DNA say love you [ N ]

1.4K 183 48
                                    

jm : fix, sakitnya emang gak ngotak.

[ ••• ]

Rambat cahaya berhasil memecahkan kebekuan suasana. Membuat manusia di balik selimut mengoceh sebal berkat cahaya yang menyelinap masuk menyilaukan mata. Aroma tanah menguar. Kicauan burung yang beterbangan mencari tiang tiang kehidupan mulai terdengar dari kejauhan. Sejumlah awan yang berakitan dengan cepat tertiup angin dan juga tak lupa disertai dengan bunyi riak daun yang menari bikin sosok cowok mungil dengan dada topless menyeka wajahnya kasar. 

Sementara Jungkook yang sejak tadi memperhatikan pergerakannya, kini mulai membentuk satu kurva di wajah tampannya.

“Kak Jungkook? kakak ngapain?” 

Serak. Suara Jimin terdengar serak di susul sakit di bagian tenggorokannya. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Rasanya seluruh tubuh Jimin seperti lemas tak berdaya. Bahkan, untuk beranjak dari ranjang, rasanya terlalu berat untuknya.

Mendengar pita suara Jimin yang berubah, kontan saja Jungkook makin khawatir.

“Kamu udah bangun? semalam kamu demam tinggi. Kata Kai kamu hujan hujanan tengah malam, sendirian pula. Aku kesini bawain obat tapi sampai sini kamu udah gak sadarkan diri. Aku khawatir banget sama kamu tau.” ucap Jungkook jujur. Menatap pemilik mata sipit itu dengan wajah was was.

Aku pingsan? haha-in kak Jungkook dulu.

Mendengar pengakuan Jungkook lantas bikin kening Jimin mengerut bingung. Seingat Jimin, ia tidak pernah mengalami yang namanya pingsan. Meski dalam keadaan lelah berat sekalipun. Dan sekarang?

Apa ini efek dari kehamilanku? semoga tak terjadi apapun pada janinku. Batin Jimin khawatir.

“Aku udah izin ke dosenmu jadi gak ada yang harus kamu khawatirin hari ini. Sekarang kamu sandaran biar aku suapin bubur,” kata cowok yang statusnya sebentar lagi berubah jadi 'suami' Park Jimin. Menatap Jimin sebentar sebelum akhirnya kembali bicara. “Obat ini bakal bikin kamu cepat sembuh. Buka mulutmu.”

Jungkook begitu telaten merawat Jimin. Terlihat bagaimana ia dengan hati-hati menyuapi Jimin bubur, hingga memberinya obat agar calon istrinya segera sembuh.

“Pertanyaanku, ngapain kamu main hujan tengah malam, sendirian kayak gitu?”

Satu pertanyaan penting membidik tepat sasaran. Membuat si penerima pertanyaan bungkam seketika.

“Kenapa kamu diam? Aku bertanya kenapa kamu hujan hujanan tengah malam sendirian?” desak Jungkook, menatap Jimin yang tak kunjung memberikan respon. “Dan... Tjantik apartemen? kamu ngapain di sana malam malam?”

Atas apa yang Jungkook katakan, Jimin gak bisa ngapa-ngapain lagi selain menghela nafas berat.

“Gak apa apa, kak. Aku abis beli stok buku bacaan yang ada di toko buku dekat Tjantik apartemen. Kebetulan pas mau balik malah ujan deras. Disana taksi gak ada sama sekali. Mau pake moda transportasi lain juga gak ada. Dan kebetulan jam operasional bus di rute itu udah berhenti jam 9 malam kak. Jadi terpaksa deh aku hujan hujanan tengah malam. Dan berakhir jatuh sakit kayak sekarang. Tapi soal semalam... makasih banyak sudah mau repot repot datang kesini bawain obat. Tapi lain kali, kak Jungkook gak usah kayak gitu lagi. Aku gak apa apa. Demam gak bakal bunuh aku kok, kak —karna ada yang lebih sakit dari sekedar jatuh sakit — Aku bisa jaga diri sendiri kok. Kak Jungkook gak perlu khawatir.”

Jungkook mendecak mendengar itu. Bagaimana bisa Jimin memberikan jawaban simple sementara ia seperti orang yang akan kehilangan kewarasan saat melihat kondisi Jimin semalam. Bisa bisanya Jimin meminta Jungkook untuk tidak khawatir dan juga memintanya untuk berhenti khawatir? 

DNA Say Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang