Negosiasi

633 95 17
                                    

Wang Yibo menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Jejak merah di leher dan cakaran di bahu, bukanlah jejak dari binatang semacam tungau, kecoa atau zombie.

Ini adalah jejak perbuatan nista yang ia lakukan semalam. Saat dengan kejamnya, ia meminta upah informasi yang ia berikan pada seorang politikus muda, dengan berbagi ranjang dan kepuasan.

Yah, setidaknya bukan Yibo yang pertama memulai. Pria itu sendiri yang mengambil inisiatif mengawali tragedi penyatuan birahi.

Wang Yibo teringat rencananya di awal. Hitungan matematika di kepalanya, mengembangkan rumus timbal balik, yang sesuai logika.

Namun, nuraninya, hati kecilnya. Menolak apa yang diucapkan logika. Bagi hati dan nurani, hukum balas membalas hanya bisa dilakukan oleh Tuhan. Sebab manusia tidak mengetahui sejatinya kebenaran.

Yibo merasa bimbang. Satu langkah lagi baginya, dan ini langkah yang sangat mudah, untuk menjatuhkan nama Xiao Zhan. Tanpa mengotori tangan. Yaitu, membiarkan pesaing dari partai lain menyebarkan foto-foto Zhan di masa lalu. Lalu mengklaim bahwa Zhan memiliki orientasi sexual sejak remaja, tak layak menjadi seorang senator muda.

Yibo menimbang-nimbang, ia berpikir terlalu lama. Hingga air di batthub-nya mulai meluap. Yibo menepis sejenak apa yang membuatnya gundah. Tubuhnya butuh dibilas. Banyak cairan lengket yang ada di sekitar perut dan pahanya. Hasil dari negosiasi tingkat ranjang semalam.

Selain memiliki wajah cantik, tubuh ramping, otak cerdas, bijak, menguasai sosialisasi politik. Ternyata Zhan juga menguasai permainan ranjang. Sebagaimana semalam, Yibo dikendarai secara brutal di atas tubuh Zhan yang telanjang.

Yibo heran dan lagi-lagi bertanya, entah pada siapa. Pada pikirannya atau pada sesuatu yang tak kasat mata. Belajar dari manakah politikus berwajah alim dan santun itu, metode memuaskan pria tangguh seperti Yibo?

Sebelum Yibo selesai dengan pikirannya tentang Zhan dan kehebatannya. Juga tentang rencana jahatnya. Bunyi ponsel yang terus berulang. Membuat Yibo urung untuk berendam.

Ia mengikat kembali tali jubah mandi warna putih miliknya. Ia meninggalkan air hangat yang sudah siap dengan gelembung busa. Menutup pintu kamar mandi untuk sementara.

Benda yang sejak tadi bergetar dan mengeluarkan suara indah milik Diane Rose. Diambil oleh Yibo dari atas nakas dengan tangan kiri. Telunjuk kanannya menyentuh tombol hijau, begitu membaca nama pemanggil yang tertera di layar, Alien Tae.

.
.

Xiao Zhan menatap ponselnya tanpa berkedip. Matanya memerah, dan bibirnya bergetar. Ada tangis dan amarah yang hampir pecah. Pikirannya buntu, kaku. Tak ada cara lagi, selain berbalik pergi dan membiarkan orang lain menguasai.

Tangan Jungkook menyentuh punggung tangan Zhan. Mata due-nya mulai berlinang. Sementara Zhan masih berfokus pada layar ponselnya, membiarkan sahabat yang sudah seperti saudara itu, mengelus lengannya. Memberikan kekuatan.

Sejam yang lalu, perwakilan dari partai Republik, mendatangi kantor Zhan. Membawa sebuah tawaran yang ia klaim, bisa menyelamatkan Zhan dari keterpurukan.

"Jika kau tak mundur dari kancah pemilu minggu depan, foto-fotomu bersama pria sambil berpelukan ini, akan kami sebarkan. Bukan hanya namamu yang buruk, nama partaimu juga akan tercoreng!"

"Zhan ge!" Jungkook memanggil nama Zhan, untuk menyadarkannya dari lamunan.

"Jangan takut pada ancaman mereka. Foto seperti itu tidak cukup untuk dijadikan bukti!" Jungkook mencoba meyakinkan.

Satu hal yang membuat Zhan semakin kecewa. Saat ia mencoba meminta pertolongan Yibo, dengan santainya wartawan itu mengatakan, "Aku memang menunggu saat-saat seperti ini. Dimana kau dan partaimu itu terbelah!"

Trap The SenatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang