Sweet

1.2K 133 4
                                    

Wang Yibo menutup ponselnya, senyuman miring tersungging di bibirnya. Sebelum ia memutuskan untuk ke luar dari ruang kerjanya. Ia mengambil sebungkus rokok di laci beserta pemantik api.

Rokok dan Wang Yibo tidak bisa dipisahkan. Mereka memiliki ikatan kimia yang erat, untuk menghubungkan mulut Yibo dengan nikotin dan tar. Sebagai suatu zat yang bisa menenangkan pikiran.

Yibo mengambil kunci motor yang ia letakkan di salah satu laci, bersama tumpukan kartu nama politikus partai lain yang tidak sempat ia baca.

Yibo membawa motornya melaju ke pusat pertokoan di kota Dernia. Setidaknya hanya butuh 15 menit untuk sampai dengan kecepatan normal. Sedangkan Yibo terbiasa mengendarai motornya seperti di arena balap.

Tak sampai 12 menit, motor Yibo kini sudah terparkir di depan sebuah toko yang sedang hits di Dernia. Ia membuka helmnya, meletakkan benda itu di atas spion.

Ia mengecek ponsel sekali lagi, sebelum memasuki toko dengan langkah santai. Ia menyelipkan tangan ke dalam saku jaketnya, mencari bungkusan rokok yang ia bawa.

Ia menaiki lantai dua sambil menyalakan rokok di tangan, menghisapnya tanpa mempedulikan tatapan tak suka dari pelanggan lain yang berpapasan dengannya.

Yibo terus saja berjalan, menaiki tangga yang ketiga. Masih dengan mengepulkan asap dari nikotin yang dibakar ke luar dari mulutnya.

Yibo melihat ruangan bertuliskan staf only, lalu Yibo mempercepat langkahnya. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan.

Yibo hampir saja terkena lemparan buku catatan besar, jika ia tak menghindar.

Kedua bola mata di depannya membulat, dengan mulut mencebik kesal. "Ada apa kau ke sini?" tanya pemuda itu, dengan muka ditekuk.

"Mencari hadiah yang murah."

"Cari saja sendiri." Pemuda itu menyahut dengan wajah masamnya. Lalu kembali berkutat dengan layar komputer di depannya.

"Ayolah hyung!"

Min Yoongi mendengus kesal, jika Yibo sudah merengek itu artinya ini hal yang penting. Mana mungkin wartawan selengekan seperti Yibo bisa bermanja di depan orang lain, bisa muntah orang yang melihatnya. Kecuali di depan Yoongi, Yibo bisa melakukan itu.

Di saat terpuruk dan jatuh. Yibo bersandar pada Yoongi satu-satunya orang yang menerimanya. Karena mereka berasal dari tempat yang sama. Min Yoongi yang memiliki wajah dingin akan luluh jika Yibo sudah menunjukkan aegyonya.

"Hadiah untuk siapa?" tanya Yoongi tanpa menoleh, dan masih tekun memijat keyboard dengan jari-jarinya.

"Untuk teman dekatku."

Jawaban Yibo membuat Yoongi menyunggingkan senyum gummy-nya.

"Yeah, akhirnya kau mulai dekat dengan seseorang." Wajah dingin Yoongi mendadak sumringah.

"Bukan teman yang seperti itu, hyung ...." Yibo ingin protes, tapi Yoongi sudah fokus kembali pada pekerjaannya.

"Di lantai dua, rak nomor 3. Di sana banyak hadiah bagus yang akan kau temukan!!!" Yoongi berteriak saat melihat Yibo mulai menyentuh knop pintu.

"Ingat, jangan beli yang terlalu mencolok. Terlalu berterus terang juga tak baik. Kau harus memberinya kode!!" Yoongi belum selesai dengan wejangannya.

Yibo menanggapinya dengan senyum bodoh, ia mendekat ke meja Yoongi untuk mematikan rokoknya yang sudah habis tanpa ia sadari. Karena terlalu spechless mendengar nasihat dari Yoongi yang biasanya irit bicara.

.
.

Suara dengkuran bisa didengar dari ruang rapat internal partai. Zhan tak habis pikir di saat pembahasan penting seperti ini, masih ada orang-orang yang menunjukkan ketidak peduliannya.

Trap The SenatorWhere stories live. Discover now