Bab 17 - Kemajuan. (Sedang Direvisi).

494 31 116
                                    

Rombongan yang di dalamnya ada Garvi dan Laijah berjalan memasuki ruangan setelah itu berjalan di lorong menuju tempat penelitian.

Laijah yang terhipnotis heran dan bingung dengan banyaknya hal asing yang tak diketahui yang membuat ratusan pertanyaan muncul di kepalanya. "Master jahat, aku tak diizinkan untuk bertanya.... Tapi aku paham terima kasih berkat pernjelasanmu." Keluhnya dengan imut.

"Kaaawaaaaaiiiiiiii!!!!!!!!!!!!".

Urat kesal Laijah di dahi muncul karena beberapa orang yang jadi ribut setelah melihat reaksinya. "Master, apa sebutan yang tepat untuk mahluk yang barusan berisik di belangkangku?".

"Keeeeeeejaaaaaaaaaam!!!!!!".

Garvi dengan nakal tersenyum sambil terkekeh. "Bibir.".

"Ok, mulai sekarang aku akan memanggil mereka bibir." Balas Laijah dengan nada datar.

Tatapan bermusuhan melihat ke arah Garvi.

"Kaaapteeeeen!!!! Kejam sekaliii kauuuu!!!".

Garvi merasa bersalah di saat yang sama. Oleh karena itu, dengan tidak enak dipanggil master juga, dia sedikit menoleh ke arah Laijah dengan berbagai rasa tidak enak. "Laijah...kumohon....berhenti panggil aku master, panggil saja aku Garvi. Jangan anggap aku master melainkan seorang teman yang dapat memerintah dan kau langsung menyetujui.".

Mereka berjalan hingga sampai di depan sebuah pintu yang dijaga oleh 5 prajurit elit.

Seorang prajurit elit Malaysia membuka pintu dengan cara otentifikasi sidik jari. Setelah pintu terbuka, Laijah dan Garvi masuk.

"Semoga beruntung, Kapten.".

Garvi hanya memiliki ekspresi sulit dan tidak bisa menjawab apa-apa, kemudian dia masuk bersama Laijah dan melihat adanya banyak sekali peralatan yang sangatlah canggih.

Waktu penting jadi mereka memulai dengan cepat. Para ahli melakukan berbagai penelitian dan tes. Mereka tentunya kagum dengan ras fiksi seperti Laijah.

Seorang ilmuwan pria Papua Nugini dengan ragu-ragu mengelus kepala Laijah, saat dia melihat dan mendengar reaksi kucing dari Laijah seperti mendengkur dan lainnya, itu membuatnya tidak bisa berhenti dan itu membuat tangannya yang mengelus semakin berlebihan. "Hu, hu, hu, ka-kalian!" Panggilnya seperti orang butuh pertolongan.

"Ada apa?".

Mereka jelas jadi khawatir karena berpikir ada sesuatu buruk dari hal tak diketahui dan itu semakin meyakinkan dengan nada suara ilmuwan Papua Nugini.

Ilmuwan Papua Nugini itu semakin kesulitan. "Ta-Tanganku ti-tidak bisa berhenti.".

7 menit kemudian.

"Kami akan menggunakan alat untuk meneliti otaknya.".

Laijah dipasangkan sebuah alat di kepalanya dan alat itu berupa helm canggih untuk melihat reaksi otak.

"Nyonya Laijah, jel...".

Laijah menatap dengan penuh merendahkan. "Emang kau siapa yang memerintahkanku?".

"Kasar sekali.".

Garvi juga merasa tidak enak melihat kondisi Laijah saat ini. "Ikuti instruksi mereka.".

8 Negara Dipindahkan Ke Dunia Lain (Prototipe).Where stories live. Discover now