BAB 16-Hujan Di Sore Hari

82K 9.1K 124
                                        

"Calais."

"Ardelo."

"Loh, lo kenal?" tanya Gisto.

Cala terkekeh melihat raut wajah Ardelo yang tidak enak kepadanya. Padahal dia biasa-biasa aja.

"Jangan bilang kalian lupa."

"Dia sama temennya yang sering Bawa Cakra sama Erlangga kalau mabuk," ucap Ardelo.

Gisto tertawa. "Maaf gue lupa. Biasalah di sana cahaya gak terang."

Awal pertemuan mereka buruk sebenarnya, dalam keadaan mabuk Cakra memukul Ardelo habis-habisan karena bersiul saat Terra lewat. Tapi untungnya hal tersebut tidak berlanjut kepada dendam.

"Lo diapain? Mereka gak ngapa-ngapin lo kan?" tanya Ardelo was-was.

"Gue gak akan kasih tahu Cakra atau pun Erlangga."

Mereka berempat langsung lega. "Erla kabarnya gimana?" tanya Gisto.

"Semenjak pindah ke Garuda dia masih marah sama gue."

"Berarti sekarang lo satu sekolah sama Cakra, yaya," tutur Gisto.

Cala mengangguk, bercerita panjang lebar termasuk soal kenapa lengannya tidak bergerak sejak tadi. Cala memperlihatkan lilitan perban membuat semuanya meringis. Tapi Cala tidak menyebutkan siapa pelakunya.

"Ujan," gumam Gina.

"Kenapa kalau Hujan?" tanya Cala.

"Bus bakal telat datang," keluh Gina.

Terlihat keresahan dimatanya, dia mengerti Gina tidak biasa diposisi ini, mungkin Gina takut jika Ardelo bertindak Macam-macan dan Cala menegaskan kepada Gina untuk tidak mengkhawatirkan apapun.

"Titip dia, ya. Jangan diapa-apain. Awas aja kalau gue ampe denger lo buat luka dia segores pun. Lo dan temen lo itu bakal nerima akibatnya,"
Ancamannya dingin.

Ardelo mengangguk kaku, berjanji kepadanya. "Ngomong-ngomong lo ngapain di sini?"

"Gue nunggu Zaro," jujur Cala.

"Zaro?" tanya mereka serempak.

"Hm."

"Pas bubaran Garuda tadi gue liat Zaro sama Kana boncengan," gagap Gina.

"Serius?!"

Cala berpikir apa maksudnya dari semua ini, Zaro memintanya untuk menunggu di halte tapi pemuda itu justru pulang bersama Kana. Sial Zaro tidak mengangkat panggilannya. Dia menghubungi Budi untuk menanyakan keberadaan Zaro dan sialnya.

Dia menunggu hujan-hujanan di sini sedangkan Zaro dan Kana sedang berada dikedai kopi. Cala meremas ponselnya akan dia beri pelajaran Zaro karena bermain-main dengannya.

"Gue mau pulang," pamit Cala.

"Gue anter," ucap Ardelo.

"Gak perlu. Gue bisa sendiri," tolak Cala.

"Kalau ada apa-apa. Masih inget kan."

Cala mengacungkan jempolnya kemudian berlari menerobos hujan. Tak peduli dengan pakaiannya yang basah dia hanya ingin bermain hujan. Wangi hujan adalah candu baginya.

Dua jam berjalan akhirnya dia sampai di rumah Zaro. Hujan pun sudah reda, seluruh pelayan rumah Zaro terkejut melihatnya yang basah kuyup. Dia memberikan isyarat untuk semuanya diam saat mendengar suara keributan dari dalam rumah.

Plak

"Bagus. Kamu bertengkar dengan Cakra karena wanita," bentak Khansa.

"Cakra yang mulai lebih dulu," sahut Zaro memegang pipinya yang ditampar.

Zarocala Where stories live. Discover now