Pesta

842 111 0
                                    

Langit didominasi warna jingga, angin musim gugur membuat dedaunan kering beterbangan. Xiao Zhan menatap dari kaca mobilnya, jalananan yang tidak rata. Beberapa anak kecil berlarian di pinggir jalan, berhenti saat mobil Zhan melintas, dengan binar kekaguman.

Xiao Zhan mengeluarkan ponselnya, mengambil gambar jalan tidak rata yang ia lalui, dilatari langit sore.

Harusnya ini menjadi prioritas pemerintah sekarang. Untuk mendanai perbaikan jalan di desa. Bukan hanya berfokus pada pengembangan infrastruktur kota yang sudah layak digunakan. Sedangkan jalan yang kini Zhan lalui, benar-benar tidak layak dilewati alat transportasi.

Namun, mendengar berita yang disampaikan kolega dari partainya saat rapat internal. Zhan merasa bimbang. Anggaran dari pemerintah pusat cukup besar, tapi begitu sampai di daerah terbawah. Dananya mengkerucut hingga hampir tak bisa dipakai. Dipangkas di setiap lapisan parlemen, membuat desa-desa di Dernia jauh dari kata sejahtera.

Sementara para pejabat tertawa dengan harta mereka. Rakyat jelata mengelus dada, dan berusaha berjuang setiap harinya. Hanya untuk mengenyangkan perut wakil rakyat.

Zhan sangat ingin menghapus ketidak adilan itu di Dernia. Dimulai dari langkah kecil, mencalonkan diri sebagai senator. Ia akan berusaha menyuarakan pikiran rakyat dan melawan ketidak adilan yang terjadi selama ini.

.
.

Ruangan yang tak begitu luas, menjadi tread mil bagi kaki Yibo. Ia melangkah tak tentu arah. Ke depan, belakang, berputar lalu duduk kembali.

Ia bahkan merasakan tangannya mulai berkeringat, saat ponsel yang baru saja menerima pesan dari Zhan, membuat Yibo gelisah. Jawaban seperti apa yang harus Yibo lontarkan mengenai hadiah itu. Ia sendiri, tidak berpikir jauh saat memilih hadiah untuk artis yang punya hajatan.

Ia hanya ingin mempermalukan Zhan. Namun, sisi lain dari dirinya merasa ini bukan cara yang pantas untuk balas dendam pada pria itu. Mungkin juga Yibo mulai simpati mengenai citra buruk yang akan Zhan terima. Hanya karena hadiah konyol yang Yibo rencanakan.

Yibo berdiri di dekat jendela, menghentikan otak dan kakinya yang wara wiri tak mau berhenti. Ia diam sejenak, untuk memutuskan akan membalas atau mengabaikan saja pesan dari Zhan.

.
.

Waktu yang tinggal sedikit membuat Zhan terburu-buru untuk menyiapkan diri. Karena rapat yang molor hampir satu jam tadi siang. Membuat Zhan tiba lebih sore ke tempat yang biasa ia singgahi, seminggu sekali.

Sebenarnya pesta yang diadakan artis itu, bukanlah acara yang menarik minat Xiao Zhan. Ia tidak begitu menyukai pesta meriah. Sesuatu yang ia alami di masa lalu. Membuatnya enggan untuk berkerumun dengan keramaian dan minuman.

Ia tak ingin mengulangi kesalahan serupa, saat dirinya mengikuti ajakan teman-temannya. Pesta bujang yang liar, membuat Zhan mabuk karena banyaknya minuman yang ia teguk.

Xiao Zhan berada di kamarnya sekarang. Ia masih menatap kardus coklat yang berisi hadiah pilihan Yibo. Sebelum dirinya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ia memakai jubah mandi putih, dengan motif embos yang mewah. Menutupi tubuh putih mulusnya yang memang tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun.

Xiao Zhan memakai lotion untuk melembabkan kulitnya. Matanya melirik sesekali, pada kardus coklat yang belum ia buka. Semakin lama, semakin besar rasa penasarannya.

Setelah memakai pakaian lengkap, parfum dan sedikit bedak tipis serta lipstik khusus pria buatan korea. Xiao Zhan semakin bersinar. Ia menyadari itu.

Pantulan tubuhnya di depan cermin miliknya menyiratkan itu semua. Banyak yang mengatakan, termasuk teman-teman Zhan. Bahwa pemuda itu tidak cocok berada di lingkungan politik yang rumit. Xiao Zhan setidaknya bisa menjadi model atau menjadi aktor drama bl.

Trap The SenatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang