51

46.6K 3.8K 173
                                    


Sera berdiri di balkon kamarnya. Ia merenungkan peristiwa seminggu yang lalu. Andai dirinya tidak pergi pada saat itu, andai dirinya menuruti perkataan Daniel untuk menjauhi Reno, andai dirinya tau ada nyawa lain di perutnya. Andai, andai, andai itulah yang dari tadi terlintas di pikiran Sera. Air mata yang ia tahan jatuh juga.

Dulu memang dirinya tidak mau hamil dulu karena ia masih kuliah. Alhasil, tuhan hanya menitipkan janinnya hanya sebentar. Ucapan adalah doa, Sera menyesal telah memiliki pemikiran itu. 

Daniel membuka pintu kamar, Sera sudah pulang ke rumah setelah tiga hari di rumah sakit. Matanya mencari keberadaan sang istri namun tidak ada.

" Sera.. "

Ia meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas. Daniel melangkah ke arah balkon begitu melihat siluet seseorang yang ia yakini Sera. Dan benar saja istrinya sedang berdiri membelakangi nya.

" sarapan dulu "

Sera menggeleng tanpa menoleh ke arah Daniel " Sera ga laper "

Daniel menghela nafasnya, ia mendekat ke arah Sera yang dari tadi masih berdiri membelakangi nya.

" Jangan larut dalam kesedihan " Daniel mendekat ke arah Sera, ia memegang pundak istrinya, Sehingga sekarang mereka berhadapan.

" Bukan kamu saja yang merasakan sakit, saya juga hati saya sangat sakit. Di umur yang sekarang saya sangat menginginkan anak. Tapi Dede pergi duluan bahkan saat saya ngga tahu Dede ada di sini " ucapnya mengusap perut Sera pelan.

Daniel mengusap air mata Sera dengan lembut " Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan umatnya. Mungkin ini cobaan kita, saya yakin pasti nanti ada hikmahnya "

" Sudah ya " Daniel berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan perut Sera yang rata " saya yakin si Dede dalam waktu dekat ada di sini lagi " ia mencium perut Sera lama.

Sera mengangguk, perkataan Daniel benar, ia tidak boleh larut dalam kesedihan. " Karena itu kita harus berusaha lebih lagi " ucap Daniel membuat Sera menatapnya, pipinya memerah.

" Apaan sih! " Ucap Sera sembari memukul dada bidang Daniel keras hingga membuat sang empunya meringis.

" Sakit "

" Gitu doang sakit, orang pelan kok "

" Kamu mukulnya keras "

" Siapa suruh ngomongnya gitu! "

" Gitu gimana? " Ucap Daniel bingung, perasaan dirinya tidak mengatakan hal aneh.

" Pura-pura polos dasar " ucap Sera langsung masuk ke dalam kamar.

Daniel tersenyum, Sera sudah mulai seperti biasa. Ia lebih suka istrinya yang cerewet daripada pendiam seperti tadi.
Daniel memilih menyusul Sera ke dalam.

" Sarapannya di makan " ucapnya begitu melihat piring yang ada di atas nakas masih utuh. Sedangkan orang yang ia maksud sedang bermain ponsel di kasur.

Sera mengalihkan pandangannya ke arah Daniel sejenak " nanti, Sera belum laper "

" Makan "

" Di bilang nanti "

Daniel mendekat , merebut ponsel Sera dengan paksa " saya bilang makan "

" Tapi.. suapin ya "

" Iya "

" Mas Daniel ngga ke kampus atau kantor gitu? " ucap Sera setelah menerima suapan terakhir dari Daniel.

" Saya cuti dulu, di kantor juga ada Andre yang nanganin "

DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang