamu kalau mau beli juga gapapa"

"Gak ah, ongkir ke Kalimantan mahal. Di simpan aja buat sekolah Mada nanti"

Makasih ya, buna"

"Iiih jangan gitu ihhh... Selain Mada sama anak kita yang kedua gak boleh panggil aku buna!"

"Oh, berarti siap anak kedua nih? Yuk bikin" kata Malik sambil menaik turunkan alisnya

"KAK MALIK!"

"Huwaaaaaaa"

Malik tertawa saaat Hana langsung memeluk Mada dan memunggunginya. Hana masih menggemaskan seperti dulu.


Johan menata baju tas di kopernya membuat Chita bingung dengan suaminya.

"Kamu kenapa sih tiba-tiba packing baju? Mau kemana?"

"Daripada banyak tanya mending kamu packing sekarang. Dua jam lagi kita flight ke Indonesia"

"HAH? Ada apa?" Tanya Chita

"Papa ke Jakarta, dia bisa marah kalau kita gak di sana. Telfon Hana suruh pulang ke rumah. Kalau belum lahiran gak usah ke rumah. Kalau udah anaknya suruh titip ke suaminya aja"

"Kamu emang gila"

"Daripada Hana gak dapat warisan dari kakeknya mending kakeknya gak tahu dia hamil diluar nikah kan? Aku melindungi Hana" jawab Johan santai

"Hana gak butuh warisan! Dia cuma butuh kita ada disamping dia"

"Bullshit! Money is our priority"

Chita hanya menurut kepada suaminya. Yang penting ia bisa pulang dan segera memeluk anak perempuannya itu.

Jeje berjalan perlahan ke pintu rumahnya saat ada yang memencet bel rumahnya di pagi buta.

"Mana Malik sama Hana?"

"Om Johan, masuk dulu om"

"Panggil Malik sama Hana saya mau ketemu mereka"

Jefri dan Tyas yang mendengar suara berisik langsung menghampiri mereka.

"Johan... Ngapain kamu kesini?" Tanya Jefri

"Saya mau jemput Hana. Di mana dia?"

"Kita gak tahu Malik sama Hana di mana, kita masih nyari mereka"

"WHAT? BISA-BISANYA KAMU GAK TAHU MEREKA ADA DI MANA!" Marah Johan

"Jef, kita mau ketemu Hana Jef. Tolong kasih tahu di mana mereka" pinta Chita

"Andai kita tahu dimana mereka, pasti mereka udah ada di hadapan kalian sekarang. Lebih baik kalian masuk dulu, kalian cari aja kalau kalian gak percaya" jawab Tyas

Johan dan Chita duduk di ruang tamu Jefri dengan keluarga besannya itu.

"Kita lost contact sama Malik sejak empat bulan lalu. Kita gak tahu dia di mana" ujar Tyas

"Hana udah lahiran kan? Anaknya gimana?"

"Kita gak tahu, Chit. Ayo sama Jefri sampai sewa detektif khusus, tapi hasilnya belum ada"

Johan mulai gelisah, sebenci apapun ia pada Hana ia tetap panik saat tahu anaknya hilang.

"Mereka masih hidup kan? Malik gak nyakitin Hana kan?" Johan

"Aku yakin mereka baik-baik saja sekarang. Aku masih nunggu hasil dari client aku dulu" jawab Jefri

Chita memandang Jeje yang nampak berbeda. Kurus dan nampak pucat dengan tiang infus serta topi rajut.

"Jeje, kamu sakit?"

"Iya, tante. Aku aneh ya?" Tanya Jeje dengan sedikit tersenyum

"Gak kok, sayang. Maaf ya sayang kalau pertanyaan tante bikin kamu gak nyaman"

"Jeje sakit apa Jef?" Tanya Johan

"Kanker otak stadium tiga, aku lagi berusaha nyari Malik. Jeje pengen banget ketemu kakaknya"

"Johan, lebih baik kamu mengampuni semua kesalahan Hana. Percuma kamu kaya gini ke Hana. Jangan sampai ada sesuatu sama Hana di kemudian hari dan kamu menyesal—"

"Aku sama Jefri udah ngalamin. Dan aku gak mau kamu sama Chita juga mengalami hal yang sama. Gak ada yang namanya bekas anak, Jo. Please maafin Hana sama Malik"

Johan hanya diam. Hatinya gundah saat ini. Ia begitu merindukan anak perempuannya yang selalu manja padanya itu.

Next?

Makin gak jelas astagaaaa....

Yuk tamat yuk...

BABY (MARKHYUCK-GS)Where stories live. Discover now