Tua

1K 119 3
                                    

Satu persatu mereka meninggalkan ruang rapat. Tidak banyak yang cukup antusias saat Xiao Zhan mengajak mereka berdiskusi. Setiap kepala memiliki kepentingan sendiri di politik. Sangat jarang, bahkan terlalu sedikit, orang-orang yang murni ingin memperjuangkan suara rakyat seperti Xiao Zhan.

Sekilas ia melihat pemuda asing yang ke luar dari ruangan. Tampilannya sangat berbeda, dari anggota partai lainnya. Tapi Xiao Zhan sedikit sibuk dengan beberapa map yang sedang ia rapikan. Ia hanya memandang sekilas punggung pemuda itu. Ia jadi teringat pada sosok wartawan mursal, Wang Yibo.

Beberapa menit kemudian, Xiao Zhan sudah selesai dengan tugasnya. Para penata ruangan mulai merapikan kabel-kabel, dan mengosongkan botol sisa minum anggota partai.

Xiao Zhan meneguk habis air di dalam botolnya. Membawa botol kosong itu ke luar dan melemparnya ke tempat sampah. Sangat sulit jika kita bicara tentang kebersihan lingkungan jika tidak dimulai dari hal kecil, dari diri sendiri.

Ia berdiri di depan gedung menunggu supir datang menjemputnya. Ia masih memiliki kegiatan lain yang tidak ada dalam agenda partai.

Sebuah motor bernuansa hijau, dengan box besar yang di letakkan di jok belakang. Box yang sepertinya dipasang permanen.

Seorang pria turun dari motor, tanpa membuka helm hijaunya ia berjalan mendekati Zhan. Masker warna hitam, menutupi sebagian wajahnya. Tapi Xiao Zhan bisa melihat gurat senyum yang timbul dari kerutan di garis matanya.

"Tuan Xiao Zhan?" Ia bertanya setelah memberi salam ramah.

"Iya, saya sendiri."

Meski menjabat sebagai pimpinan partai besar yang terkenal di Dernia, tidak membuat Xiao Zhan lantas bersikap tinggi hati.

"Ada paket untuk anda." Pria itu menyodorkan kardus coklat yang dilabeli dengan isolasi, bertuliskan merk jasa pengiriman.

Xiao Zhan menandatangani kertas tanda terima. Ia juga membalas senyum pengantar paket dan membalas salam hormatnya.

Xiao Zhan membuka ponselnya begitu ia duduk di dalam mobil bersama supir, yang sudah siap membawanya ke tujuan.

Ia mencari kontak yang ia beri nama Jurnalist Yibo. Mengiriminya pesan singkat, berisi ucapan terima kasih. Juga meminta Yibo mengirimkan nomor rekening, agar ia bisa mengganti pembayaran hadiah yang ia minta.

.
.

Dernia Time, sebuah surat kabar lokal terbesar di Dernia sedang meliput persiapan pesta artis papan atas yang baru saja kembali membawa tropi kemenangan, sebagai artis pendatang baru terbaik di festival award nasional.

Yibo tidak begitu tertarik dengan berita semacam itu. Ia senang sekali mencari penyakit di dunia politik. Entah itu hal pribadi atau hal yang berkaitan dengan orang banyak.

Selain Zhan yang menjadi incaran utaman, Yibo saat ini menemukan anggota partai lain yang sedang menjabat sebagai bendahara kota Dernia, terindikasi kasus korupsi infrastruktur daerah.

Yibo sangat tertarik untuk mencari tahu kebenaran. Ia tak akan segan untuk menyuarakan temuannya. Jika benar orang itu melakukan pelanggaran.

Ia sudah mengutus dua bawahannya untuk menyelidiki dugaan ini. Ia juga akan terjun  ke lokasi, di saat yang tepat.

Yibo sudah tak mengenal rasa takut lagi, baginya resiko itu ada di dalam setiap cita-cita. Jika tak tak berani mengambil resiko, maka diam saja, dan jadilah pecundang selamanya.

Yibo menerima notifikasi dari situs jasa pengiriman barang. Bersama dengan masuknya sebuah pesan dari orang yang baru saja ia pikirkan.

Yibo menutup tirai ruangan, yang membuat pandangan orang luar terhalang darinya. Ia tak ingin siapapun melihat sikapnya yang aneh saat membalas pesan dari Zhan.

Trap The SenatorOnde as histórias ganham vida. Descobre agora