BAB 21-Antara Zaro Dan Cala

82.8K 9.3K 392
                                        

🙏🏻🙏🏻


༶•┈┈⛧┈♛

Di kantin Zaro diam saja tanpa memesan makanan. Bukan tidak lapar tapi pikirannya sedang kacau saat ini. Banyak tanda tanya besar dan langkah apa yang harus dia lakukan.

Zaro memutar bola matanya malas saat melihat Kana yang berjalan ke arahnya kemudian misuh-misuh meminta maaf.

"Iya, iya dimaafin," sahut Zaro malas.

"Makasih sayang," ucap Kana mencium pipi Zaro kemudian pergi.

Budi buru-buru mengambil tisu dan mengelap pipi Zaro yang sudah dicium Kana. "Lo itu harus bersih," ucap Budi seperti seorang ibu kepada anaknya.

"Makan," perintah Cakra menyodorkan mie ayam kesukaan Zaro.

"Wih, ada angin apa nih es balok beliin makanan?" ejek Gavin.

Seperti biasa Cakra tidak menanggapi hal yang menurutnya tidak penting. Zaro makan tanpa minat dan terus melamun bahkan saat orang menyerukan bahwa kekasihnya jatuh di lapangan saja Zaro hanya diam. Seperti bukan Zaro pada biasanya.

"Lo kalau punya masalah bagi-bagi dong. Sumpah lo kayak orang banyak beban tahu gak?!" bentak Denis.

Zaro tersentak menunduk dengan helaan napas berat lalu beranjak pergi menuju ke kelasnya. Inti Argos mengikuti Zaro dari belakang sembari terus bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan Zaro itu.

Ponselnya terus bergetar menandakan pesan masuk dari Kana dia abaikan. Sepanjang pelajaran pun Zaro hanya diam saja.

"Gue anterin pulang," ucap Cakra menyeret Zaro paksa walaupun Zaro tidak memberontak.

Cakra meringis saat Zaro turun tanpa mengucapkan apapun. Zaro masuk ke dalam kamar kemudian merebahkan dirinya. Sejak tadi dia diam karena dia mendengar sesuatu saat melewati taman. Sesuatu yang membuat hatinya teriris. Dia merebahkan tubuhnya, meraba-raba sisi ranjang seperti ada yang kurang.

"Nek, Cala gak ada?" teriak Zaro menuruni tangga dengan panik.

"Noh, di depan kolam," sahut Nenek Alya yang sedang menonton kartun.

Pemuda itu buru-buru menuju ke saja. Dia menghela nafas lega melihat Cala yang duduk di sofa sembari melihat ke arah kolam. Sepertinya Cala sudah mendingan.

"Eh, tumben udah pulang," ucap Cala.

Zaro duduk di samping Cala tanpa menjawab.

"Lagi apa?" tanya Zaro mengelus rambut Cala.

Gadis itu tersenyum kecil seperti sedang memikirkan sesuatu namun tidak tahu apa. Cala merebahkan dirinya disofa dengan paha Zaro yang menjadi bantalan.

"Nikmati udara aja," gumam Cala.

Pemuda itu mengelus pipi Cala. Hanya perasaannya saja atau memang benar, mata gadis ceria itu berkilat penuh luka. Bibir gadis itu terus tersemyum namun matanya mencerminkan hal yang berbeda.

"Ada hal aneh gak tadi di sekolah?"

"Hal aneh apa?" tanya Zaro.

"Semacam Budi kayang gitu atau Zoya yang berubah jadi macam," gurau Cala.

"Gak ada. Cuma sikap Cakra sama Kana aneh aja," sahut Zaro pelan seperti tidak yakin.

"Aneh kenapa?"

Zaro menggeleng. "Ya, gitu. Kayak ada yang ditutupi," sahut Zaro tidak ingin jujur mengenai apa yang didengarnya di taman.

"Satu lagi tadi Erlangga dateng ke sekolah," tambah Zaro.

Zarocala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang