BAGIAN 27

7.7K 1.7K 334
                                    

Julian dan Bima telah mendarat di atas gedung utama Athaya dengan selamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Julian dan Bima telah mendarat di atas gedung utama Athaya dengan selamat.

Setelah beberapa jam lalu mereka membuat kesepakatan dengan pemilik toko senjata di Italia.

Julian saat itu tanpa basa-basi langsung menelpon Jonah menggunakan ponsel si pemilik toko. Terhubung langsung dengan Jonah tanpa perantara bawahan.

Jonah yang saat itu sedang kalut karena anaknya tidak ada kabar selama berjam-jam akhirnya bisa bernafas lega saat mendengar suara Julian dari sebrang telpon terdengar baik-baik saja.

Remaja itu bahkan tanpa aba-aba langsung meminta uang 100 juta dollar dan meminta langsung di kirimian saat itu juga.

Jonah juga tidak bertanya apapun. Menurutnya Julian pasti memiliki alasannya sendiri. Remaja itu bukan tipe orang yang akan berfoya-foya ditengah kekhawatiran orang tuanya.

Saat itu juga Jonah mengirimkan uang sebesar 150 juta dollar.

30 juta dollar untuk tawaran Athaya yang ternyata diambil alih seluruhnya oleh Jonah. Dan 20 juta dollar untuk mengantarkan Julian dan Bima dengan selamat kembali ke negara asalnya.

Dan disinilah mereka berdua sekarang. Helikopter buatan Italia itu mendarat sempurna di atas gedung perusaaan Athaya.

Jonah dan beberapa karyawannya yang lain sudah menunggu sejak beberapa menit yang lalu. Menyambut kedatangan Julian dan Bima dengan wajah seriusnya.

Walaupun tidak bisa disembunyikan ekspresi kekhawatiran dan kelegaan menjadi satu terukir samar di wajah orang tua Julian itu.

"Son of bitch" Umpat Jonah tidak bisa menyembunyikan sedikit kekesalan saat melihat Julian berjalan ke arahnya dengan tampang se-santai itu. Julian bahkan tersenyum lebar seolah-olah baru saja pulang dari liburan.

Julian yang mendengar Ayahnya mengumpat itu terkekeh singkat, "Yea sure.. but i'm def your son, Dad."

Jonah merotasikan bola matanya malas menanggapi. Dan akhirnya seluruh anggota yang berada disana masuk beriringan ke dalam gedung untuk menemui pimpinan Athaya di ruang utama.


--


"Misi kalian berhasil. Sisa-sisa bukti dan kecurigaan pemerintah Italia terhadap Athaya sudah ditangani oleh beberapa utusan. Ditambah lagi kalian juga menambah informasi bahwa Nakamoto terlibat dalam kasus ini." Ucap seorang anggota menjelaskan di kantor utama Athaya.

Meja bundar di ruangan tertutup ini telah sepenuhnya diisi oleh beberapa orang kepercayaan Athaya dan Jonathan serta pimpinan mereka masing-masing.

"Tapi bagaimana cara kita membuktikan bahwa Nakamoto terlibat? Si pemilik toko itu juga tidak memiliki bukti kuat. Bisa saja dia hanya sembarangan menyebutkan nama." Ucap seorang anggota lagi yang duduk tepat di samping Brian Athaya.

Anggota lain menambahkan, "Masuk akal. Lagipula misi ini bersifat tertutup. Tidak mudah bagi orang lain mengetahui rencana yang sudah disimpan rapat-rapat. Dan juga jika Nakamoto terlibat, bukankah mereka tidak memiliki tujuan yang jelas?"

"Ih apaan bahas tujuan. Udah jelas-jelas Nakamoto musuhan sama Athaya." Bahasa tidak formal ini keluar dari mulut Julian yang sedang duduk santai disamping Ayahnya dan Bima Athaya.

Julian berbicara dengan nada pelan sehingga yang dapat mendengar perkataannya mungkin hanya dua orang disampingnya saja.

"Athaya dan Nakamoto memang memiliki hubungan tidak baik. Tetapi yang mereka maksud disini adalah pemilihan waktunya. Untuk apa mereka ikut campur menyerang Athaya saat di Italia? Nakamoto tidak mungkin membela Santino." Bima menjelaskan kepada Julian tetapi dapat didengar oleh orang lain karena pria itu berbicara cukup keras dan tegas.

Julian bahkan mengedipkan mata kaget karena tiidak menyangka omongan asal-asalannya tadi akan di respon seperti ini.

Bima masih menatap Julian seolah-olah menunggu remaja itu menjawab. Mau tidak mau setelah berdehem dan membenarkan posisi duduknya agar terlihat lebih formal, Julian kembali membuka suara, "Yee gimana ye-eh maksud saya, begini.."

"... Nakmoto adalah pihak yang juga diuntungkan oleh kematian Santino. Kalau memang mereka berniat menyerang, mereka bisa saja menyerang Athaya sebelum penyerangan Santino. Tuan Bima dan saya beberapa kali berpergian tanpa penjaga atau pengawal. Situasi yang pas jika memang mereka ingin menyerang..."

"... Tapi nyatanya tidak. Kenapa? Karena Nakamoto juga memerlukan misi ini. Kematian Santino, menguntungkan seluruh keluarga mafia yang memiliki bisnis di Italia. Setelah penyerangan Santino, satu negara akan melakukan penyerangan balik secara brutal. Dan disaat itulah Nakamoto memanfaatkan kesempatan untuk turut menyerang Athaya. Karena mereka akan dianggap sebagai serangan negara bagi orang yang tidak sadar. Bayangkan jika kematian Santino diiringi dengan kematian salah satu anggota keluarga Athaya dan juga saya sebagai Jonathan? Bukankah sangat menguntungkan bagi Nakamoto?"

Beberapa anggota saling berpandangan memikirkan pendapat Julian. Jonah bahkan memandangi anaknya itu dengan tatapan penuh selidik. Yang di depannya ini terlihat seperti bukan Julian yang selama ini ia besarkan.

"Are we tryna listen to this kid's argumen?" Ucap seorang anggota yang sedari tadi memiliki pendapat bertentangan.

"Pardon?" Julian menatap pria itu bingung.

"Listen kid. We don't need your argumen here."

"I'm not a kid. I'm mature?"

"That's not the point!"

"Stop, sir. Semua dibebaskan berpendapat disini. " Ucap Brian menengahi.

Tapi Julian sudah terlanjur jengkel. Remaja ini adalah tipe orang yang mudah menyimpan dendam saat sedang kesal. Pandangannya langsung merengut memandangi pria itu dengan tatapan penuh benci.

"Once a traitor, will always be a traitor. Right?" Julian padahal sudah menahan untuk tidak mengatakan ini dari tadi, tapi salahkan pria itu sendiri yang memancing emosinya.

"What?"

Julian tersenyum meremehkan, "Lu mainnya kurang rapi om."

Jonah menatap anaknya itu tajam. "Julian! Bicara yang sopan."

"Fine" Julian menegakkan badan. "Saya ingin bertanya. Hubungan apa yang anda punya dengan Sarah Daytona?"

Seluruh anggota diskusi langsung menatap ke arah Julian dan pria iru bergantian. Bisikan samar terdengar dari setiap mulut yang berada di ruangan. Berbagai pertanyaan muncul begitu saja dalam benak setiap anggota.

Pria itu menegang, "Apa maksudmu?"

"Sorry to say, tapi hubungan anda dengan istri Daytona itu terlalu mencurigakan. Untuk apa bertemu setiap malam di tempat sepi? Apa yang kalian bahas?"

Pria itu membulatkan matanya, "OMONG KOSONG APA INI?!"

Bima menatap Julian, "Kita bisa bahas itu nanti. Saat ini yang jadi masalah adalah Nakamoto. Bukan Daytona."

"Siapa bilang?" Julian menatap ayahnya dan Jeffrey bergantian.

Remaja itu melanjutkan, "Daytona juga turut mengambil peran dalam penyerangan Italia pada malam itu!"


**
Published 06/12/2021

THE ATHAYA - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang