CHAPTER - 03

13.8K 2.4K 222
                                    

Plak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak!

Jiheon mendesis kesal. Nyamuk di mana-mana membuat Jiheon tak tahan lama-lama diam saja dengan Jungkook dan Seohee di hutan. Mereka hanya duduk diam di tempat yang sama. Mau apa dan ke mana mereka tidak tahu.

"Apa gunanya duduk diam seperti ini? Apa kalian tidak mau keluar? Apa tidak mau kembali ke tenda?" kata Jiheon.

"Tanpa kau suruh kami sudah melakukannya tadi. Dan apa hasilnya? Nyaris mati. Asal kau tahu saja itu!" sahut Jungkook.

Jiheon memutar bola matanya malas. Jungkook selalu berkata hal yang sama berulang-ulang. Mati, mati, mati, terus. Jiheon tidak mengerti maksudnya.

"Tapi jika diam begini, apa ada hasilnya? Jangan harap bisa kembali ke tenda!"

Jungkook akui apa yang Jiheon katakan memang benar adanya. "Namun setidaknya kita selamat saat ini."

Selamat dalam artian seperti apa? Jiheon sama sekali tidak mengerti apa yang Jungkook dan Seohee takutkan.

"Begini—siapa pun di antara kalian yang ingin ikut bersamaku untuk kembali ke tenda, ya, silakan. Jika tidak ada yang mau, ya sudah. Aku tidak mau menghabiskan waktu lama-lama di tengah kegelapan hutan seperti ini terlalu lama. Duduk diam seperti ini bukan pilihan yang bagus."

Jungkook menoleh menatap Seohee. Pandangan mereka bertemu. Seohee bisa saja mengiyakan Jiheon dan ikut dengannya. Namun dari awal Jungkook dan Seohee bersama, mereka adalah partner. Apa pun yang terjadi, Seohee tidak akan meninggalkan Jungkook sendiri. Itulah gunanya partner, bukan?

"Aku ikut bagaimana keputusannya," jawab Seohee pada akhirnya.

"Keputusan siapa? Yang jelas, katakan dengan benar."

Seohee menunjuk Jungkook dengan dagunya. Dia ingin menyebut nama, namun tidak tahu.

Jungkook baru tersadar hal itu. Jungkook tak pernah memberitahu namanya pada Seohee, apalagi berkenalan.

"Aku tidak mau ke mana-mana. Kita tunggu sampai pagi," ucap Jungkook pada akhirnya.

"Jangan gila! Mau apa di sini sampai pagi? Dengar, kau selalu mengatakan mau hidup atau mati. Bagaimana jika ada hewan buas di sini? Atau mungkin hantu. Iihh, mengerikan." Jiheon bergidik ngeri.

"Psikopat itu lebih mengerikan dari hantu," ujar Seohee. Kepalanya mendadak pening kembali saat mengingat pembunuhan yang badut psikopat itu lakukan.

"Mana ada psikopat di hutan? Jangan mengada-ngada. Tujuan kalian melakukan hal ini padaku untuk apa? Apa untungnya bagi kalian? Kurasa aku tidak ulang tahun hingga diberi kejutan seperti ini." Jiheon sudah tidak tahan dengan semua ini.

"Kami tidak bercanda. Psikopat itu ada!" ujar Seohee penuh penekanan.

"Di novel, komik, film, sinetron, dan hal-hal lainnya yang berbentuk fiksi memang ada. Tapi jika benar ada psikopat di sini, untuk apa? Hutan bukan tempatnya manusia tinggal. Mau membunuh siapa memangnya?" heran Jiheon.

In Danger [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang