Pertemuan

519 79 9
                                    

Sudah banyak kata semangat yang diucapkan Jungkook, baik secara langsung maupun melalui pesan teks. Namun, Xiao Zhan tetap bergeming pada pendiriannya, gara-gara ancaman kekanakan dari anggota partai lain. Membuat Zhan ingin mengundurkan diri sebagai calon senator Dernia. Demi menyelamatkan nama baiknya.

Xiao Zhan duduk di tepi ranjang sambil memijati kaki ayahnya. Ia tahu keputusannya akan menerima penolakan dari sang ayah. Itu sebabnya Zhan harus berbicara lebih hati-hati tentang alasannya mengundurkan diri.

Tak sampai hati rasanya ia membangunkan pria paruh baya itu, hanya untuk mengatakan hal yang membuatnya kecewa.

Xiao Zhan turun ke dapur, ia mendatangi pelayan yang sedang menyiapkan sarapan. Seraya berbisik, "Biar aku yang membawakan teh hangatnya ke atas."

Pelayan itu mengangguk, sembari menutup teko yang terbuat dari keramik berukir yang berisi teh hijau yang masih mengepul. Zhan membawa serta dua cangkir kecil dengan ukiran serupa.

Ia berjalan menaiki tangga dengan tangan kaku yang membawa nampan kayu. Langkahnya pelan dan hati-hati. Tergelincir sedikit saja bisa membuat apa yang ia bawa tumpah atau malah jatuh ke lantai.

Xiao Zhan baru saja di depan pintu kamar ayahnya. Saat bunyi bel di pintu ruang tamu, membuat ia berhenti dan menoleh ke bawah.

Pelayan dengan cepat berjalan dari dapur, untuk membukakan pintu pada tamu yang datang begitu pagi.

Xiao Zhan penasaran siapa yang datang, ia hanya meletakkan nampan di nakas. Tanpa membangunkan ayahnya untuk mengajaknya minum teh bersama. Seperti yang ia rencanakan di awal tadi.

Dalam bayangan seorang Xiao Zhan, tidak sekalipun terlintas bahwa seseorang yang ia kenal di rumah sakit lansia, yang biasa ia kunjungi. Akan tiba di rumahnya sepagi ini. Bersama seorang wartawan penghianat, yang bahkan Zhan tak sudi menyebut namanya, dan seorang ketua ikatan mahasiswa yang pasti Zhan yakini ikut bekerja sama untuk menghancurkan nama Zhan di dunia politik.

Xiao Zhan mematung, beberapa detik berlalu hanya diisi dengan adegan saling menatap tajam, dengan mulut terkatup rapat.

"Aku ingin bertemu temanku!" ucap pria paruh baya, yang entah sejak kapan sudah bisa berdiri dengan kedua kaki yang sehat tanpa adanya kekurangan.

"Sebentar!" Xiao Zhan menahan mereka di pintu dengan kedua tangannya. Ini kali pertama Zhan benar-benar hilang kepercayaan pada seseorang, bahkan menolak tamu yang tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang ia alami.

"Teman? Siapa yang kau sebut teman?" Masih berdiri di ambang pintu, Zhan menodongkan pertanyaan itu pada pria paruh baya yang sering ia kunjungi selama ini.

"Ayahmu, apa ia tak pernah cerita?"

Xiao Zhan yang sedang tersulut emosi dengan kehadiran Yibo. Melupakan fakta, bahwa pria ini yang menjadi alasan ia sering datang berkunjung ke rumah sakit itu, dan juga memberikan donasi secara rutin tiap bulan. Sebab, dari cerita ayahnya Zhan mengetahui bahwa pria ini adalah teman lama yang harus ditolong. Lalu kehadiran Yibo dan Taehyung, ada keterkaitan apa antara mereka dengan pria ini?

.
.

Ruang makan dengan beberapa kursi yang biasanya tidak diduduki, menjadi sedikit hidup. Setidaknya bukan hanya dua orang pria berstatus ayah dan anak yang rutinitasnya sarapan, membahas kabar politik terbaru lalu saling diam.

Keberadaan Yibo yang tak tahu malu, Taehyung yang humoris, dan pria yang tidak asing, dengan sifat ramah dan dengan percaya diri memeluk ayah Zhan. Begitu tuan Xiao menuruni tangga.

Bukan hanya suara garpu dan sendok yang beradu. Selain dentingan gelas, pria paruh baya itu juga meramaikan acara sarapan pagi ini dengan bernostalgia saat masih muda. Masa-masa di mana mimpi mereka dibangun. Semangat kaula muda yang menggebu dan tidak memperhitungkan resiko yang ada membuat mimpi mereka terbakar jadi abu.

Trap The SenatorWhere stories live. Discover now