"JANGAN PERNAH HINA IBU GUE!" Kana mendorongnya hingga terjatuh.
Tangan Kana mengepal marah. Siapa pun tidak ada yang boleh menghina ibunya. Kana terima jika dia dihina tapi ibunya jelas tidak.
"Apa-apan sih lo," ucap Cala berdiri dengan santai.
Kana memukulnya tapi kedua lengannya ditangkap oleh Cala. "Gue gak pernah ngehina siapa pun."
"Lo barusan ngehina ibu gue bangsat!"
Dengan mudah Cala menghempaskan Kana. "Lo, segala sesuatu yang diawali hal buruk akan mendapatkan karmanya."
Cuaca semakin panas dan Cala tidak senang. Dia marah hanya saja sedang malas meladeni Kana.
"Sampaikan ke ibu lo itu kembalikan sesuatu yang bukan miliknya. Atau sang pemilik akan merebutnya dengan paksa," bisik Cala kemudian pergi.
Namun Kana tidak terima dan langsung mendorong Cala keras. Menjambak rambutnya serta menampar pipi Cala berkali-kali. Akbar berusaha menarik Kana tapi tenaga Kana lumayan juga.
"Gue bilang sama lo jangan pernah hina ibu gue," seru Kana dengan air mata yang berlinang.
Kana sesegukan bukan sekali dua kali dia dibilang anak Pelacur. Tapi Cakra bahkan orang yang memegang lengannya kali ini saja pernah berkata seperti. Dia tidak terima ibunya itu orang baik-baik.
Sedangkan Cala dibantu oleh Cakra berdiri. Gadis itu meringis karena pipinya terasa perih, rambutnya juga berantakan. Cakra meremas bahu Cala yang bergetar.
"Lo dan ibu lo itu sama aja," ucap Cala pelan.
Kana berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Akbar. "Jaga mulut lo."
"Jaga juga diri lo."
"Lepasin gue Bar. Gue mau ngasih pelajaran sama tu cewek murahan!"
Cala memegang lengan Cakra sebentar sebelum pemuda itu mundur dan memberikan ruang untuk Cala. Begitu pun Akbar yang melepaskan Kana.
Bak serigala yang terlepas Kana langsung menerjang Cala.
"Lo-asu." pekik Kana karena Cala menggigit telunjuknya. Rasanya menyakitkan karena gigi Cala itu seperti gergaji.
Melihat Cakra mundur anak Argos dibuat terheran-heran. Namun sayang tidak ada Zaro diantara mereka.
Cala meludah ke kiri. "Gue gak pernah suka ditunjuk-tunjuk apalagi oleh orang kayak lo," tegas Cala.
"Sok tinggi lo pernah tidur sama Cakra juga," sinis Kana.
Gadis itu mengangguk. "Gue tidur sama Cakra? Bukanya lo yang sering tidur sama Erlangga?!"
Tidak hanya Kana yang terkejut tapi Cakra pun sama. Sepertinya kesalahan besar memberikan ruang kepada Cala karena gadis itu benar-benar marah.
"Jawab, bukannya lo yang sering tidur sama Erlangga bahkan jadi selingkuhan dia?"
Plak
Tamparan yang membuat telinga Calais berdengung. Dia melihat tepat pada mata Kana yang berapi-api.
Bugh
"Aw," ringis Kana.
Cala menonjok pipi Kana kemudian mencengkram rahangnya. "Gue udah berusaha sabar sama lo, Babu," desisnya.
"Dasar jalang," pekik Kana karena Cala memegang lengannya menekan kukunya ke kulit Kana.
Mata gadis itu semakin mengeluarkan air mata. Semakin dilihat semakin membuatnya muak. Cala menjambak rambut Kana sebagai balasan. Kana memberontak melontarkan kata-kata kasar, memaki Cala berulang kali. Aksi saling jambak dan tampar itu berlanjut berakhir dengan Cala yang mendorong Kana keras.
"Kedamaian lo itu bakal gue hancurin!" marah Kana.
Gadis itu. Cala memejamkan matanya dengan air mata yang mengalir. Lengannya mengepal tubuhnya sedikit bergetar menahan gejolak emosi sebelum keluar dan menyakiti beberapa pihak.
"Diem setan," gumam Cala.
"Lo yang diem, anjing!"
"HIDUP DARI HASIL NGEREBUT MILIK ORANG LAIN HARUSNYA LO DIEM AJA."
"CALAIS," tegur Cakra dan Akbar bersamaan.
"Apa? Bener kok. Ibu dan anak emang gak beda jauh."
"Calais," tegur Cakra menariknya agar tidak berbicara lebih jauh.
"JAWAB GUE! EMANG LO SUCI?!" bentak Kana.
"SUCI? SEENGGAKNYA GUE GAK REBUT HAK ORANG LAIN."
"Balikin semuanya Kana. BALIKIN!" Emosi Cala meluap-luap terus berbicara untuk mengembalikan semuanya. Setelah sekian lama akhirnya dia memiliki kesempatan untuk meminta hal itu kepada gadis ini.
"LIHAT AKU CALA," teriak Cakra menggoyangkan bahunya.
"MINGGIR! LO MAU BELA DIA?"
"Gak gitu sayang," balas Cakra melihat mata Cala yang berair.
Cakra menggeleng kemudian memberikan isyarat kepada Ullani untuk membawa Kana pergi. Cala memberontak masih belum puas tapi Akbar juga menahannya.
"Tapi aku belum puas Cakra. Dia harus membayar semuanya," ucap Cala sesegukkan.
"Udah Cala," sahut Akbar mengelus bahunya.
Mereka membawa Cala ke pinggir lapangan memberikan gadis itu minum. Para teman-temannya ikut sedih melihat Cala yang menangis tanpa suara.
"Cala." Zaro baru saja datang melihat Cala heran.
"Ada apa?"
"Lo ke mana aja sih? Ada hal penting malah hilang," gerutu Budi.
Tidak ada satu pun dari mereka yang menjelaskannya kepada Zaro. Pertama karena Cakra hanya diam saja dengan tatapan kosong, kedua karena Akbar pun sama dan yang ketiga Zaro tidak akan percaya kepada mereka sebelum ada bukti atau dia yang melihatnya sendiri.
Sekalipun dua puluh orang berkata buruk tentang Kana, pemuda itu tidak akan percaya.
Melihat kondisi Cala yang seperti buruk. "Ayo kita pulang, tidak apa-apa," ajak Zaro menuntunnya berdiri.
Zaro masuk ke kelas Cala untuk membawa tasnya.
"Sayang," seru Kana senang karena Zaro datang.
"Kamu kenapa?" tanya Zaro melihat kondisi Kana yang berantakan.
Air mata Kana lolos. "Tadi Cala nyerang aku, aku gak tahu alasan dia apa tadi dia nampar dan jambak. Tuh sakit," rengek Kana.
"Oh, cepet diobati. Ulla obati, ya," perintah Zaro.
"Gak mau sama kamu yang? Di UKS gitu? Atau kita pulang ke rumah sakit atau ke rumah aku."
Zaro tidak menjawab. Dia justru membawa tas Cala dan keluar. Teriakan Kana pun tidak Zaro dengar. Tidak tahu kenapa tapi hatinya berkata ada yang salah, atau memang perasaannya sudah hilang kepada Kana?
"Kita ke dokter, ya," ajak Zaro membuka pintu mobil Denis.
Denis meminjamkam mobilnya karena khawatir terhadap Cala. Keadaan dimobil hening sampai ke rumah sakit pun Cala masih tidak mengeluarkan suara.
"Rambutnya sedikit rontok karena bekas jambakan yang keras dan itu akan membuat dia sakit kepala. Lebam dan bekas tamparan itu dapat hilang dengan cepat asal rutin dipakai salep aja," jelas Dokyer Karen.
"Ngomong-ngomong dia berantem sama siapa?"
"Kata murid lain sih sama Kana," balas Zaro namun sedikit tidak yakin.
Dokter Karen meremas bolpoinnya. Kentara jika dokter cantik itu juga kesal membuat Zaro kebingungan karena rasanya semua orang tidak menyukai Kana. Padahal kan Kana itu orang baik, humble dan sering menolong orang lain.
"Kamu jaga dia baik-baik. Nenek Alya pasti marah besar pas lihat cucu kesayangannya luka gini. Siapin mental kamu Zaro pas pulang nanti."
༶•┈┈⛧┈♛
Batas suci 🤣
Baiklah seperti gue juga ikut kesel sama Zaro yang astagfirullah 😭Coba tebak kenapa Cala gak suka sama mata Kana? 🤔

YOU ARE READING
Zarocala
HumorKamu gini Aku gitu Punya istri di usia muda apalagi saat dia masih SMA itu emang gak masalah bagi Zaro. Tapi jika istrinya modelan seperti Calais tentu itu adalah masalah yang sangat besar bagi Zaro. Ada saja kelakuan Cala yang bisa membuat orang ng...