DNA Say Love You

Selepas kejadian seminggu yang lalu, Jungkook akhirnya keluar dari rumah sakit. Beruntung saat itu nyawanya masih bisa di selamatkan. Andai saja Taehyung terlambat barang lima menit membawanya ke rumah sakit, maka ucapkan selamatkan tinggal untuk Jungkook. Dia pasti tidak akan selamat.

Heran Jungkook, kenapa dia tidak mati saja saat itu?

Bukankah itu jauh lebih baik dari sebuah kabar yang baru saja ia dengar, bahwa Jimin akan menikah dengan seseorang. Seorang cowok paling beruntung yang Jungkook yakini pasti orangnya adalah Chanyeol... mungkin? Siapa lagi kalau bukan laki-laki tiang brengsek itu!

Pikirannya masih sibuk berputar mengenai alasan di balik Jimin setuju menikah dengan orang lain bukannya dengan dirinya yang lebih punya hak ketimbang cowok manapun di bumi.

Jungkook terdiam cukup lama hingga sebuah suara dari arah belakangnya berhasil memecahkan keheningan yang membelenggu dirinya beberapa waktu.

"Kau sudah minum obatmu bukannya istirahat kau justru melamun di teras selarut ini? apa yang sedang kau pikirkan? ah tidak! lebih tepat jika aku bertanya apa yang menganggu pikiranmu sampai tidak bisa tidur hm? Sekarang sudah jam dua dini hari dan kau duduk di balkon sendirian. Sebentar lagi hujan akan turun. Segeralah masuk dan istirahat. Jangan membuat dirimu terjaga sepanjang malam lalu besoknya kau akan mendapatkan lima suntikan sekaligus." tegur Taehyung begitu mendapati saudara kembarnya tengah melamun di balkon kamar sendirian. Dengan lampu kamar yang lebih dulu ia padamkan.

"Aku tidak mengantuk" balas Jungkook, tanpa menatap si penanya.

"Kau tidak mengantuk? apa kau gila? sekarang pukul dua dini hari. Orang orang sudah terlelap dengan damai sementara kau justru masih terjaga sambil duduk disini sendirian. Kau baru saja keluar dari rumah sakit. Apa kau ingin mengisi brankar di rumah sakit lagi gara gara tidak cukup tidur?” seru Taehyung.

“Ayolah. Berhenti bikin mama khawatir. Kamu sudah besar. Kau harus perhatikan dirimu sendiri. Bagaimana pun kamu harus menjaga kesehatanmu supaya gak jatuh sakit dan bikin mama makin khawatir. Kamu gak mau kan liat mama sak—”

"Bukankah itu lebih baik ketimbang aku harus dengar kabar mengenai pernikahan Jimin yang mendadak? Jimin akan menikah dalam waktu dekat dan kau memintaku untuk tidur? wah, bodoh sekali! Ini benar benar membuatku sakit, Ta.” lirih Jungkook tidak habis pikir.

“Gimana bisa Jimin menerima cowok lain untuk menjadi ayah dari calon bayi kami? Apa dia kehilangan akal sehatnya karna diriku? Aku bahkan tidak menyangka dia bisa melakukan ini padaku. Menikah dengan orang lain? haha lelucon macam apa itu?" tandas Jungkook yang terlihat sangat kecewa. Dia nyaris mati karena luka sayatan di nadinya. Bukannya keluar dari rumah sakit bisa membuat Jungkook merasa lega, namun justru membuatnya semakin terluka karena kabar pernikahan Jimin dengan cowok lain. Yang rasanya membuat kewarasan Jungkook seketika hilang.

"Meskipun itu menyakitkan untukmu, tapi kau tidak seharusnya menyiksa dirimu sendiri seperti ini, bodoh! Katakan kabar itu memanglah menyakitkan. Tapi kembali lagi, kamu tidak bisa memaksa Jimin bertahan bareng kamu, Jek. Lagipula, ini jauh lebih baik ketimbang dia kembali tapi justru gak bahagia karena masih menyimpan luka di dalam hatinya. Intinya, kamu harus belajar buat ikhlasin Jimin mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Menikah dengan orang lain sementara di dalam perutnya sedang ada sebuah kehidupan milik cowok lain, memang bukan pilihan yang baik ...,” pelan pelan Taehyung bicara. Tidak mau Jungkook semakin kacau.

“Tapi selama itu bikin Jimin senang, kamu harus bisa menerima semua yang sudah menjadi keputusan dari Jimin. Kau sudah kehilangan orang berharga karena ketololanmu sendiri. Jadi please, buat kali ini, berhenti bersikap egois. Biarkan Jimin bahagia dengan caranya sendiri. Apapun yang sudah Jimin putuskan, semua itu tentu sudah ia pikirkan dengan sangat baik. Sebaliknya dengan kamu, kamu juga harus hidup bahagia. Jadi segeralah move on dan terima semua ini." pesan Taehyung yang entah kenapa justru membuat Jungkook makin kepikiran.