BAGIAN 24

10.1K 2.7K 766
                                    

"Chandra?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chandra?!"

Julian masih mengarahkan belati tepat di hadapan wajah Chandra. Kedua remaja ini saling berhadapan dengan Chandra yang membawa senjata di tangannya.

"Mau berantem?" Ucap Chandra karena Julian tak kunjung menurunkan belatinya.

Dengan wajah ragu, Julian memaksakan diri untuk mempercayai sahabat nya itu dan perlahan menurunkan tangannya.

Mereka berdua terdiam sesaat saling memandang dengan ekspresi wajah berbeda.

Kegaduhan tiba-tiba terdengar dari luar gedung. Itu adalah suara dari para petugas yang sedari tadi mencari Julian.

Chandra mengambil sebuah tas besar yang sedari tadi ia bawa di punggungnya dan menyerahkan kepada Julian, "Ambil."

Julian dengan wajah bingungnya menjawab, "Apa?"

"Jiwa raga lo! ini tasnya ambil bangsat."

Julian akhirnya bisa sedikit lebih santai karena Chandra masih bisa mengumpat. Bocah itu mengambil tas pemberian Chandra yang ternyata sangat berat tanpa kecurigaan sedikitpun.

"Gue disini sebagai Daytona." Ucapnya dengan raut kembali serius.

"Lo kan emang Daytona? emang sejak kapan lo jadi Halilintar?" Sahut Julian yang masih kesusahan dengan tas berat di belakang punggungnya.

Chandra mendesah pelan dan secara tiba-tiba mengarahkan pistolnya tepat di hadapan wajah Julian yang langsung melotot.

"AMPUN BECANDA ANJING! TURUNIN CHANDRA!"

Julian sedikit bergetar karena di todong pistol seperti itu.

Chandra menatap Julian penuh peringatan. "Lain kali kalo ada yang nyuruh lo turunin senjata jangan lo turunin. Kalo ada yang ngajak lo ngobrol jangan lengah kaya tadi. Gue bisa aja langsung bunuh lo disini kalo lo se lengah itu, Julian."

Julian tidak menjawab dan sedikit menunduk merasa di marahi Chandra.

Chandra melanjutkan, "Lo gue lepasin. Tapi inget, apapun yang terjadi setelah ini semuanya urusan lo. Naik tangga darurat gedung ini nomor dua sampe tiga lantai, keluar sampe nemu rooftop. Lo bisa jalan dari atap buat ke gedung sebrang. Posisi yang pas buat nyelametin Athaya dari atas."

Julian langsung mendongak mendengar nama Athaya disebutkan, "Bima kenapa? Ketangkep?"

Chandra sedikit menoleh ke sekitar meyakinkan tidak ada yang menguping ataupun memergoki mereka. Julian berbicara terlalu keras. "Gaada waktu buat jelasin. Untuk sekarang mungkin dia gak bakal dibunuh. Karena Athaya bakal dijadiin sandera buat nangkep lo juga."

Chandra mulai mendorong tubuh Julian agar pergi mencari tangga yang ia maksud sebelumnya. Sebelum berjalan, Julian membalikkan badannya dan bertanya serius, "Lo yakin bakal gapapa?"

Chandra menatap Julian selama beberapa detik sampai akhirnya mengangguk lemah, "Jangan sampe lo nyebut nama gue sedikitpun. Anggap aja kita gaada ketemu sama sekali. "

Julian masih ragu untuk pergi. Karena dia tahu seberapa kerasnya peraturan di keluarga Daytona.

Chandra yang melihat Julian tak kunjung pergi itu langsung memberikan tatapan tajam, "Pergi sekarang atau gue tendang?"

Julian mencibir. "Santai babi."


--



Remaja itu berjalan terburu-buru menaiki tangga dan berjalan dari gedung ke gedung sesuai arahan Chandra. Beberapa kali Julian harus menunduk saat ada beberapa orang yang tidak sengaja lewat dari jalan di bawahnya.

Keadaan gelap di malam hari sedikit memudahkannya agar tidak terlihat saat berjalan dari atap ke atap. Namun juga menyulitkannya untuk melihat jalan yang benar.

Beberapa kali Julian hampir terjatuh karena jalan yang terlalu curam dan licin. Di tambah lagi beban di punggungnya sangat berat.

Sampai akhirnya Julian berhasil mencapai gedung sebrang dengan penuh perjuangan. Gedung disini dibuat seperti melingkar dengan halaman kosong berada di tengah-tengah. Julian harus masuk ke dalam salah satu gedung kosong untuk menuju bagian dalam secara diam-diam.

Keadaan di dalam gedung yang sangat gelap membuatnya sedikit kesusahan mencari jalan keluar. Bahkan ada beberapa pintu yang terkunci. Jika Julian mendobrak, maka khawatir akan menimbulkan suara yang di dengar oleh orang lain. Sebisa mungkin Julian mencari cara untuk mencari teras gedung tanpa membuat kebisingan.

Sekitar beberapa menit, Julian akhirnya berhasil menemukan pintu menuju teras. Setelah memastikan bahwa pintu kali ini benar, Julian mengeluarkan belati dari dalam saku penyimpanan dan mulai berusaha melepaskan engsel pintu untuk dibuka.

Beberapa kali ujung belati yang tajam itu harus mengenai tangannya sendiri di karenakan susahnya merusak engsel pintu dan kurangnya keahlian menggunakan belati.

Setelah pintu berhasil terbuka, Julian membuka sedikit sekali untuk dirinya lewat. Berjalan dengan cara berjongkok dan menyeret tas besarnya di lantai sampai ke dinding teras sebagai tempat bersembunyi.

Sekilas sebelum bersembunyi, Julian melihat ada beberapa orang yang berkumpul di tengah lapangan. Julian mengangkat wajahnya untuk mengintip sekali lagi.

Disana, Athaya sedang berlutut dengan kedua tangan di borgol dan bagian kepala di todong senjata oleh seseorang. Ada sekitar puluhan orang lain yang juga menggunakan senjata lengkap mengelilingi tempat itu.

Di hadapan Bima ada satu orang lagi yang terlihat seperti pemimpin mereka namun orang itu menggunakan penutup wajah sehingga tidak dikenali.

Julian menarik nafasnya dalam-dalam dan kembali bersembunyi. Hatinya memanas menyaksikan banyaknya luka yang diterima di tubuh Bima. Suhu di telapak tangannya seketika naik menahan emosi. Dengan tidak sabaran Julian membuka tas pemberian Chandra berharap ada senjata yang bisa ia pakai untuk menyelamatkan Athaya.

Julian mengeluarkan senjata pertama dari kantung yang lebih kecil. Hanya pistol biasa yang mungkin akan nyaman dipakai sambil berlari. Sedangkan di bagian yang lebih besar, Julian sedkit membuka mulutnya saat menemukan peralatan snipper lengkap di dalam sana.

Dari scope, peredam, Compensator, flash hider, snipper foregrip, dan cheekpad.

Keterkejutan Julian tidak hanya sampai di situ, setelah mengeluarkan semua perlengkapan, Julian langsung melongo dengan mulut terbuka lebar saat mengetahui snipper apa yang diberikan Chandra padanya.

Barret M82A1 Versi asli.

Pantas saja Julian kesusahan saat membawa tas itu. Karena berat senjatanya sendiri saja sudah 15 kilogram. Senjata yang sangat ampuh dipakai dengan posisi dari atas gedung. Karena jarak tembakannya mampu mencapai 1,8 kilometer. Bahkan mampu menghancurkan dinding sampai menjadi puing-puing.

Membunuh manusia menggunakan ini? huh, Julian akan dengan senang hati melakukannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
Published 31/08/2021

THE ATHAYA - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang