Negosiasi

775 103 14
                                    

Tidak ada pembicaraan untuk waktu yang lama. Segelas espresso menatap kedua pemuda itu dengan asapnya yang meliuk di terpa angin.

Kacamata hitam, berikut masker yang menutupi wajah Wang Yibo diletakkan di meja. Di samping semangkuk salad yang ditaburi banyak keju.

Untuk meredakan rasa bosan, Yibo mengambil sepuntung rokok dari saku. Menyalakan korek api dan membakar rokoknya yang beraroma mint.

Xiao Zhan meliriknya sekilas, matanya kembali menatap buku menu buatan yang tertutup. Beberapa helai kelopak mawar mengintip di dalamnya. Ia mengamati lantai yang ia pijaki, kaki kursi yang ia duduki. Beberapa kelopak mawar berserakan di sana.

Xiao Zhan merasa iba pada mereka. Jika ia tahu sejak awal, adanya kelopak bunga dalam daftar menu. Ia tak akan membuka buku itu sembarangan.

Tapi Yibo yang selalu punya rencana ekstrim, sudah dua kali membuat Zhan jantungan. Kali ini jantungnya melompat bukan karena cemas atau takut. Melainkan berdegup karena gugup.

Yibo memandang Zhan masih dengan rokok yang terselip di antara belahan bibirnya. Ia juga melihat espresso yang mulai kehilangan kehangatannya. Yibo memberanikan diri untuk berbicara. Meski dalam hati ia ragu, apakah Zhan akan membalas ucapannya.

"Kau tidak kasihan pada minumanmu? Dia mulai dingin!!" Yibo berkelakar, menghisap nikotin kesukaannya, kemudian meniup asapnya ke udara.

Xiao Zhan tak tertarik untuk menoleh, tapi ia merasa iba pada minuman yang tak bersalah, yang menjadi pelampiasan rasa gugup dan kesal yang menyelimutinya.

Zhan mengambil cangkir yang sudah mendingin, menyesap rasa yang selalu ia suka. Itu membuatnya hatinya sedikit tenang. Benar yamg orang katakan.

Jika pahitnya hidup membuatmu frustasi, pahitnya kopi mungkin bisa mengatasi.

Yeah, Xiao Zhan kini lebih berani untuk mengangkat wajahnya dan menatap Yibo dengan iris matanya yang gelap.

"Ada informasi penting apa yang ingin kau sampaikan?"

Xiao Zhan dengan sikap tenang di wajahnya. Tidak di hatinya.

Yibo mengulas senyum tipis dengan mulut masih menjepit gabus rokok.
"Akan ada demo lagi di kantor walikota."

Xiao Zhan meletakkan kembali cangkir di tangannya ke tatakan. Ia tampak tak kerkejut. Satu tangannya menarik mangkok berisi salad.

"Hanya itu? Aku tak tertarik."

Zhan memiliki sikap ramah, tapi dengan Yibo keramahannya berkurang setiap harinya.

"Kau akan tertarik, jika aku katakan mengapa para mahasiswa itu melakukan demo lagi."

Yibo tak menyerah dengan respon dingin Xiao Zhan. Ia sudah menyiapkan setumpuk jawaban yang pasti akan membuat Zhan penasaran.

Xiao Zhan menaikkan sebelah alisnya, ia tak percaya sepenuhnya pada Yibo sejak kejadian di pesta waktu itu.

"Anggaran dana tidak sampai ke pelosok daerah, kau pikir siapa yang bisa melakukan itu?"
Yibo memberikan pertanyaan di dalam pernyataannya.

"Jika kau mengundangku kemari hanya untuk memberikan informasi tanpa bukti, lebih baik aku pergi. Kucingku belum kubawa ke dokter hewan." Xiao Zhan mengambil tisu, untuk menyeka sudut bibirnya.

Ia sudah bersiap untuk bangkit dari kursi, saat tangan Yibo mencegahnya. Ia menyentuh lengan Zhan, bersama tatapan yang berusaha meyakinkan Zhan dengan segala keraguannya.

"Orang dari partaimu terlibat!"

Jantung Zhan seolah berhenti berdetak, ia berdiri seperti manekin dengan satu lengan yang berada dalam genggaman tangan Yibo. Pandangannya kosong, ia tak mengatakan apa-apa.

Trap The SenatorWhere stories live. Discover now