DNA say love you [ J ]

1.4K 192 27
                                    

Follow.
Vote.
Komen.

jm : sebab, sekalipun ada yang patah dalam dirinya sekarang, dia masih harus tertatih menangani patahan sebelumnya. Harus terseok-seok menangani kerusakan sebelumnya. Dan dia harus menghadapi kegilaan lain yang muncul setelahnya. Begitu terus. Berulang-ulang. Tidak pernah selesai. Yang semangat hati ;(

Sehat terus ulat bulu🐛

[ ••• ]

Sudah satu minggu Jimin mendapat perawatan di rumah sakit. Dan sudah seminggu pula Jimin tidak bertemu Jungkook. Atau katakan, cowok itu memang tidak mau perduli lagi pada Jimin yang sedang mengandung darah daginnya.

Banyak yang terjadi di rumah sakit selama seminggu ini. Semisal Jimin yang kondisinya perlahan membaik. Sudah bisa mengerjakan tugas kuliah yang sempat tertunda karena sakit. Juga Jimin yang kembali dekat dengan orang yang dulu hilang dalam hidupnya. Melupakan sejenak cowok bernama Jungkook. Si perusak segala hal dalam diri Jimin, termasuk hatinya.

Jimin bersyukur karena masih ada satu yang tuhan menyisihkan satu manusia baik. Meskipun kehadiran cowok itu tak sepenuhnya mampu menghapus Jungkook dalam pikiran. Setidaknya ia sudah berani mencoba. Itu sudah cukup membantu.

“Sekarang kamu minum obat dulu, Ji. Jangan maksa diri buat kerjain tugas kuliah kalau belum bisa.” tangan cowok yang duduk di samping brankar terulur ke depan. Membantu Jimin menyamankan tubuh dengan cara membantunya menyenderkan kepala di headboard ranjang pasien. Tersenyum tatkala Jimin menatapnya, cowok itu kembali ngomong:

“Dokter Seulgi bilang kamu perlu istirahat biar kesehatanmu cepat pulih.” peringatnya, mengelus pucuk kepala Jimin dengan rasa sayang.

“Aku sudah sembuh, kak. Lihat? aku udah bisa nyalin tugas. Aku juga bisa gerak sana sini. Satu lagi, aku bahkan bisa dance kalau kakak gak percaya, hehe.” balas Jimin yang dengan infus yang masih terpasang di tangan. Tapi sudah bersikap bongak. Melirik cowok di hadapannya, Jimin kembali ngomong. “Aku bosan di rumah sakit. Kakak bisa minta dokter ngasih izin buat aku pulang, gak? Plis, aku udah beneran sembuh kok, kak. Percaya sama aku.”

Atas apa yang dikatakan Jimin, cowok dengan tubuh tinggi itu mendadak diam. Seakan tak percaya dengan apa yang diucapkan Jimin barusan, gegas tangannya terulur ke depan, meraih pergelangan tangan Jimin kemudian berkata:

“Selama infusnya masih ada disini, kita gak bakal pulang, manis.” tukas cowok itu. Memberi getilan pada pipi
gempil milik Jimin. Melempar satu senyuman tampan yang bikin Jimin mengerucutkan bibir malas.

“Tapi aku bosan disini, kak. Makanan di rumah sakit gak enak. Dan juga, aku sudah sembuh. Jadi buat apalagi kita di rumah sakit? buang buang duit aja!” cetus Jimin frustasi. “Aku gak mau uang ayahku habis gara gara harus bayar rumah sakit. Ayah tidak bakal..”

“Kakak tenang saja. Sepeserpun gak ada uang ayah yang Sena pake buat bayar rumah sakit. Kakak gak usah khawatir. Dan soal makanan? Sena juga udah bawain kakak makanan kesukaan kak Jimin. Nih, kakak harus makan yang banyak biar cepat sembuh. Ah— ini kayaknya punya kakak deh. Aku dapat di depan pintu ruang perawatan kakak. Gak tau dari siapa. Gak ada pengirim soalnya. Disitu cuma di tulis buat kak Jimin doang. Kayaknya tuh orang dekat sama kakak. Dia ngasih sesuatu yang kakak suka. Jangan lupa di makan.”

“Buang aja, Na! Kalau pengirimnya aja udah gak jelas gimana kamu bisa yakin sama isinya?”

Itu bukan Jimin. Tapi suara itu milik cowok yang tengah mematai kotak cokelat yang berada di tangan Jimin.

DNA Say Love YouWhere stories live. Discover now