Mengandung 21+Zaro frustrasi melihat raut wajah Cala. Ciuman keduanya begitu intens menghantarkan rasa yang belum pernah ada sebelumnya. Lengan lentiknya menggenggam rambut Zaro karena pemuda itu mengecup lehernya.
"Zaro, please," lirih Cala setengah sadar.
"Hm," sahut Zaro.
Lengan kiri Zaro mengelus perut Cala dengan lembut naik ke atas hingga sampai ke dada Cala. Ukurannya sedikit besar dibandingkan lengan Zaro.
"Kenyal," ujar Zaro tertawa.
Cala pasrah menerimanya karena dia sudah sedikit tidak sadar apa yang dilakukan.
"Ganggu," desis Zaro merobek baju Cala.
Menyesal dia melakukannya karena sekarang miliknya berdiri tegak karena melihat Cala setengah telanjang. Zaro melucuti pakaian Cala dan dirinya.
Dia meremas dada Cala membuat gadis itu mendesah nikmat.
Lengannya membelai lembut setiap inci tubuh gadis itu berakhir diintinya. Bagian tubuh yang paling disukai oleh pria itu Zaro belai kemudian memasukkan satu jarinya."Hangat," komentar Zaro sembari memainkan inti Cala.
Tubuh Cala menggeliat karena Zaro menambahkan satu jari dan tempo kecepatannya. Cairan keluar membasahi jari-jari Zaro.
"Uh, Cala."
Dia menarik Cala untuk duduk kemudian memposisikan mulut Cala sejajar dengan miliknya. Tanpa persiapan Cala mengulum milik Zaro menjilatinya seperti permen dan sesekali menggigit kecil.
"Gila Cala gila," puji Zaro mendesah nikmat.
Mereka berganti posisi untuk saling mengulum, setelah puas memberikan pemanasan Zaro membuka kaki Cala lebar-lebar bersiap untuk melakukan ritual suami istri.
Belum sempat Cala menjerit ketika milik Zaro menerobos dinding intinya Zaro sudah membungkam Cala dengan ciuman.
"Maaf kalau sakit," lirih Zaro.
Awalnya ringisan sakit yang Cala keluarkan namun kini kesunyian malam digantikan dengan nyanyian merdu yang keluar dari bibir keduanya. Desahan saling bersahutan itu memenuhi seisi kamar membuat Zaro semakin semangat menggerakkan miliknya di dalam inti Cala.
Ketika mereka saling menikmati satu sama lain berbeda dengan dua orang yang berada di depan kamar tersebut. Dua orang tersebut tersenyum miris dengan air mata yang luruh.
"Apa perlu kita menggagalkannya?"
"Menggagalkan apa, Frans? Bukan kah ini yang terbaik? Ada Zaro kematianku nanti tidak akan membuatnya begitu sedih."
"Baik, Nek."
Dua orang itu pergi meninggalkan anak manusia yang sedang menikmati indahnya dunia. Langkahnya yang berat itu diikuti langkah-langkah yang lainnya. Tidak sedikit orang yang menunduk hormat kepadanya ketika keluar dari Klub Seroline.
"Cakra dan Terra di mana?"
"Mereka ada di lantai dansa."
Kedua manusia itu sedang menikmati alunan musik sembari membawa botol minuman. Terra terus menggoyangkan tubuhnya sedangkan Cakra menghalau para hidung belang yang akan menyentuh sahabatnya itu.
"Merepotkan," gumam Cakra sembari menahan dirinya untuk tetap sadar.
Cakra menarik tubuh Terra dalam pelukannya. "Ayo pulang, gue pusing," ajak Cakra.
"Pulau?"
"Ck," gumam Cakra menarik Terra yang sudah mabuk parah.
Jalan keduanya sempoyongan keluar dari Klub Seroline. Mereka lupa mengenai banyak hal termasuk Cala dan Zaro.
"Kalian gak akan ngamar?"
Cakra menajamkan penglihatan untuk melihat siapa yang berbicara namun tetap buram. Tapi dia seperti mengenal suara ini namun tak dapat mengingatnya.
"Naik motor gak baik, gue pinjemin mobil aja."
Cakra dan Terra dituntun ke mobil. Setelah mengucapkan terima kasih Cakra masuk dan diam sejenak. Dia melirik Terra yang bergumam tidak jelas dan aktif.
Keaktifan Terra adalah hal yang paling Cakra sukai terbukti gadis itu mencium wajahnya berkali-kali. Gemas dengan perilaku Terra dia membawa Terra ke kursi penumpang.
Mencium bibir Terra dengan ganas, hatinya bersorak ketika Terra membalasnya dengan agresif. Hanya sampai cium saja karena jendela mobil diketuk oleh penjaga Klub.
"Dari pada di mobil kenapa tidak menyewa kamar?"
Cakra menggelengkan kepalanya. "Di mobil lebih enak, mobil bergoyang di parkiran klub malam tidak masalah bukan?"
Penjaga tersebut hanya menunduk ketika melihat siapa yang dia tegur. "Maaf, Tuan Cakra. Mengganggu aktivitas anda. Silakan dilanjutkan bercinta ketika malam jumat memang dilakukan banyak orang."
"Berdosa-berdosa," tutur Cakra kemudian mengusir mereka.
Cakra menjalankan mobil tersebut dengan kecepatan standar dengan satu tangannya yang memainkan milik Terra. Tiba-tiba Pusing yang hebat mendera membuatnya menghentikan mobil dan keluar.
Huek
Dia muntah beberapa kali berimbas pada pakaiannya, Cakra melepaskan pakaian dan membuangnya. Dia menyandarkan tubuhnya pada badan mobil baru setelah muntah kesadarannya perlahan kembali.
"Terra, lo bisa nyetir gak? Gue takut kita gak sampe ke rumah malah ke kuburan."
"Konyol," sahut Terra turun untuk bertukar posisi.
Tapi, Cakra justru masuk ke kursi pengemudi mengangkat tubuh Terra dan memangkunya. "Pelan-pelan aja takut nabrak," tutur Cakra tertawa.
"Hahahaha, mati tak masalah asal masuk surga," sahut Terra menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Rasanya menyenangkan bagi Terra walaupun pandangannya buram dan hanya cahaya yang dapat dilihat. Sangat mudah menjalankan mobil tanpa melihat rambu-rambu jalanan tentu saja keduanya sedang menantang maut.
"Cakra, Cakra. I Love you," teriak Terra membuka pintu mobil dan Cakra memeluknya erat, Cakra melompat dari mobil mereka berguling di jalanan.
"Seru-seru," kekeh Terra bertepuk tangan saat mobil tersebut menabrak pohon dan berguling.
Bum
"Api-api," seru Terra menunjuk-nunjuk mobil yang meledak tersebut.
Beberapa pengendara dan warga yang dekat dengan rumah menghampiri Terra yang seperti anak kecil dan Cakra yang berbaring di aspal sembari menatap mobil tersebut.
"Bawa mereka ke rumah sakit atau hubungi keluarganya," tutur warga yang membawa mereka ke pinggir jalan.
"Kasihan mereka, saya kira mereka cari mati ternyata remnya blong. Kasihan."
Cari mati? Cakra ingin tertawa namun sudah lemas. Dan berakhir kesadaran keduanya menghilang seiring teriakan panik para warga.
***
Tidak sesuai dengan ekspetasi, kan? Jadi ngakak 🤣
Karena aku tidak bisa buatnya😗

YOU ARE READING
Zarocala
HumorKamu gini Aku gitu Punya istri di usia muda apalagi saat dia masih SMA itu emang gak masalah bagi Zaro. Tapi jika istrinya modelan seperti Calais tentu itu adalah masalah yang sangat besar bagi Zaro. Ada saja kelakuan Cala yang bisa membuat orang ng...