Kampanye

627 92 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, hari berganti semakin mendekati, hari penting dalam sejarah Dernia. Yaitu pemilihan anggota parlemen yang baru. Sejauh ini, situasi aman terkendali.

Xiao Zhan memegang bukti yang valid untuk menyelamatkan pamannya dari tuduhan. Partai demokrasi memimpin dengan angka tipis menurut lembaga survei.

Den Lung, paman Yibo. Untuk sementara waktu tidak akan ikut berlaga. Meski bukti menyatakan ia tak bersalah, tapi terlalu beresiko bagi Den Lung untuk ikut pesta pemilu, setelah apa yang terjadi pada ajudan wali kota berikut kedua pengawalnya.

Taehyung tidak melakukan pergerakan sama sekali. Bukan karena takut pada marabahaya yang mengintainya. Justru karena ia telah berhasil membungkam mulut wali kota yang baru saja turun jabatan.

Yibo masih bergerak seperti bayangan, memilah dan mencari berita sensasional. Ia berfokus pada para calon senator yang akan berlaga di kancah pemilu dua minggu lagi. Tentu ia tak lupa tujuan utamanya, untuk menghancurkan Xiao Zhan.

"Kau masih tetap bersikeras dengan tujuanmu itu?" Jongin mengetik di komputernya, sembari bertanya pada Yibo yang duduk di sofa sambil merentangkan kaki.

Sepuntung rokok terselip di antara belahan bibir Yibo, ia menjawab pertanyaan temannya itu setelah meniupkan asap nikotin ke udara.

"Tentu saja, tidak ada kata menyerah di dalam hidup Wang Yibo. Sikap manisku selama ini, hanya bagian dari rencana, agar skenario yang kusiapkan berjalan dengan mulus." Yibo berkelakar dengan asap rokok yang terus mengepul dari mulutnya.

"Apa yang mendasarimu melakukan ini. Bukankah peristiwa itu sudah lama terjadi. Kau putus dari Liying bukan semata kesalahan Zhan, kau yang punya andil besar karena membawa Zhan ke apartemen kekasihmu."

Jongin berbicara dengan wajah serius, setahu Yibo. Temannya ini tidak suka ikut campur dengan urusan pribadi orang lain, kecuali untuk kepentingan penerbitan surat kabar.

"Kenapa kau terlihat menyesal dengan perkataanku? Apa kau bersimpati pada politikus itu? Hah?" Yibo menekan rokoknya di asbak, memutarnya hingga patah.

"Setidaknya sebagai manusia aku punya nurani. Xiao Zhan bukan politikus busuk, ia memiliki banyak sisi baik untuk jadi pemimpin. Sangat disayangkan sekali, jika karirnya hancur hanya karena balas dendammu yang konyol itu!"

Yibo mematikan api yang sudah membakar ujung rokok yang ia ambil dari meja Jongin. Ia melirik dengan ekor matanya, Jongin yang masih berkutat dengan komputernya.

"Aku curiga, kau punya hubungan spesial dengan Zhan!" Yibo masih menatap Jongin. Bibirnya membentuk seringai yang susah untuk diartikan.

"Kim Jongin! Lihat aku! Apa kau salah satu orang dari partai demokrasi???"
Yibo setengah berteriak.

Jongin melepas kacamatanya, juga menjauhkan jemarinya dari atas keyboard.

"Kau berpikiran terlalu jauh. Mungkin pikiranmu itu butuh disucikan. Kau mengenalku sudah lama, jangankan menjadi anggota partai. Aku saja tidak mengenal satupun dari mereka, kecuali di dalam berita!!" Jongin menegaskan, dengan wajah seriusnya.

Yibo tersenyum miring, melanjutkan niatnya membakar ujung rokok yang sejak tadi ia jepit di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

.
.

Panas matahari tidak menyurutkan niat Zhan untuk berjalan kaki. Ketika calon lain memilih berkampanye di tempat terbuka. Melakukan orasi juga menyebarkan janji-janji. Xiao Zhan memilih berjalan menyambangi rumah-rumah kecil yang dibangun berdesakan di pinggir sungai Haipan.

Dalam bahasa Dernia, haipan adalah harapan yang besar. Sungai itu menjadi tempat awal mulanya peradaban di dunia. Seiring perkembangan zaman, manusia mulai kehilangan adabnya. Mengotori sungai haipan dengan sampah mereka.

Trap The SenatorWhere stories live. Discover now