Keras

967 113 6
                                    

Matahari mulai beringsut pergi, malu-malu melambaikan tangan pada bumi. Tubuh tua terbaring di sebuah ranjang dekat jendela. Matanya melihat ke luar, pada barisan awan yang mulai beriringan, mengucapkan selamat tinggal pada sang surya.

Seorang pemuda bersurai hitam, mengikuti arah pandang mata tua yang mulai dipenuhi kerutan. Ia menggenggam tangan yang mulai kehilangan urat kekarnya.

"Kakek, aku akan kembali lagi besok. Malam ini aku akan melakukan hal yang sangat penting. Restui aku!"

Pria tua menoleh, tatapannya tak seganas dulu. Mata itu menyimpan banyak luka. Ia tidak mengangguk, juga tidak menggeleng. Tangannya yang mulai lemah, mengusap kepala cucunya.

"Jangan bertindak karena emosi apalagi di bawah intimidasi. Ingat, pencapaian dan dendam itu berbeda. Satunya waras, satunya gila. Aku ingin melihatmu mengejar impianmu, bukan keinginanmu." Sang kakek tersenyum getir. Sisa-sisa kebijakannya mengalir dari ucapannya.

Pemuda itu terdiam sebentar, menatap lantai yang sudah retak di beberapa bagian.

"Aku lupa jika punya impian. Aku hanya ingin kakek melihat bagaimana mereka hancur."

Pemuda bekulit tan, meletakkan kembali tangan tua itu di kepalanya. Seakan itu adalah sumpahnya. Ia bergegas pergi, sebelum hatinya melemah, lalu menyerah. Di dalam ruangan, si kakek bergumam pada dirinya sendiri.

"Dasar, keras kepala!"

.
.

Xiao Zhan pernah mendengar kisah threemusketeer yang dulu sering kakeknya ceritakan. Xiao Zhan mengetahui pula, jika di dunia nyata cerita itu memiliki duplikatnya.

Xiao Zhan bisa melihat itu dari mata sang ayah. Selalu ada harapan di mata tua itu, juga penyesalan yang Xiao Zhan tidak pahami penyebabnya. Hanya saja Zhan selalu mengingat, saat ia akan dilantik menjadi pengurus partai waktu itu.

Jika memilih sesuatu, lakukan seolah itu hidupmu. Jika tidak, maka jangan sekali-kali mencobanya.

Xiao Zhan membuka lemari pakaiannya, ia bersiap untuk menemui Yibo malam ini. Dengan sangat kurang ajarnya, Yibo meminta Zhan bertemu dengannya di klub malam yang sangat terkenal di Dernia.

Xiao Zhan benar-benar ingin mencekik Yibo jika nanti mereka bertemu.

Di bawah tumpukan pakaian yang tersusun rapi. Terdapat sebuah amplop warna peach yang usianya mungkin hampir sewindu. Di dalam amplop itu, sebuah gambar seseorang dengan seragam olahraga. Celana pendek yang membuat pahanya terlihat. Memegang basket dengan sangat kerennya.

Xiao Zhan tersenyum melihat gambar itu. Tapi senyumnya langsung menciut saat mengingat semua. Ia buru-buru menyelipkan kembali amplop misterius itu ke bawah tumpukan pakaiannya.

Ia sendiri berjalan ke ruang ganti khusus, yang berisikan pakaian mahal dari produsen terkenal. Xiao Zhan sangat menyukai merk pakaian chanel yang klasik. Itu membuat tampilannya terlihat elegan. Tapi malam ini ia akan menggunakan sesuatu yang berbeda.

Ia tidak ingin seorang pun mengenalinya sebagai calon wali kota dari partai besar di Dernia. Ia harap, jangankan bartender, Yibo pun akan ia buat pangling dengan penampilannya kali ini.

.
.

Yibo mengira dengan bakatnya sebagai wartawan yang punya naluri tajam. Xiao Zhan akan datang bersama para pengawalnya, memakai pakaian formal dan menutup wajahnya menggunakan masker medis berikut kacamata putih selayaknya milik seorang profesor.

Yibo datang lebih awal, ia tak ingin Zhan yang menunggunya seperti tadi pagi. Ia juga bisa menikmati musik lebih lama, juga menikmati goyangan dua wanita yang menari tak jauh dari tempatnya.

Trap The SenatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang