Jangan lupa tekan bintang 🌟 🌟Zoya cengo mendengarnya. Bukan hanya Zoya tapi Bunda Ajeng bahkan mengedipkan matanya mendengar pertanyaan aneh tersebut, berbeda dengan Papa Khanza yang tersedak kopinya.
"Apa gue ada tampang penjahat kelamin?" tanya Zoya kepada Cala.
Wisnu menggerakkan lengannya. "Tidak, tidak. Lo cantik," sahut Wisnu cepat.
Cala menginjak kaki Zaro untuk mewakilinya berbicara karena sungguh Cala tidak kuat menahan gemasnya kepada Wisnu.
"Tenang aja, Nu. Dia gak akan merkosa lo. Gue yang jamin sendiri," ucap Zaro menenangkan.
"Syukurlah," gumam Wisnu duduk di kursi yang berdekatan dengan Zoya.
"Emang ada ya orang yang merkosa cowok?" tanya Zoya.
"Adalah gue abis diperkosa sama Kana," lirih Wisnu berkaca-kaca.
Zoya melebarkan matanya, dasar iblis sialan. Zoya jadi merasa bersalah melihat Wisnu yang berkaca-kaca jadi dia berinisiatif menepuk dan mengelus bahunya.
"Gue bakal kasih perhitungan sama dia lo gak usah sedih gitulah," hibur Zoya.
Wisnu mengangguk gemas. Di bawah meja Cala mencubit paha Zaro karena tidak kuat melihat sahabatnya ini.
"Nanti nenek kasih peringatan sama Aurora buat ngejaga anaknya itu," sahut Nenek Alya.
"Terima kasih banyak," timpal Wisnu.
Zoya menggigit bibir bawahnya tidak kuat melihat pemuda tersebut. Ingin rasanya Zoya masukkan pemuda itu ke dalam kamarnya.
Cara makan Wisnu pun dibilang sangat sopan tidak ada suara yang keluar dari piring dan sendok tersebut, kunyahannya saja tidak memiliki suara. Nenek Alya bangkit karena sudah selesai makan begitu pun Cala dan Zaro.
"Ro, gue mau ada yang diomongin dulu sama Wisnu di balkon,” izin Cala.
"Ikut," sahut Zaro.
Dia hanya bergumam saja. Di balkon rumahnya ada sofa panjang dan meja biasa digunakan jika sahabat Cala datang. Fasilitas itu sudah disiapkan oleh Nenek Aya.
"Ada apa, La?" Wisnu duduk di samping Zaro sembari meminum minuman kaleng.
"Nu, besok Cakra bakal ngasih pelajaran sama Kana dan gue memutuskan lo gak boleh berteman lagi sama kita," tegas Cala.
Wisnu menatap kaleng dilengannya dengan pandangan kosong. "Gu-e buat kesalahan yang besar, ya?" tanya Wisnu takut.
Udara malan itu harusnya dingin namun kini suhunya naik menjadi hangat. Cala menundukkan kepalanya sebenarnya ini berat namun ria dan yang lainnya sudah memutuskan.
"No, Wisnu. Kita ngerasa bersalah aja sama lo, memang seharusnya kita gak berteman dulu."
Mata pemuda itu berkaca-kaca. "Kenapa meski ngerasa bersalah. Lo mutusin hubungan kita karena gue udah diperkosa?"
Wisnu menyesalkan kejadian itu harusnya dia tidak bodoh saat Kana bilang Erlangga mabuk dan butuh bantuan.
"Lo terlalu baik untuk berteman dengan kami yang buruk," tegas Cala.
"Gak ada orang yang buruk. Semua orang baik bahkan penjahat pun memiliki sisi baiknya," sahut Wisnu tidak kalah tegas.
Dia berdiri menatap lama dan tajam Wisnu. "Nu! Lo hidup dilingkungan baik-baik, orang tua lo lulusan keagamaan sedangkan kita hanya bisa bawa lo kepada keburukan. Lo diperkosa sama Kana aja itu jadi hal yang paling menyakitkan bagi kami!"
Pukulan telak bagi dia, Cakra, Terra dan Erlangga mendengar hal tersebut. Terutama Erlangga yang paling merasa bersalah, Wisnu datang karena mendengar namanya padahal jika Erlangga mabuk pasti yang dihubungi itu Cakra, Terra atau tidak Cala.
"Kalian, termasuk lo orang yang paling tegas dalam ngelarang gue ini itu. Lo orang yang bahkan nampar gue saat itu."
Pemuda itu mengingat dengan jelas saat dia ingin coba-coba merokok dan mabuk berakhir dengan diceramahi oleh Cakra tentang bahayanya dan Cala juga menamparnya. Kata mereka cukup mereka saja.
"Gue memutuskan untuk tetap menjadi sahabat kalian!" tegas Wisnu mengenakan lengannya.
"WISNU," bentak Cala.
Zaro berdiri di tengah-tengah mereka takut terjadi hal yang tidak diinginkan seperti adu jotos, mungkin.
"Apapun yang terjadi, seburuk apapun kalian gue akan selalu menjadi sahabat kalian."
Dada Cala naik turun karena emosi melihat Wisnu yang keras kepala. Zaro mengusap kepala gadis itu agar tenang.
"Cala udah," bisik Zaro.
"Gue ngerasa gak enak sama orang tua dia," bentak Cala.
"Orang tua gue juga gak masalah kan Cala! Dan Gue gak pernah mandang persahabatan kita dari apapun. Kalian buruk tapi gue ngerasa dihargai, gue gak diolok-olok fanatik sama kalian."
"Please jangan buang gue."
Cala pergi menabrak bahu Wisnu, menutup pintu balkon dengan sangat keras. Setiap langkah menuju kamarnya diiringi dengan lelehan air mata. Melihat itu air mata yang sedari Wisnu tahan juga keluar.
"Besok bicara lagi sama dia," ucap Zaro.
Zaro sedikit iri tentang persahabatan mereka, dia juga penasaran bagaimana jika mereka berkumpul dan apa yang dibicarakan. Tapi sekuat hubungan persahabatan tentu masalah yang datang sangat berat.
"Lo kan suaminya bujuk dia, ya," pinta Winus.
"Lo tahu?" Zaro mengelap air mata Wisnu, tenang saja tidak ada perasaan apapun hanya perasaan seperti kakak kepada seorang adik. Baru bertemu satu hari saja Zaro sudah menyayanginya.
"Nenek Alya ngasih tahu gue sama Terra. Tenang kok Cakra sama Erlangga gak tahu."
"Please Zaro bantu gue.."
Zaro mengangguk. "Nanti gue bantu. Lo tenang gak perlu khawatir."
Zaro melirik Wisnu yang duduk di sofa sembari menutup wajahnya. Dia menghubungi Zoya untuk datang ke balkon.
"Kenapa Ro?" tanya Zoya malas.
"Hibur Wisnu barusan abis berantem sama Cala," bisik Zaro.
Kembarannya itu menggigit jari telunjuknya soal menghibur dia payah tapi soal mencari ribut Zoya bisa.
Zaro masuk ke kamar dengan pelan namun langsung disambut dengan pelukan Cala. Gadis itu menangis tersedu-sedu di dadanya.
"Lo gak boleh gitu sama Wisnu, dia sedih loh," bisik Zaro.
"Gue gak juga gak mau, tapi kan." Cala tidak meneruskan pembicaraannya dan memilih untuk memeluk Zaro.
"Ngerti kok, tenangin diri aja dulu," gumam Zaro memeluk Cala lembut.
Halo guys😙😙😙

YOU ARE READING
Zarocala
HumorKamu gini Aku gitu Punya istri di usia muda apalagi saat dia masih SMA itu emang gak masalah bagi Zaro. Tapi jika istrinya modelan seperti Calais tentu itu adalah masalah yang sangat besar bagi Zaro. Ada saja kelakuan Cala yang bisa membuat orang ng...