20

11.1K 995 228
                                    

Update cepat...



Johan dan Jefri sekarang bekerjasama untuk menemukan anak-anak mereka. Mereka juga penasaran bagaimana rupa bayi mungil yang mungkin sudah dilahirkan oleh Hana.

"Kayaknya sekarang kita lagi dihukum sama Tuhan, kita lalai jagain anak"

"Hahaha iya, padahal kesalahannya mereka kesalahan kita juga karna gak becus didik anak" timpal Johan

"Gue sampai minta maaf sama Jeje. Hancur banget hati gue waktu Jeje sakit. Ternyata benar, Jo. Sebanyak apapun uang kita gak bisa beli nyawa anak"

Johan mengangguk. Ia setuju dengan Jefri.

"Hana udah lahiran ya mungkin... Istrinya Henry kena kista sama pcos dan kalau mau punya anak harus terapi dulu, agak susah"

"Sabar, Jo. Mereka masih muda jangan di pressure harus punya anak cepat"

"Henry rencana mau adopsi anaknya Hana sama Malik...."

Jefri hanya menanggapi dengan anggukan. Bingung ingin menjawab apa.


Jeje jalan keluar dengan Nana, mereka naik mobil diantar oleh sopir keluarga Jeje.

"Pak, turun aja sih. Kita mau berduaan di mobil"

"Gak bisa, den. Udah diwanti-wanti bapak kalau gak boleh ditingal berdua"

"Benar ya kata orang kalau pacaran berdua yang ketiganya syaiton" sahut Nana

Si sopir hanya tertawa sambil membenarkan kaca spion.

"Bapak mungkin mencegah kejadian kaya den Malik. Jadi nyuruh saya nungguin kalian"

"Yakali kita mau gituan di mobil, pak. Mobil papi lagi. Di dashboard dipasang kamera juga sama papi, bisa-bisa bukan mati karna sakit tapi mati ditangan papi"

"Emangnya kalian mau ngapain sih?" Si sopir penasaran

Jeje dan Nana saling pandang.

"Mau ciuman...." Jawab mereka serentak

"Ya udah deh saya tutup mata biar gak kelihatan"

Tak menunggu lama Jeje langsung mengecup pipi Nana dan sang sopir hanya menahan tawa di sela-sela ia mengintip.


Malik hari ini libur karna weekend, ia menghabiskan waktu di kamar bersama dua malaikatnya.

"Semangat Mada ayo semangat!"

"Ayo dikit lagi Mada! Ayo anak didi pasti bisa!"

"YESSSSS!"

Mereka bersorak saat badan Mada berhasil tengkurap sempurna.

"Bentar lagi pasti nangis gara-gara gak bisa telentang. Kebanyakan nenen ini si gembul..." Ujar Hana sambil mencubit pipi Malik

"Ayo juga suka nenen tapi gak gembul-gembul" sahut Malik

"Aku pukul nih kalau ngomongin gituan"

"Ya kan ini fakta, aku suka nenen kamu sama kaya Mada tapi aku gak gembul"

"Bodo ah..."

Hana langsung membawa Mada ke pelukannya dan menyusuinya.

"Kamu kurusan ya, Han"

"Ya bagus dong, biar gak makin lebar" jawab Hana

"Iya sih.... Tapi aku suka waktu kamu hamil. Gemoy banget, aku hamilin lagi mau?"

"Halah, bilang aja mau minta jatah. Ntar dulu tunggu Mada bobok siang"

"YES!"

Malik tertawa girang. Pasalnya sejak Mada lahir ini baru pertama kalinya mereka akan bersetubuh kembali. Malik lelah harus bermain dengan telapak tangannya di kamar mandi.


Jeje menghapus darah yang mengalir dari hidungnya. Kepalanya pusing dan ia hanya mampu bersandar pada kursi ruang tamu.

"Papi gendong ke kamar ya..."

"Gak, mau di sini aja lihat rumah"

"Rumah kita gak akan pergi, nak. Gak perlu kamu lihatin" sahut Jefri sambil tertawa

"Emang.... Akunya yang pergi, pi"

"Gak boleh ngomong gitu. Jeje kan anak kuat, jago berantem, jago basket"

Kepala Jeje menggeleng pelan sambil menatap lampu hias di atap mereka.

"Kakek sering nyamperin aku. Tapi aku minta tunggu dulu sampai aku ketemu kakak sama ponakan aku"

"Kakek kan di Jogja, sayang. Jeje mau ketemu kakek?" Tanya Tyas

"Bukan kakeknya mami... Tapi kakeknya papi"

Tyas dan Jefri saling pandang dan Jefri langsung menggenggam tangan Tyas. Ayah Jefri sudah meninggal sejak Jeje kecil.


Johan pergi ke kamar yang dulu dipakai Hana untuk tidur, di sana banyak terpasang foto keluarga dan foto Johan terpampang di atas meja belajar Hana.

Tangan Johan membuka satu persatu foto milk Hana sewaktu kecil. Ia sering mengambil foto Hana diam-diam dan ia abadikan di album foto ini.

"Kamu lagi apa, nak? Papa kangen"

"Papa mau lihat cucu papa. Papa kangen dipeluk sama kamu, hiks"

Ia membuka laci kamar Hana dan menemukan tumpukan testpack yang semuanya berisi dua garis merah.

"Maafin papa ya, nak. Pasti berat banget hamil tanpa dukungan keluarga. Papa kangen"

Johan mencium aroma parfum Hana yang selalu dipakai anak perempuannya itu, ia menyemprotkannya di bantal dan selimut Hana.

"Kenapa rindu sama kamu seberat ini, Hana?"

Ia terisak sambil menghirup aroma Hana dan tertidur di kamar anaknya.


Jefri langsung bangun mengambil kunci mobilnya dan membuat Tyas heran. Ini bahkan tengah malam.

"Kamu mau kemana, Jef?"

"Client aku bilang ada transaksi di rekening Malik dan lokasinya ada di daerah Kalimantan" ucap Jefri antusias

"Kamu yakin?"

"Iya, aku mau flight ke sana sekarang juga. Aku mau ajak Johan"

Tyas mengucap syukur, setidaknya ada sedikit harapan untuk bertemu putranya itu.

"Tiket pesawat gak ada yang ready buat penerbangan sepagi ini untuk ke Kalimantan" sela Tyas

"Aku bisa carter.... Jangan bilang Jeje ya, kita kasih surprise buat dia"

"Okay.... Kabarin aku ya apapun yang terjadi"

"Iya, sayang"

Jefri mengecup kening Tyas dan putranya yang tertidur pulas akibat obat bius yang diberikan oleh maminya.


Next?

Malik rela gak ya kalau anaknya diminta sama Henry?

BABY (MARKHYUCK-GS)Where stories live. Discover now